Rumah keluarga Syuhada,
Jose melangkah masuk dalam rumahnya, jarang kemari untuk menengok. Tidak banyak perubahan, kalau ada hanya berikan perasaan marah di dalam hatinya mengingat banyak hal yang terjadi tujuh tahun terakhir.
"Jose, kamu pulang"
Teriakan bahagia sangat tidak nyaman di telinga Jose tapi dibiarkan Nou memeluknya erat untuk menumpahkan perasaan rindunya. Tangan melingkari leher sebagai tanda kepemilikan yang mutlak tapi Jose tidak membalasnya.
"Bagaimana dengan Feri?"
"Dia baik-baik saja. Kata dokter tidak ada yang fatal, trauma juga berangsur baik. Jangan khawatir"
"Aku akan melihatnya"
"Apakah kamu akan makan disini malam ini? Feri akan senang jika tahu"
Bibirnya hendak menyentuh, Jose menghindari dengan cepat melepaskan tangan Nou dari lehernya.
"Nou, kamu tahu perjanjiannya, jangan merusak"
Nou terdiam mendengar kalimatnya, Jose bergerak masuk ke arah lantai dua dimana kamar Feri disana setelah melepaskan. Nou memandang dengan perasaan penuh khawatir, tidak ada yang tahu tapi Feri bisa bercerita. Bagaimana ini pikirnya.
"Nou..?"
Suara Lea memecah kebisuan Nou yang linglung, "Kamu datang, Jose ada disini, apa yang kamu katakan padanya?" tanyanya beruntun pada Lea.
Lea gugup, Nou cepat menariknya ke arah taman samping. Begitu sampai, Nou mendudukkan di kursi.
"Mengapa kamu tidak menelpon?"
"Ada rapat mendadak dari klien, maaf. Aku sudah katakan persis apa yang kamu katakan, bukankah dia ada disini sekarang?"
"Ya, tadi Venom kemari antar salinan surat perceraian mereka berdua. Lea, mengapa Venom kemari bukan ke rumah Jose?"
"Hah, kemari? jika Venom ke rumah Jose, bisa mati aku"
"Apa maksudmu?"
"Nou bodoh! jika menemukan aku disana, aku pakai alasan apa"
Nou menepuk jidatnya kencang, benar juga perkataannya. Lea menghembuskan nafas lega, semakin banyak kebohongan terungkap bisa menjadi masalah.
"Kalian sedang apa disini?"
Mereka berdua menoleh ke arah pintu taman, Jose dan Feri berdiri dekatnya. Nou cepat bereaksi.
"Kami hanya mengobrol biasa, tidak ada yang penting. Aku siapkan makan siang lebih dulu"
Langkah Nou tergesa pergi ke dapur, dalam pemikirannya ia harus membuat Jose tinggal dirumah sementara itu, Jose melepaskan pegangan tangan Feri kemudian mengambil langkah yang cepat depan Lea untuk mengantisipasi kaburnya Lea.
"Kita baru saja berpisah tapi menemukan kamu disini secepat ini, sungguh menarik perhatian dariku"
"Kamu-- Pak hakim jangan salah paham, aku hanya menyampaikan pesan yang anda katakan. Nou beritahu jika Venom datang"
Mendengar gerakan cepat Venom, Jose menjadi marah. Lea menggeser ke arah kanan tapi terhalang oleh kursi, terpaksa mencari celah lain.
"Venom datang? untuk apa?"
"Berikan surat perceraian"
"Ah, bagus! Lea, kapan kita bisa lakukan secara berikutnya di bawah tangan, kamu tak mau ada status atau bagaimana?"
"Tidak ada status"
"Jadi, kamu menyetujui jadi simpanan ku? benarkah?"
"Tidak! bukan itu maksudku"
"Terlambat, aku anggap iya. Tanpa status, aku tak masalah. Kita harus merayakan ini"
Feri diam ketakutan melihat Lea, teringat jelas malam itu, Lea lah yang mencekiknya kuat dan ibunya yang menyiramkan sejumlah air sehingga tampak menyedihkan.
Jose melirik arah Feri, "Pergilah ke kamar, ayah akan datang lagi menemui kamu" serunya , Feri cepat mengangguk dan pergi.
