10 The Last Weird || Bagian 10

Hoss....hoss...hoss...

Nafas gadis itu memburu, ia berhenti berlari dan berdiri di depan ruangan kelas mereka. Lyra, gadis itu menatap nuansa kelas mereka yang terasa begitu horor. Menimang, apakah dia harus masuk atau tidak. Tapi, jika ia tidak masuk maka handpone nya akan tetap berada di ruangan kelas mereka.Dengan penuh pertimbangan, Lyra hendak pergi dari depan pintu itu ketika merasakaan ada aura lain di sekitarnya.

Lyra menggelengkan kepalanya, ia mulai membuka pintu ruangan mereka. Dan memasuki kelas mereka. Kelas mereka benar-benar gelap dan sepertinya ada aura-aura lain. Benar-benar berbeda dengan suasana kelas mereka ketika siang hari.Ketika melewati tempat duduk paling depan, Lyra seperti merasakan ada sesuatu yang melewatinya. Pergerakan itu membuat bulu kuduk nya berdiri, dan Lyra merasakan ngeri seketika.

Lyra mempercepat langkah nya menuju meja dan... "Akhirnya, aku mendapatkan nya juga!" seru Lyra saat handpone merah itu sudah berada di dalam genggamannya. Ia merasa senang, lalu segera berbalik. Namun perasaan nya saja tau tidak, jarak dari tempat ia berdiri dengan pintu yang tadi ia lewati terasa begitu jauh. Ia meneguk salivanya kasar dan semakin gugup saat menatap lampu di kelas mereka hidup mati dalam waktu bersamaan. Bulu kuduk nya semakin berdiri dan terasa meremang.

Ia hendak berjalan menuju pintu keluar, namun mata Lyra langsung membulat saat menyadari ia tidak sendirian. Ia menatap horor ke arah pintu, sosok yang paling ia takuti berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang masih sama, masih tertutupi oleh rambutnya. Bulu kuduk Lyra berdiri saat menyadari gadis itu mulai menatapnya dengan perlahan. Di tambah dengan lampu yang semakin sering berkedip-kedip. Menambah kesan horor di ruangan mereka. Lyra menatap ke luar jendela, suasana gelap dan satpam juga tidak kelihatan. Padahal tadi ia sudah minta ijin pada satpam yang menjaga mereka.

"M-Mizuki? S-sedang apa kau di sini?" seru Lyra sambil berjalan mundur dengan suara gugup yang begitu ketara.

"Hihihihi,kau bertanya pada ku? Bukan kah seharusnya aku yang bertanya Lyra?"

Leher Lyra meremang, ia baru pertama kali ini mendengar suara gadis itu secara langsung. Keringat mulai bercucuran dari kening Lyra, ia berusaha untuk mencari jalan keluar dari ruangan kelas ini, yang sayang-nya seperti nya tidak ada jalan keluar.

"J-jangan mendekat, aku-aku minta maaf jika selama ini aku selalu kasar kepada mu Mizu, t-tapi, aku tidak berniat untuk melakukan itu. Maafkan akuuuu!" teriak Lyra sambil menunduk dan menyembunyikan kepalanya. Nafas-nya semakin tidak teratur saat mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat pada nya.

"Jika aku bilang aku memaafkan mu, apa kau ingin berteman dengan ku?" seru Mizuki membuat Lyra yang menunduk segera menatap sosok Mizuki yang sudah berada di depannya. Mata Lyra melotot dan "Arkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!"

Lyra berteriak saat sebuah benda tajam dan runcing masuk ke dalam matanya, rasa sakit langsung menyelimuti kepala Lyra. Ia berjalan mundur dengan darah dari sebelah bola matanya yang membanjiri wajah nya. Ia tetap menggelengkan kepala nya, berusaha untuk menjauh dari gadis gila di depan nya. "Kau-k-ka-kau benar-benar psyikopath gila. Kau setan!" tangis Lyra. Air mata nya benar-benar pedih saat keluar dari salah-satu bola mata nya yang sudah hancur dan berdarah. Rasanya begitu pedih saat luka di matanya terkenal air mata nya sendiri. Ia menarik nafas nya dalam, gadis di depan nya ini benar-benar gila. Lyra menatap ke segala sisi, berusaha untuk mencari jalan keluar dari dalam ruangan kelas mereka. Kali ini ia benar-benar menyesali keputusannya. Ia juga benar-benar merasa ceroboh ketika bisa-bisanya meninggalkan ponsel nya di dalam kelas.

