4 The Last Weird || Bagian 4

"Kalian sudah datang?"

Alice, Logan dan Xander yang tadinya duduk di atas sofa segera beranjak berdiri begitu mendengar suara itu. Sosok lelaki paruh bayah dengan pakaian merah marron, serta jubah hitam nya yang membuat sosok paruh baya itu sedikit terasa berbeda. Alice seketika merasakan bahwa bulu kuduknya naik saat maniknya bersitatap dengan lelaki itu.Namun ia menetralkan raut wajahnya, ia memang selalu saja seperti ini jika bersama dengan orang yang baru untuknya. Dan--hal itu tidak bagus untuknya.

"Ayah!" ujar Xander sambil menunduk, memberikan hormat pada sosok lelaki paruh baya itu

"Silahkan duduk Xander dan kalian berdua juga!" ujar Sosok paruh baya itu namun tidak melepaskan tatapan nya dari Alice. Ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam gadis itu. sesuatu yang membuatnya sulit untuk menghindar dari tatapan gadis itu. Xander yang sadar akan hal itu, segera batuk dan membuat semua perhatian tertuju ke arah nya.

"Silahkan duduk!" seru sosok paruh baya itu lagi "ahhh sebelumnya, perkenalkan, kalian bisa memanggil ku Erick!" ujar sosok paruh baya itu

"Saya Logan dan ini Alice Mr. Erick, senang bisa bertemu dengan anda!" ujar Logan mewakili Alice yang masih setia memeluk tangan Logan sejak tadi, tepatnya sejak lelaki paruh baya bernama Mr.Erick itu memperkenalkan dirinya. Logan juga sebenarnya bisa merasakan bahwa aura Mr.Erick yang sekarang sedang duduk di depan mereka begitu kuat. Auranya hampir sama dengan aura Xander saat pertama kali bertemu dengan nya. Namun--Logan sebenarnya tidak terlalu yakin apakah aura Xander dan lelaki paruh baya itu adalah aura yang sama. Karna, ada sedikit perbedaan di antara mereka berdua.

"Benarkah? Apa kalian sudah lama berteman dengan Xander?" seru Mr.Erick

"Sejak masuk sekolah menengah lebih tepatnya Sir!" ujar Logan

"Baiklah, ahhhhh. Saya tidak membawa banyak, ini ada beberapa makanan yang sempat saya bawa! Silahkan di cicipi!" ujar Mr.Erick saat beberapa pelayan membawakan piring berisi makanan ke tempat mereka. "Dan jika kalian merasa bosan, kalian bisa mengelilingi rumah ini! Saya tinggal dulu sebentar, ada urusan yang harus saya lakukan!" seru Mr.Erick lalu segera berdiri, namun sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Alice bisa merasakan bahwa sosok lelaki tua itu kembali menatap ke arah nya. Membuat nya yang tadi menatap ke arah menghilang nya punggung sosok paruh baya itu mengalihkan perhatiannya. Ia cukup gugup kali ini, aura itu terasa begitu kuat. Aura yang jika ia rasa, sama dengan ketika Logan memperkenalkan Xander untuk pertama kali padanya.

***

"Apa kau tidak ingin bicara pada ayah mu Xander? Aku rasa dia menunggu mu!" seru Logan memulai pembicaraan dan untuk sedikit mencairkan suasana menegangkan yang berada di ruangan tempat mereka duduk saat ini. Meski lelaki paruh baya itu sudah tidak lagi berada bersama mereka, namun auranya itu masih membuat Alice sedikit takut dan masih memeluk lengan Logan--hingga saat ini.

Xander yang sejak tadi diam sambil menatap ke arah jendela di belakang Logan dan Alice mengalihkan perhatiannya pada Logan. "Aku rasa tidak perlu!" seru Xander dingin "Dan, aku rasa kita sudah bisa pulang saat ini!" sambung Xander dengan raut wajah datarnya dan seperti biasanya.