Tidak ada lagi pengganggu, Jose menangkap pinggang Lea. Panik, Lea berusaha melepaskan dirinya.
"Aku tidak setuju. Kamu berikan waktu tiga hari! kamu sudah berjanji"
Kepanikan Lea berikan angin segar bagi Jose, wanita ini terlihat kuat di permukaan tapi siapa sangka, mirip anak kucing.
"Jangan"
"Kenapa? takut Nou tahu jika kamu simpanan ku? Lea, jangan munafik. Aku tidak suka"
"Aku-- "
"Lepas! aku-- belum setuju"
"Benarkah? badanmu sudah, mungkin aku harus lebih bersemangat lagi"
"Kamu-- !"
Kaki besar Jose menggeser tubuh Lea ke arah pohon yang besar sehingga menutupi semua gerakan cepatnya, Lea hanya bisa menahan suaranya agar tidak keluar di ketahui orang bertepatan terdengar suara Nou.
"Dimana tuan besar dan nona Lea?"
"Tidak tahu, nyonya"
"Bagaimana dengan kamu, tahu dimana tuan besar dan nona Lea?"
"Tidak tahu nyonya, mungkin di kamar tuan kecil"
Terdengar suara Nou yang kencang mencari mereka berdua tapi Jose tidak peduli, ia asyik membenamkan dirinya lebih dalam pada tubuh Lea. Otomatis otak Lea kabur seketika antara melepaskan atau mengikuti.
Entah apa yang dikatakan pelayan pada Nou, taman samping kembali sepi. Jose dan Lea terjebak dalam pusaran kebutuhan primitif satu sama lain tanpa menduga tukang kebun melihat itu semua, cepat menyingkir dan menelpon orang.
Satu dering terangkat.
Tukang kebun mengatakan apa yang dilihatnya, orang yang dituju langsung mematikan ponselnya.
Venom melepaskan dasi yang mengikat di lehernya, perasaan marah muncul lalu menghilang sekejap. Permainan sudah dimulai oleh Jose maka sudah sepantasnya ia juga terus lakukan.
"Bartan!"
Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi, penjara besar sudah nampak depan mata.
Bartan menunggu perintah Venom selanjutnya, "Beritahu pengacara untuk bisa mengeluarkan wanita itu begitu acara pernikahan selesai" perintahnya tegas.
"Baik tuan", Bartan cepat menelpon kembali pengacara. Venom melihat pemandangan diluar kaca jendela mobil dengan pandangan sedih.
Nou gumamnya di dalam pikirannya, masa lalu tetap disana karena sudah memilih maka, Venom haruslah maju. Jas terdampar di atas sofa dekatnya, diraih.
tok... tok ...
"Tuan, mobil sudah siap demikian juga lainnya" kata Bartan masuk tanpa tunggu jawaban.
Venom berbalik sambil memakai jas, "Usahakan berita pernikahan hanya sampai depan pintu gerbang penjara" ujarnya memasukan kancing jas dalam lubang lalu berjalan lebih dulu baru diikuti Bartan.
~>
Penjara besar,
Pengacara memutuskan sambungan teleponnya, tajam melihat kepala pengawas di hadapannya.
"Dimana nona Reina Zong?"
"Tadi ada masalah sedikit, sekarang berada di ruang kesehatan. Pak pengacara, sebenarnya ada apa ini? malam-malam datang pihak kediaman Syuhada menitipkan tahanan tanpa proses kemudian anda datang"
Pengacara melepaskan kacamatanya dengan malas, wajah tampan bak malaikat muncul di hadapan.
"Permainan orang kaya, kita orang kecil hanya bisa menerima dan memberikan jadi katakan, masalah sedikit sampai ruang kesehatan ini tentang apa?"
Kepala pengawas mengubah cara duduknya, pengacara menyipitkan sedikit mata untuk mengukur kekuatan.
"Ini penjara. Siapa kuat dan lemah, anda pasti mengerti maksudnya. Tidak terluka maka bagus, terluka berarti kurang mengerti posisi"
"Terluka atau tidak, aku rasa kamu salah mengerti disini"
"Apa maksud pak pengacara?"