Mizuki, gadis itu menghela nafas nya, "Aku bahkan tidak tau kenapa Alice membiarkan aku melakukan ini pada mu Lyra, tapi yang pasti dan perlu kau ketahui adalah. Bahkan kau juga terhubung dengan ku. Jadi aku tau betul rasa sakit saat mata mu itu hancur!" kekeh Mizuki yang terkekeh menahan rasa pedih di matanya. Lyra yang disakiti, ia dan beberapa orang yang terhubung dengan Alice juga akan merasakan hal yang sama. Meski tidak sesakit apa yang dirasakan oleh Lyra saat ini.

"Al-alice? Ti-tidak, kau pasti ingin menjebak ku saja. Alice itu baik, tidak mungkin dia berteman dengan manusia iblis seperti mu!"

Mizuki lagi-lagi menghela nafas nya, dengan seringai nya di tambah dengan ulu hati nya yang berkedut.. Ia mendekati Lyra, menarik rambut gadis itu dengan kuat. Ia mengambil pisau nya lagi "Ti-tidak, apa yang ingin kau lakukan? Lepaskan aku" teriak Lyra saat benda tajam itu sudah berada di mata kanan nya lagi.

Jlebb.. Mizuki tersenyum senang saat darah dari bola mata muncrat dan mengotori baju nya, ia lalu menatap gadis di depan nya yang sekarang terus berteriak. Mizuki mengambil tang dari balik baju nya, Brukk...brukkk... Tang itu menghancurkan mulur Lyra yang tadi nya terus berteriak. "Ayolah Lyra, kenapa kau cepat sekali diam? Aku masih ingin mendengar suara mu, suara mu. Begitu bagus!" kekeh Mizuki

"Ehmmphh....phhmmppphh!"

"Kau tidak bisa bicara lagi? Salahkan Alice Lyra, dia bukan lah manusia. Mereka bertiga, mereka bukan lah manusia. Dan, aku adalah bagian dari Alice. Aku adalah sisi gelap nya. Hahahhahahah!" kekeh Mizuki

Ia lagi-lagi mengambil pisau, mulai menyayati kulit tangan gadis itu seperti biasa, darah itu lagi-lagi mengalir segar dan muncrat ke baju nya. Mizuki tersenyum pahit, air matanya mengalir saat merasakan sakit dari apa yang ia lakukan. Mizuki mengambil kapak, Brakk. Ia langsung membelah badan Lyra, gadis itu terlihat kesulitan bernafas, Mizuki menarik paksa hati gadis itu dari dalam rongga badan nya, usus Lyra sedikit terbelah membuat makanan yang sudah di olah di dalam usus itu sedikit berceceran dan membuat Mizuki jijik.

Sementara Lyra merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuh nya, ia memang selama ini sering mengeri gadis di depan nya ini. Namun meski begitu, ia tidak pernah kelewatan. Hanya sewajarnya saja saat melakukan nya. Itu pun ia lakukan karena kekurangan teman, dan ia ingin banyak yang menjadi teman nya. Dan itu benar, Lyra punya banyak teman. Semua yang benci dengan Mizuki, menjadi teman Lyra. Karena mereka suka dengan Lyra yang sering membuli.

Lyra tidak sempat melawan karena gerakan Mizuki yang tidak bisa di tebak. Gadis itu juga berbicara cukup banyak dengan nya. Terakhir, Lyra mendengar Mizuki yang berkata-kata sambil menyebutkan nama-nama Alice. Lyra tidak tau hubungan apa yang dimaksud oleh Mizuki. Karena selama ini, Alice tidak pernah melakukan hal-hal sepertinay. Lyra pasrah saat badan nya dikapak dan hatinya di ambil paksa oleh gadis gila itu. Dan ia tidak lagi bisa merasakan tubuh nya yang ditarik-tarik, ia sudah mati rasa. Dengan perlahan, kesadaran Lyra juga semakin tipis. Dan dengan lama-kelamaan ia pun tak lagi tau apa yang terjadi. Gelap, semua nya terasa gelap dan tubuh nya kaku dengan darah nya yang terus keluar membasahi lantai yang mereka lewati.