"Pulang? Mengapa tiba-tiba sekali? Apa kau yakin tidak ingin berbicara lagi dengan ayah mu?" seru Logan

"Tidak usah, mari kita segera pergi sekarang!" seru Xander segera bergegas berdiri. Perasaannya semakin aneh sejak beberapa menit yang lalu. Tepatnya setelah ia mendengar suara piano itu lagi, entah mengapa. Xander seperti merasakan ini semakin aneh saja.

"Baiklah, aku rasa juga lebih baik begitu!" ujar Alice yang tiba-tiba berdiri dan segera berjalan menuju arah Xander.

"Aneh, kalian tiba-tiba sekali!" seru Logan sambil menggerutu. Namun karena Alice yang sudah beranjak dari duduknya, mau-tidak mau, ia juga harus segera beranjak. Dan mengikuti Alice dan Xander. Mereka kembali melewati ruangan dengan aksitektur seperti yang pertama mereka lewati. Kali ini Xander mengambil jalan tepat di sebelah Alice, dan diam-diam menatap gadis itu. Menatap ekspresi gadis itu membuat Xander benar-benar tidak bisa mengalihkan perhatiannya.

Alice merasakan kepalanya terasa berat, suara piano itu serta lagu-lagu itu kembali terdengar di dalam gendang telinganya. Bulu kuduk nya semakin berdiri. Bahkan ia sendiri tidak sadar bahwa Xander memperhatikannya semenjak tadi. Alice menatap ke arah tembok-tembok tersembunyi itu dan lagi-lagi ia menatap ada sosok yang memperhatikannya dan lalu menghilang lagi. "Ingat apa yang aku katakan pada mu Alice?"

Alice tergelonjak saat mendengar suara Xander yang tepat berada di sebelahnya. Alice yang menatap Xander segera mengangguk. Ia lalu menatap ke arah Logan yang juga sedang menatap nya. Alice tetap berjalan sampai di parkiran. Dan suasananya semakin aneh, ketika tidak ada yang menyapa kepulangan mereka. Bahkan petugas kebersihan yang tadi ada di taman, sudah tidak lagi di sana. Padahal dedaunan yang berjatuhan dari pohon besar di taman itu masih banyak dan merusak pemandangan taman.

Xander melepaskan tangannya yang menutup telingan Alice, ia menatap Alice yang juga sedang menatapnya. "Aku akan masuk ke dalam mobil ku, hati-hati di perjalanan!" seru Xander segera masuk ke mobil nya yang tepat terparkir di mobil Hammer milik Logan.

Logan menatap Xander, lalu segera masuk ke dalam mobil nya. Namun Alice masih berada di sebelah pintu samping mobil Logan. Ia masih menatap ke arah tembok yang ia rasa ada sosok yang lagi-lagi menatapnya. Kali ini tidak seperti pertama kali, sosok itu menatap nya lama.

"Alice? Ada apa? Segeralah masuk, apa kau ingin aku membukakan pintu untuk mu?" ujar Logan menurunkan jendela kaca pengemudi di sebelahnya. Membuat tatapan Logan juga tertuju pada Xander yang masih tidak bergerak dari mobilnya, lelaki itu terlihat melamun dan menatap lurus ke depan. Logan lalu keluar "Alice? Kau tidak mendengar ku bicara?" ujar Logan menggoyangkan kedua bahu Alice yang memang sepertinya tidak sadar apa yang ia katakan tadi.

"Ahhh, maaf. Aku melamun tadi!" seru Alice yang baru saja sadar. Logan menatap nya dengan kekehan," Aku tau, sudah masuk ke dalam mobil. Jika kau ingin aku membukakan pintu untuk mu. Tinggal bilang saja, maka aku akan segera melaksanakannya tuan putri!"

Alice berdecak sebal, ia bukan lah spesies wanita manja yang ingin diperlakukan seperti tuan putri. Alice tidak pernah menginginkan itu, meski terkadang ia sering merasakan bahwa dulunya ia sering di jamu layak nya seorang putri. Namun Alice langsung menepis pemikiran fantasy nya itu, tidak mungkin seorang Alice layak di jamu seperti itu. Memiliki teman seperti Logan dan Xander saja sudah cukup membuat hidup Alice bahagia.

