webnovel

Awal Dari Segalanya

Perayaan pergantian tahun begitu ramai dan meriah di jalanan kota Washington DC. Hingga akhirnya sebuah tragedi membuat suasana berubah mencekam. Teriakan dan tangisan anak kecil dan perempuan terdengar jelas di sana. Suara sirine mobil polisi dan ambulans pun terdengar begitu nyaring di tengah kota. Sebuah kecelakaan tunggal terjadi di sana. Mobil berwarna hitam terdiam ringsek di bawah menara yang akan diluncurkan kembang api tepat pukul dua belas malam nanti. Di dalam mobil itu ada seorang lelaki yang diduga adalah pengemudi mobil itu sendiri. Dia dinyatakan tewas oleh polisi. Di samping itu, beberapa korban yang terluka pun tak sedikit akibat tertabrak dan saling mendorong karena terkejut dengan kencangnya laju mobil, "Korban hanya pengemudi saja. Sepertinya korban dalam kondisi mabuk dan menggunakan narkoba. Korban dinyatakan tewas setelah kejadian," terang salah satu polisi kepada rekan polisi yang lain.

Korban tewas bernama Victor, seorang pemuda dua puluh lima tahun yang sedang dalam kondisi mabuk. Salah satu anggota polisi menghubungi salah satu keluarga Victor. Sedangkan jenazah Victor segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Di ruang jenazah rumah sakit itulah jenazah Victor terbaring kaku dengan luka yang cukup parah di bagian kepala dan tulang lehernya yang patah. Satu persatu anggota keluarganya pun datang dengan air mata yang berlinang. Di samping itu, seorang gadis cantik dengan rambut pirang dan mata coklat terduduk diam di pojok ruangan. Ia menangis dalam diam. Gadis itu tak lain adalah Anna, kekasih Victor. Gadis yang telah membersamainya dua tahun belakangan ini dan keduanya akan menikah dua bulan lagi.

"Anna, bersabarlah, ini sudah ketetapan Tuhan," lirih seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari Victor.

"Ya, Tante, aku akan berusaha untuk menerima ini semua. Tetapi ini semua seperti tiba-tiba untukku, aku masih tak menyangkanya. Tadi, pukul tiga sore Victor masih meneleponku, dia mengatakan ingin merayakan meriahnya pergantian tahun dan menikmati indahnya kembang api bersamaku. Tetapi, kenapa kini dia meninggalkanku?" ucapnya terisak.

"Tante, bisikkan padanya, aku sangat mencintainya. Sampai detik ini pun aku masih sangat mencintainya," ucap gadis itu lagi kepada ibu Victor. Wanita paruh baya itu memeluk gadis yang akan menjadi istri dari anak semata wayangnya yang telah terbujur kaku, "Percayalah, Victor juga selalu mencintaimu, bahkan sampai detik ia tak bernyawa, Anna," bisiknya lalu mengecup pucuk kepala Anna.

***

Pemakaman pun telah usai. Jenazah Victor di makamkan pagi hari tadi. Tanah pusara masih basah dengan kelopak bunga di atasnya. Di samping pekuburan itu masih terduduk Anna yang masih enggan untuk pergi dari tempatnya.

"Biarkan aku berada di sini sampai aku puas menemaninya," ucap Anna kepada kerabat dan teman-temannya. Semua temannya pun pergi, kini hanya tinggal dirinya sendiri di tempat itu.

"Victor, aku sudah bisa menerima ini semua. Kepergianmu, aku telah relakan. Aku doakan, semoga kau temukan kehidupan terbaik di sisi-Nya. Terima kasih untuk dua tahun terakhir ini. Hum, awal tahun yang begitu berat untukku. Tunggu aku, tunggu aku menyusul dan hidup bersamamu kembali di atas sana," ucap Anna lirih dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Ia cium batu nisan di atas pekuburan. Lalu, ia berdiri dan meninggalkan gundukan tanah yang merah nan basah.

Di dalam gelapnya liang lahat, entah mimpi atau bagaimana, Victor membuka matanya. Ia bisa melihat betapa gelapnya di sana. Sampai akhirnya, tubuhnya bagai masuk dan ditarik ke dalam ruang waktu.