"Sudah selesai, aku harap Alice segera sadar siapa dia. Dan, aku bisa mengakhiri ini semua. Aku tidak mau Alice menjadi sama seperti Nya. Benar-benar tidak mau, aku harap dia bisa tau arti dari semua lambang ini!" seru Mizuki sambil menyeret mayat Lyra ke ruangan yang biasanya. Namun kali ini ia akan membiarkan darah Lyra berada di ruangan kelas Alice, agar gadis itu bisa segera sadar dan mengakhiri ini semua.

Xander POV:

"Aaaaaa! tidakkk!"

Xander terbangun dengan nafas yang ngos-ngosan, ia menatap jam ding-ding nya yang sudah menunjukkan pukul 5.00 pagi. Ia menghela nafas nya, mengambil catatan kecil nya dan segera menuliskan kejadian di dalam mimpinya. Ia bangkit dari kasur nya, dan berjalan menuju balkon, menikmati udara dingin yang menusuk kulitnya. Seperti nya tidak akan ada salju lagi hari ini, setelah badai salju semalam.

"Alice?" ujar Xander saat menemukan handpone nya yang berbunyi dan Alice ada di layar itu. Ia mengambil handpone nya dan "Ya? Ada apa Alice?" seru Xander begitu panggilan mereka terhubung

"Fiushhh, untung lah. Kau baik-baik saja bukan?" seru Alice yang juga sedang berada di dalam kamarnya

"Ya, aku baik-baik saja. Ada apa menelepon ku sepagi ini?"

"Aku menghawatirkan mu, dengar, aku tidak ada masud apa-apa. Hanya saja, aku bermimpi buruk tentang mu!" seru Alice sambil kembali merebahkan badan nya setelah perasaan-nya legah begitu mendengar suara Xander.

"Hmm, aku baik-baik saja!" seru Xander yang sedikit gugup saat mendengar bahwa Alice khawatir padanya. Namun, Xander segera menggelengkan kepalanya. Tidak, ia mungkin hanya kasihan pada mu saja, Batin Xander.

"Syukurlah kalau begitu, aku sudah legah. Aku akan mematikan panggilannya, sampai jumpa!"

"Alice, tunggu!"

Alice yang hendak mematikan handpone nya terhenti,"Ya? Ada apa? Aku masih berada di sini!"

Xander menelan salivanya, ia menarik nafas nya dalam. "Ada acara hari ini?" seru Xander memberanikan dirinya

"Tidak, aku akan berada di rumah. Ada apa? Kau ingin mengajak ku?" seru Alice to the point. Di dalam kamar nya, Alice sudah memasang ekspresi ingin mengumpat diri nya sendiri.Karena terlalu sering berhubungan dengan Logan membuat Alice tidak sadar bahwa lawan bicaranya kali ini adalah Xander. Manusia es dari pegunungan himalaya.

"Tidak, hanya bertanya saja!"

Tutt...tutttt

"Hah? Xander? Astagahhh, dia mematikannya ternyata! Dasar pemalu!" kekeh Alice."Jelas sekali dia ingin mengajak ku jalan, tapi mengapa harus malu-malu seperti itu? Akkhhhh, ini membuat ku gila!"

"Sadar Alice, sadar!" seru Alice lalu segera beranjak dari kasur nya. Namun tiba-tiba Alice merasakan ulu hati nya lagi-lagi sakit. Ia menghela nafas nya, beranjak dari kasur nya dan mengambil obat nya. Ia benar-benar tidak tau apa masalah dengan organ hati nya, namun akhir-akhir ini rasa sakit nya sudah menjadi-jadi.