Setelah memasukkan Alice dan memastikan gadis itu duduk dengan benar, ia masuk dari pintu sebelah. Menutup pintu, dan menyalakan mesin otomastis itu. Mobil Logan juga merupakan mobil keluaran terbaru yang tidak perlu menggunakan kunci untuk menyalakannya. Hanya dengan sidik jadi nya saja, maka mobil itu bisa menyala. Namun, jika keadaan diperlukan. Logan juga sesekali memakai kunci mobil yang selalu ia sediakan di dashbor mobil nya. Logan hendak memajukan mobilnya, namun Xander tiba-tiba keluar dari mobil nya.

"Tunggu, aku ikut bersama dengan kalian!" seru Xander lalu segera naik ke mobil Logan

"B-bagaimana dengan mobil mu Xander?" seru Logan sebelum benar-benar menjalankan mobil nya dari kompleks perumahan Xander yang entah mengapa tiba-tiba terasa lebih menyeramkan dari pada saat mereka sampai. Ia bahkan sedikit terkejut dengan Xander yang tiba-tiba ikut dengan mobil nya. Padahal, jika disandingkan dengannya. Mobil Xander jauh di atas mobil nya, namun ia tidak pernah bisa membaca pikiran seorang Xander. Sangat sulit dan jauh dari prediksinya.

"Sudah, cepat jalankan mobilnya!" ujar Xander lalu sedikit melirik Alice yang duduk di depan dengan wajah nya yang sedikit pucat dari penilaian Xander.

"Baik!" seru Logan dan segera melajukan mobil nya ketika melihat ekspresi dari Alice dan Xander.

Alice menatap ke arah gerbang yang sudah mereka lewati dan bersamaan dengan suara-suara horor yang juga hilang dari pendengarannya. Alice menghela nafas nya legah dan sedikit melirik Xander yang juga melirik nya.

"Kau sudah merasa lebih baik?" ujar Xander setelah mobil Logan sudah berada sedikit jauh dari kompleks rumahnya.

Alice menoleh dan menatap Xander "Apa kau juga bisa merasakannya?" seru Alice

"Aku rasa kau tau jawabannya Alice! Dan apa kau bisa mendengar nya Logan?" ujar Xander

"Mendengar? Mendengar apa? Dan mengapa kalian berdua seperti memiliki rahasia? Apa yang tidak aku ketahui?" seru Logan dengan alis terangkat, benar-benar kepo tingkat dewa.

"Jadi-, kau tidak mendengar nya ?" seru Alice sedikit kikuk

"klise sekali Alice, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak mendengar nya. Sebenarnya apa yang tidak aku ketahui?" kesal Logan "Dan--suara? Suara apa? Aku sama-sekali tidak mendengar apa-apa dari tadi!" sambung nya.

"Suara piano dan lagu kematian!" seru Xander yang segera menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil Logan. Logan mengerutkan keningnya dan berpikir, sesekali ia melirik ke arah gadis yang sedang duduk di depan nya. Mengapa Alice bisa melihat dan mendengar suara itu? Sementara Logan sama-sekali tidak mendengarkan apa-apa.

Sebenarnya, alasan utama Xander tidak ingin tinggal di rumah itu adalah karena setiap malam. Ia pasti akan mendengar suara piano yang dimainkan serta lagi-lagu kematian. Xander pernah bertanya pada ayahnya mengenai suara itu, namun Mr.Erick selalu diam ketika Xander sudah bertanya hal itu. Xander sering kali merasa ada yang mengawasi nya dan jujur saja itu sangat membuatnya tidak nyaman.

Pernah saat itu, Xander pergi naik ke lantai dua rumah nya. Tempat yang dilarang untuk tidak ia naiki. Saat melewati pintu utama ke lantai dua. Xander bisa meraskan bahwa ada sesuatu yang berada di sana. Bulu kuduk Xander naik saat menatap sebuah pintu hitam dengan corak merah yang tepat berada di dalam ruangan itu. Namun, sebelum tangan nya sempat membuka pintu itu. Erick sudah lebih dulu menariknya menjauh dan menghukumnya habis-habisan. Xander selalu bertanya-tanya mengenai suara itu, suara tangisan, suara jeritan, suara kekehan. Dan itu lah penyebab Xander tidak ingin kembali ke sana.