Dan kini, ia berada di suatu tempat, ia bisa melihat orang berlalu lalang. Tetapi, ada yang aneh, orang-orang menganggukkan kepala dan memanggilnya dengan nama Lucas.

"Hei, Lucas! Sedang apa kau di sana? Kenapa kau melamun saja? Lebih baik bantu aku mengambil jerami di sawah!" panggil seorang lelaki lagi. Kini, Victor benar-benar tak tahu kenapa semua orang memanggilnya Lucas. Bahkan, dirinya sendiri saja tidak tahu siapa orang-orang yang menyapa dan memanggilnya.

"Hei, ayo! Cepatlah! Kenapa kau seperti orang linglung?" ucap lelaki itu lagi, kali ini dengan menarik lengannya paksa.

Sampai akhirnya ia melewati sebuah danau kecil, di sanalah ia melihat pantulan wajahnya.Ia kaget bukan kepalang, sontak ia menghentikan langkahnya dan memandangi pantulan wajah itu.Ia raba wajahnya itu, tetapi memang itulah wajahnya kini, putih, dengan rambut sedikit panjang dan berwarna pirang.

"Ada apa?" tanya lelaki itu. Victor hanya diam saja tak menjawab dengan mendekatkan wajahnya ke air.

"Kenapa wajahku jadi seperti ini? Ada apa ini?" tanya Victor lagi membuat lelaki disampingnya itu tak mengerti.

"Hei, wajahmu itu memang seperti itu, Lucas? Apa ada masalah? Hahahaa! Kau memang aneh, dengan wajahmu sendiri saja kau tak mengenalinya," ucap lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari Victor.

Victor hanya meliriknya sekilas. Kini, matanya ia edarkan ke seluruh penjuru di padang rumput ini. Para laki-laki, wanita, dan anak-anak memakai pakaian kuno seperti jaman dahulu. Bukan pakaian modis dan elegan yang dipakai saat ia masih hidup. Ia juga melihat ke arah dirinya, sama, tubuhnya pun memakai pakaian yang sama dengan orang-orang yang ia lihat. Ia juga melihat ke arah rumah-rumah para warga, rumah yang terbuat dari kayu dan bambu, ada juga yang memakai batu.

'Benar-benar sangat unik. Di jaman modern ini masih ada yang memakai bahan bangunan seperti itu,' batin Victor.

"Hei, kau kenapa Lucas?" tanya lelaki yang sejak tadi bingung menatapnya.

"Lucas? Siapa Lucas? Kenapa semua orang memanggilku Lucas?" tanya Victor sembari mengernyitkan dahinya.

Lelaki itu semakin tak mengerti, "Namamu memang Lucas, kenapa? Kurang bagus? Hei, ada apa sebenarnya denganmu? Kenapa kau sangat aneh, Lucas?"

"Aku bukan Lucas, aku Victor!" Sentak Victor yang benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Hei, kenapa kau membentakku? Namamu memang Lucas, sejak kapan kau mengganti nama menjadi Victor?"

"Ah, aku sungguh tak mengerti. Aku bahkan tak tahu aku ada di mana dan kenapa aku bisa berada di sini!" Victor pergi meninggalkan lelaki itu yang masih berdiri dengan perasaan bingung.

"Heran, bukankah dia lahir di sini? Lalu, kenapa bisa dia tak tahu kenapa ada di sini? Ah, jangan-jangan Lucas amnesia. Wah, bahaya ini."

Lelaki itu pun pergi ke arah perkebunan. Ia akan mengambil jerami untuk pakan kudanya. Soal Lucas, ia akan menyusulnya setelah pekerjaannya selesai.

Di tepian hutan, Victor duduk di bawah pohon besar dengan batu di bawahnya. Ia benar-benar masih tak mengerti kenapa semua orang memanggilnya Lucas. Dan kenapa ia bisa berada di tempat ini? Lalu, bukankah ia telah tewas? Apa mungkin ia hidup kembali?

"Aku ingat, aku telah meninggal dunia setelah kecelakaan malam tahun baru itu. Lalu, kenapa aku berada di sini? Apa aku hidup kembali? Jika iya, kenapa hidup di sini? Dan, kenapa ini bukan wajahku? Ada apa sebenarnya?"

Next chapter