Orang-orang di dalam segera berdiri, "Silahkan nona" seru Bartan sopan dan hormat saat menggeser kursi agar Reina duduk. Petugas kesehatan bengong bahkan Reina terlihat bingung. Namun, Pengacara cepat menghampiri, "Nona Reina? apakah itu benar nama anda?" tanyanya bertepatan Venom Xi berhenti di dekat pintu.
"Eh, iya saya"
Reina canggung, "10789, aku tunggu disini" kata petugas kesehatan menunjukkan dirinya penuh khawatir, Reina berikan senyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kursi. Kata-kata ini menyebabkan wajah Venom berubah dingin.
Bartan mengeluh dengan menyebutkan semua bintang di langit, pengacara terpaksa batuk-batuk mengurangi suasana yang mendadak dingin. Petugas akta memperhatikan situasi dengan tegangan tinggi demikian juga kepala pengawas.
"Kita menunggu diluar" kata pengacara berikan tanda supaya semua yang tidak berkepentingan keluar dari ruangan ini.
Tampak dari lorong beberapa petugas jaga dan petugas lainnya bertugas di tempat, wajah-wajah ingin tahu terpampang jelas. Pengacara, petugas akta, kepala pengawas dan petugas kesehatan serta Bartan menunggu dengan tenang di luar.
bum!
Suara pintu terbanting kuat dari luar menandakan dunia terputus. Reina memperhatikan pria di depannya cukup menakutkan tapi terasa hangat.
"Mengapa kamu dipanggil 10789?"
"Aku juga tidak tahu tapi karena panggilan itu, aku terlibat masalah"
"Masalah apa?"
"Aku dipukul tapi tak apa-apa, tidak ada luka serius. 10789 nama panggilan ku disini"
"Dokter sudah periksa?"
"Sudah, maaf siapakah anda? apa anda yang mencari pengacara? aku tidak punya uang"
"Namaku Venom Xi. Aku datang ke acara pernikahan anda, nona Reina"
"Pernikahan ku?"
"Ya, bersama Lea"
Reina mengingat beberapa orang di malam itu, memang ada pria yang memandang perhatian dan kasihan padanya.
"Oh"
"Panggilan nama apa yang sebaiknya diucapkan?"
"Terserah anda saja. Apapun itu tak masalah"
Venom duduk di hadapannya, Reina memandangi wajah tampannya tanpa cela bahkan cenderung dingin bak model berjalan di atas catwalk untuk memamerkan pakaiannya seperti di televisi.
"Nona Reina, aku dengar anda sudah bercerai, apakah benar?"
"Ya, mungkin. Aku tidak tahu pasti"
Venom membuka dokumen di atas meja, menggeser ke arah depan Reina untuk membacanya.
"Dia benar-benar melakukannya"
"Ya"
"Terima kasih sudah menunjukkan"
"Sama-sama. Nona Reina, bisakah aku minta tolong kepada anda?"
"Minta tolong?"
"Aku akan mengeluarkan anda dari sini begitu anda setuju. Kalau tidak setuju, kemungkinan luka yang anda derita sekarang ini bisa bertambah"
"Maksudnya?"
"Orang yang membuat anda masuk penjara ini bukan orang sembarangan, nona Reina. Jose Syuhada mungkin tidak menjelaskan jika nyawa anda jadi taruhannya"
Hening.
Reina meremas tangannya, gerakan kecilnya menarik perhatian Venom secara instan.
"Pertolongan ini secara cuma-cuma, semua kebutuhan anda akan terpenuhi tanpa harus anda bayar kembali"
"Aku-- "
"Apakah anda akan mempertimbangkan? saya khawatir anda tidak akan punya waktu cukup tentang ini"
"Apa maksudmu?"
"Orang yang saya tempatkan untuk menjaga anda tidak bisa melindungi anda dengan baik, menurut anda, apakah besok anda masih bernyawa?"
Hening.
Reina bangkit berdiri, kebiasaan kecilnya berjalan ke arah tembok dan bersandar disertai kepala yang dimiringkan jika berfikir.
"Mengapa saya harus menolong anda?"
Venom harus mengakui wanita di depannya bukan wanita yang mudah, terlihat jelas mampu membuatnya berfikir keras membalikan keadaan.