"Ayolah, kalian berdua kenapa?" seru Logan yang merasa di abaikan sejak tadi.

"Kau benar-benar tidak mendengar suara itu bukan?" seru Xander untuk memastikan sekali-lagi, mereka sudah kenal sejak beberapa tahun terakhir. Dan, apa yang tidak sengaja Xander alami. Pasti diketahui oleh Logan, namun jika suara tadi tidak bisa di dengar oleh nya. Berarti ada sesuatu yang salah dengan mereka.

"Klise sekali Xander, jika kau mendengar sesuatu, aku pasti akan mengatakannya pada kalian berdua. Namun, aku sama-sekali tidak mendengar apa-apa, pemandangan ku juga ada yang menghalangi dan aku juga bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berada di dalam rumah mu Xander!" seru Logan mulai mengutarakan apa yang sejak tadi mengganjal di pikirannya

"Aku tau dan untuk itu lah aku mengajak kalian ke rumah ku! Karena aku pikir, ada sesuatu yang disembunyikan di sana! Dan aku tidak tau apa itu lebih tepatnya!" jawab Xander

"Apa itu yang membuat mu tidak ingin tinggal di sana?" ujar Alice mulai bertanya

Xander menatap Alice sekilas, "Ya, kau benar!" seru Xander sambil menghela nafas nya. Kali ini ia benar-benar banyak bicara dan itu cukup melelahkan untuknya. Mereka akhirnya saling diam dengan pemikirannya masing-masing. Logan tidak ingin banyak bertanya untuk kali ini, karena ia jelas tau bahwa Xander bukan lah orang yang mudah menjawab pertanyaannya. Di lain sisi, Alice masih berkecambuk dengan pemikirannya sendiri, semua ini. Apa yang mereka alami, mulai dari nyayian, lagu, suara piano, rumah, patung. Semua ini ada di dalam mimpinya nya semalam. Lalu, apakah benar akan terjadi sesuatu yang buruk pada mereka? karena, di dalam mimpi Alice, mereka akan menghadapi hari yang panjang setelah keluar dari pintu gerbang itu.

"Xander, boleh aku bertanya padamu?" seru Alice tiba-tiba yang sedikit mengagetkan Xander yang sedang melamun.

"Ya!"

"Apa kau tau mengenai lambang itu? Maksud ku, ahhh, itu. Logan bilang bahwa kau tau mengenai lambang yang aku lukis setiap malam nya. Dan lambang yang yang juga ada saat kejadian di sekolah!"

Xander melirik Logan lalu kembali menghela nafas nya sambil memejamkan mata nya "Aku hanya mencari tahu nya, karena menurut ku ayah ku pernah membahas mengenai lambang itu. Itu adalah lambang kefanaan, saat itu aku mendengar ayah ku berkata pada seseorang. Benda harus di jauhkan dari seseorang yang ingin menguasai semua bumi. Untuk sekarang aku masih harus mencari tahu nya lagi!"

"Sebelumnya, aku minta maaf karena tidak memberitahukan nya pada mu. Karna aku rasa kau pasti tidak akan peduli, namun opiniku salah. Kau bahkan memberikan ku infomarsi yang cukup penting!"

"Hmm, tidak masalah. Aku mencari tahu nya karena aku juga perlu informasi mengenai benda itu. Bukan karena apa-apa!" jawab Xander sedikit ketus.

Logan menatap Xander yang kembali memejamkan mata nya dari kaca spion nya. Ia juga sedikit melirik Alice yang terlihat kesal dengan jawaban Xander. Logan hanya menaikkan bahu nya saat Alice menatap nya dengan mata yang menyipit. Gadis itu kembali menghela nafas nya, lalu kemabli sibuk menatap setiap jalanan yang mereka lalui. Setidak nya, ia sudah punya sedikit clue untuk hari ini.

avataravatar
Next chapter