Berkas disodorkan, terlihat jelas nama Reina Zong disana. Tanda cap berwarna merah dan tanda tangan berlapis gold. Ketukan pada tanda seperti tiang gantung yang menguasai.
"Ini milik keluarga Xi"
Suaranya bergetar, "Tidak mungkin" ucapnya seperti tak mempercayai penglihatannya.
"Bebaskan, tuan Xi akan datang dalam 15 menit. Kamu tahu jika menyinggung keluarga Xi"
Mulut kepala pengawas tertutup rapat. Keluarga Syuhada meminta mengurus tiga tahun dan membayar uang lebih untuk kematiannya, bagaimana bisa berhubungan dengan keluarga Xi? tanpa melukai.
"Kamu-- masih disini"
"Tunggu sebentar, aku segera mengaturnya untuk keluar. Jangan khawatir"
Kepala pengawas cepat bergerak keluar dari ruang tunggu. Langkahnya tergesa-gesa sampai ruang kesehatan.
brak!
Tiga kepala melihat ke arahnya, nafas tersengal-sengal seperti tercekik bikin bingung.
"10789, pengacara mu menunggu di ruang tunggu. Cepat antar 10789!"
Suara teriakannya bikin panik petugas kesehatan, buru-buru menarik keluar Reina, kepala pengawas duduk dengan wajah berkeringat.
"Ada apa?"
Berkas di berikan, dokter melihat tanda tangan berlapis gold. Wajah ikut pucat dan mengelengkan kepalanya, mengambil air untuk kepala pengawas.
"Penjara besar ramai?"
"Tuan besar Xi datang"
Dokter terkejut, tanpa sadar mengambil gelas untuk kepala pengawas dan meminumnya. Kepala pengawas menghela nafas melihat kelakuannya.
"Tidak ada lagi kedamaian disini kecuali wanita itu bebas tapi bagaimana dengan keluarga Syuhada? kita tidak bisa menyinggung sedikitpun"
"Aku tahu... aku tahu tapi pengacara sudah mengingatkan tadi untuk tidak bertindak ceroboh"
Dokter terkejut kedua kalinya, peringatan ini sama saja mencari kematian. Kepala pengawas memandang pintu ruang kesehatan.
"Lepaskan saja!"
"Kamu nyakin"
"Ya! nyawa kita lebih penting daripada wanita itu, cepatlah proses. Masalah keluarga Syuhada, biar aku tangani"
Kepala pengawas segera berlari keluar ruang kesehatan. Perkataan dokter sudah terucap, mana berani menahan orang.
Sementara itu,
Ruang tunggu sudah depan mata petugas kesehatan dan Reina. Namun, mereka berdua masih diluar dengan wajah bingung.
"10789, masuklah"
"Aku-- "
"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Mungkin ini kesempatan kamu untuk keluar dari sini, ingatlah ini agar kelak jangan kembali kesini"
Kepala mengangguk, tangan hendak meraih gagang pintu tapi terdengar langkah kaki yang menggema membuat keduanya melihat.
"Tunggu..."
Dua orang pria berjalan mendekati, tanpa sadar mata Reina menatap mata terindah yang pernah dilihatnya. Seakan tidak ada hal yang penting selain pria itu.
Venom Xi menatap balik, detak jantung berlangsung cepat seperti ada angin yang memacu jantung untuk bekerja lebih keras.
Kata orang, pertemuan pertama kali dua orang berbeda jenis bisa membuat perbedaan yang dimana, takdir dan nasib turut berpartisipasi.
"Silahkan..."
"Eh?"
"10789 cepat masuk, pengacara sudah menunggu" seru petugas kesehatan kesal berlama-lama di depan pintu seperti orang bodoh.
Venom melihatnya tapi tak bersuara membuat beberapa orang salah paham dan tingkah. Bartan mengumpat dalam hatinya karena terlalu beraksi berlebihan di awal. Namun, hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Reina masuk lebih dulu tanpa berfikir lebih, senyum tipis mengudara di wajah Venom. Petugas kesehatan tidak senang dalam hati tapi diam mengikuti langkahnya.