"Anda bebas, saya mendapat ketenangan hidup. Jangka waktunya bisa diatur sesuka anda. Saya bisa beri jaminan, kehidupan pribadi anda, saya tidak akan mengusiknya"
"Siapa sebenarnya musuhku? aku tidak pernah menyinggung seseorang"
"Nyonya besar Syuhada"
"Nou Syuhada? Anda nyakin?"
"Lea Mei"
"Dia? apa hubungannya denganku?"
"Jose Syuhada menginginkan anda tapi Lea merusaknya dan anda merupakan penghalang terbesar dalam kehidupan Nou Syuhada sementara Lea menginginkan saya dan sejujurnya saya tidak tertarik masuk dalam lingkaran setan"
Hening.
"Siapa musuh mu?"
Venom tersenyum tipis, benar saja, ini tidak mudah menarik wanita di depannya. Wanita ini ibarat ular, sangat licik dalam segala hal tapi tepat tujuannya.
"Jose Syuhada"
"Hah!"
"Dia telah mengambil kekasih saya dengan cara licik, bukankah kita harus beri pelajaran padanya?"
"Siapa kekasih anda?"
"Nou Syuhada"
"Ah, saya mengerti sekarang. Anda tidak terima, apakah anda masih menyukai Nou Syuhada?"
"Ya!"
Reina terkejut mendengar jawaban tegasnya, tampak jelas Venom tidak ingin menutupi kenyataannya.
"Tapi, Lea..."
"Dia sahabat Nou, karenanya Nou menikah dengan Jose. Keluarga Nou berhutang banyak dengan Jose jadi apa yang terjadi pada anda, dulu terjadi pada Nou"
"Ah, begitu ternyata"
Kaki berjalan ke arah kursi, duduk disana dengan mata kecilnya. Venom mengerutkan dahinya seperti melihat anak bocah lima tahun yang menginginkan sesuatu, mirip Feri.
"Baiklah, katakan permintaan tolong anda, tuan Venom Xi"
"Menikahlah denganku sebagai nyonya besar Xi"
Hening.
Jeda tersebut membutuhkan waktu dua puluh menit. Venom memperhatikan cara Reina yang terpaku padanya.
"Apakah kamu yang membuat Jose menceraikan aku? apa yang kamu tukar karena setahuku, Jose bukan orang yang mudah dibujuk. Lea Mei...?"
Lonjakan badan Reina ke atas berikan sejumlah kesan lucu di mata Venom. Namun, tidak dikatakan.
"Hahaha Anda benar. Lea Mei ditukar dengan anda. Saya nyakin, tuan hakim sudah merasakan apa keinginan pentingnya"
"Aku tidak mengerti"
Venom menghela nafasnya, ini tidak mudah, wanita ini sangat licin ditangkap. Reina memiringkan kepalanya untuk menganalisa pria di depannya.
"Bagian mana yang tidak mengerti?"
"Kamu tampan, kaya dan sukses. Tidak perlu aku yang seorang wanita janda dan bekas narapidana. Anda bisa mendapatkan siapapun tapi mengapa aku?"
Hening.
Kali ini, Venom yang terdiam. Reina tahu telah menginjak lapisan tipis es di atas musim panas tapi ini hidupnya.
"10789 nama yang bagus"
Reina tertegun mendengarnya, tidak tahu harus berbicara apa. Venom mengerakkan jari tangan ke atas meja seperti mengetuk tapi tanpa menyentuh.
"Aku-- "
Venom menutup dokumen tersebut, menggeser ke arah samping. Reina memperhatikan jelas gerakan indah tersebut, auranya bercampur aduk menjadi bagian aneh yang muncul di hatinya.
"Tiga tahun bukan waktu yang singkat"
Reina menghela nafas tajam, Venom menghitung berapa lama Reina sanggup bertahan dengan pendapatnya.
"Aku-- "
Venom mengetuk meja dengan tekanan ringan tapi berikan tekanan kuat pada isi kepala Reina. Ketukan yang tanpa beraturan membuat ruangan penuh warna.
"Kamu sangat menyukai panggilan 10789, apakah ini yang kamu inginkan?"