Xander mematung di tempat tidurnya. Ia menatap layar ponsel nya yang sudah hitam. "Bodoh!" seru Xander, "Aihsss, sejak kapan kau seperti ini? Ahhh, sudah lah!" seru Xander yang segera menuju ke dalam kamar mandi nya. Mandi sepertinya ide yang cukup bagus untuk kali ini. Sebenarnya Xander ingin mengajak Alice ke sekolah mereka, ia ingin memeriksa apakah mimpinya itu benar atau tidak.

***

"Mau kemana?"

Alice yang sudah di ambang pintu berhenti lalu menatap sosok wanita paruh baya yang duduk di sofa sambil menjahit.Alice sekilas menatap ada yang aneh dengan sosok wanita paruh baya itu dan entah lah, setiap hari pekerjaan ibunya pasti hanya menyulam dan menjahit saja, padahal tidak ada pelanggan yang memesan kepada mereka.

"Apa kau pernah berpikir bahwa Mrs. Bertha adalah ibu kandung mu?"

Pertanyaan Logan beberapa hari yang lalu kembali terngiang di dalam benak Alice. Namun ia segera mengalihkan perhatiannya dan berjalan menghampiri ibunya.

"AKu akan pergi bersama dengan Logan ibu!" seru Alice

"Apa kau berpacaran dengan nya hmm?" seru Bertha sambil tersenyum menatap Alice

"Ahhhh, ibu. Aku rasa ibu tau bahwa kami dari dulu berteman sejak kecil, dia hanya teman ku saja!" elak Alice

"Padahal ibu senang jika ada yang menjadi pacar mu!"

"Ibuuu, bagaimana mungkin aku berpacaran? Aku masih ingin fokus sekolah!"

"Benarkah? Tapi, bagaimana dengan teman mu yang satu nya?"

"Ahhhh, dia itu aneh bu, dia..!"

tin...tin....

"Ibu rasa teman mu sudah datang!" ujar Bertha sambil menginstrupsi Alice

"Baiklah, aku akan kembali nanti lagi Bu!"

"Hati-hati Alice, ingat pesan ibu!" seru Bertha sambil menatap punggung Alice yang mulai menjauh

"Baik Bu, aku pergi!"

Alice sampai di depan gerbang dan menatap Logan yang sudah menunggunya sambil bersender di mobil nya. "Logan!"

"Ahh, kau sudah siap?" seru Logan sambil membukakan pintu penumpang untuk Alice

"Bukan kah kau tidak ada acara hari ini?"

"Ahh, astagahhh. Xander? Kau mengagetkan ku saja!" ujar Alice saat baru saja mendengar penuturan itu dari sebelah nya. Jujur, ia tidak sadar bahwa Xander juga akan ikut bersama dengan mereka.

"Ahhhhh, aku memang tidak ada agenda untuk hari ini. Tapi, Logan mengajak ku ikut dengan nya! Tapi, mengapa kau juga ada di sini?" ujar Alice

"Aku mengajak nya Alice, apa kau keberatan?" seru Logan yang menatap Alice dari kaca spion nya, mengingat gadis itu yang duduk di jok belakang dengan sendirian.

"Ahhh, tentu tidak!"

"Tunggu dulu, pakaian kalian berdua. Mengapa bisa sama?" seru Logan mengalihkan perhatianya pada Alice dan Xander bergantian.

"Aku tidak tau!" ujar Xander

"Ya, aku juga tidak tau!" seru Alice lalu segera mengalihkan perhatiannya ke ponsel nya.

Logan menatap Xander yang sedikit mencurigakan, "Jika kau tidak ingin menyetir, aku bisa membawa mobil mu!" seru Xander

"Ahhh tidak, aku bisa membawa nya"

Mobil Logan mulai berjalan dari kawasan perumahan Alice, keadaan mobil benar-benar hening dan tidak ada yang memulai percakapan. Alice sibuk dengan game di tangan nya, Logan sibuk dengan pemikirannya sendiri dan Xander yang sesekali melirik Alice yang berada di belakang nya. Xander sedikit menaikkan bibir nya saat melihat kening gadis itu yang berkerut. Dan semua tingkah Xander benar-benar tidak luput dari penglihatan Logan.

avataravatar
Next chapter