"Aku hanya takut salah mengambil keputusan saja, terakhir kali mengikuti perkataan orang tua, berakhir disini"
"Tenanglah, aku bukan orang tuamu"
"Aku tahu tapi aku berhak waspada, bukan?"
"Kepadaku? orang yang membebaskan kamu dari sini kemudian berikan harta padamu? apakah itu layak di waspadai ketika kesempatan untuk hidup kedua diberikan?"
Hening.
Nafas terdengar berat, satu ruangan seperti mencekik Reina. Matanya melihat jelas kekuasaan Venom, jika ingin mati maka mudah untuknya tapi ia ingin hidup.
"Kalau aku menyetujui, apakah aku harus melakukan hubungan layaknya suami istri?"
"Aku tidak akan memaksa. Kamu bisa tenang bagian itu, tetapi kamu harus tahu aku pria biasa"
"Apakah kamu butuh keturunan juga?"
"Tentunya keluargaku butuh pewaris keluarga Xi"
"Mengapa aku?"
"Kamu nyakin ingin bertanya hal yang sama? kamu buang waktu tiga puluh menit mengunakan pertanyaan yang sama"
Venom bangkit berdiri, "Apa keputusanmu? aku keluar dari sini, tawaranku tidak akan ada kata dua kali" serunya bersiap untuk keluar ruangan. Reina bergerak.
"Apa ada prosedur yang harus aku tanda tangani?"
"Tentu saja ada. Kamu nyakin ingin melanjutkan?"
"Ya"
"Apa kamu mencintai Jose?"
"Katakan saja demikian dan itu, masa lalu"
Venom bergerak menuju arah samping meja, Reina menatapnya. Terlihat jelas, bagaimana perbedaan menjadi sebuah kesempatan.
Kepala menunduk sedikit, Reina tak siap ketika bibir Venom menyentuhnya dengan lembut.
cup...
Kecepatan yang tidak terduga membuat Reina berfikir sebuah pernikahan yang nyata bukan sekedar pembayaran hutang.
Awalnya hanya sebuah penutupan kesepakatan tapi Venom salah perhitungan, bibir Reina sangat manis dan lembut dirasakan seperti wafel madu yang lumer di mulut.
"Tunggu sebentar"
Venom segera membuka pintu, Reina masih terpaku dalam kebingungannya. Beberapa orang masuk menyiapkan segalanya, Venom mengatur nafasnya setenang mungkin.
Pernikahan...
Reina diam di kursinya. Pengacara berikan sejumlah dokumen untuk ditandatangani, pena diberikan.
"Ini hanya sebuah prosedur biasa"
"Oh"
Satu... dua... tiga... dokumen ditandatangani dengan secepat angin tanpa bisa dibaca, Reina tidak peduli selama bisa keluar dari sini.
Venom meliriknya dan tersenyum puas, sekarang tahap selanjutnya untuk melanjutkan rencananya.
Kepala pengawas dan petugas kesehatan hanya bisa menutup mulut rapat-rapat, Bartan berdiri tegak mengawasi.
"10789... kamu bebas" kata kepala pengawas melihat dokumen yang telah rapi, salinan diberikan pada pengacara.
"Apakah akan tetap tercatat?"
"Di buku kesehatan. Titipan selalu ada disana"
"Sungguh disayangkan padahal dana renovasi cukup besar untuk merevitalisasi tempat ini"
"Tuan pengacara, berkas bisa hilang setiap saat. Jangan terlalu khawatir tentang ini"
"Aku tunggu kabar kehilangan ini"
"Hahaha pengacara bercanda"
"10789 bukan nama yang enak di dengar setelah selesai berkas. Aku juga tidak pernah bercanda"
"Eh"
Reina diam mendengarkan perdebatan pengacara dan kepala pengawas. Baru satu malam saja, ia bisa tahu kepala pengawas bukanlah orang baik.
"Kepala penjara ada dimana?"
"Tenanglah jangan buat kepala penjara terganggu istirahatnya. Aku berikan jaminan berkas hari ini hilang begitu pintu gerbang di tutup"
"Aku tunggu itikad baikmu itu"
"Hahaha"
Tawa garing tersembur tapi tak seorangpun menangapi. Keringat dingin membeku di punggung sebagai jawaban, kepala pengawas hanya bisa mengeluh dalam hati.
"Kita mulai....?"