webnovel

Jhon!

Suatu pagi saat aku melewati padang rumput yang luas, sekelompok penunggang kuda membelah kesunyian itu, menerbangkan debu-debu oleh tapal-tapal kuda yang beradu dengan tanah, mereka menuju suatu tempat, mengenakan jas hijau tebal sampai lutut dan dipinggangnya terselempang pedang, mereka memacu kudanya lebih cepat sampai menuruni bukit dan menghilang.

Sesaat kemudian muncul pesawat dari balik awan, menukik tajam hingga kurang lebih 70 derajat kebawah, dan mengeluarkan asap ia berada kira-kira 100 meter didepanku, kemudian sebelum menyentuh tanah ia berusaha untuk merubah posisinya agar tidak terjadi crash, sebuah dentuman dari tubrukan pesawat menyentuh tanah dan kobaran api keluar dari sisi-sisinya, seorang pilot berusaha keluar dari cockpit dengam menembakkan pistolnya kecanopy, aku berlari kearahnya, sementara mesinnya mulai terbakar, sebentar lagi meledak.

Ia lompat dari cockpit dan dengan payah ia berlari, aku mendapatkannya, aku memapahnya hingga jarak yang cukup jauh, sesaat kamudian suara ledakan muncul disusul seluruh bagian pesawat yang berhamburan, beberapa menit kemudian, kerumunan penjaga, pemadam kebakaran, dan yang lainnya berdatangan.

ia membuka maskernya, jhon!,

Beberapa Tahun Sebelumnya.

Aku menyusuri kembali jalan-jalan setapak ini setelah bertahun-tahun melupakannya, gang-gang sempit sewaktu aku bermain bersama nasir, ali, dan yaalan, aku melihat bayanganku berkejaran dengan tukang daging sehabis kami mengacak-acak dagangannya, kami berempat berlari sambil tertawa.

Sementara tukang danging itu-yang terlihat sangat marah-berlari mengejar kami hingga kelelahan, setelah empat tahun lamanya mengikuti pendidikan dan penugasan, dengan wajah baru, tubuh baru hasil gemblengan selama pendidikan, pakaian baru.

Aku kembali ke kota tempat aku dilahirkan, rasanya seperti orang asing, aku masih ingat keindahan kota ini, setiap inchinya, sudut-sudut kota dimana aku selalu membuang mainan yang tidak aku suka disana,Baku.ya..sebuah kota yang dikelilingi benteng, dan sebuah lembah yang indah, serta kota yang menjadi tempat transit para pedagang dari seluruh dunia sebelum mereka ke sabatea syrugnya para pedagang, walau aku belum pernah kesana, tempat itu seperti telah ada dalam fikiranku, setiap kali orang yang telah kesana selalu menceritakan apa saja.

Hingga tempat itu seperti ada diseluruh dunia, ia dilukiskan, dibicarakan di pasar, dibus kota, dilapangan bola, di tempat ibadah.

Seluruh orang-orang dari belahan dunia, berduyun-duyun belajar disini, sejarah, science, artefak, dan masih banyak lagi, insinyur-insinyur mereka membuat sebuah bangunan yang sangat megah dan indah menjulang tinggi ke langit sebagai bentuk sebuah peradaban.

Dan hasil dari scientis-scientis adalah buku-buku mereka yang memenuhi perpustakaan dengan rumus-rumusnya, dan masih banyak lagi, mereka yang ahli dalam setiap bidang mengaplikasikannya untuk pembangunan kota, membuat tata kota yang indah didalam sebuah benteng, kesan seperti penjara ia rubah menjadi sangat indah, air-air mancur, dan taman-taman kota.

****

Sementara itu disebuah padang rumput yang sangat luas, dan batu-batu yang sangat besar memantulkan sinar bulan sehingga terlihat lebih terang, angin mendesir keras mengangkat rumput-rumput yang telah tua.

Hanya ada satu pohon disana, pohon poplar, pohon poplar yang sudah tua dan sedikit berdaun, akar-akarnya menjelujur hingga jarak yang cukup jauh, desekelilingnya batu-batu yang tentunya telah dibalut oleh akar-akar pohon, jumlahnya banyak dan tersebar disana sini.

Dikejauhan seorang pria dengan jubah berwarna hijau dan sepatu boot melindungi betisnya, disampingnya terselempang pedang yang sangat mengkilap, wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng, topeng dari emas.

Kemudian ia memacu kudanya lebih cepat, sampai dibawah pohon poplar ia mengikatkan kudanya di sebuah batu yang ujungnya meruncing.kemudian ia duduk dengan tenang, jubahnya berkibar-kibar memperlihatkan bagian dalam jubahnya, belati dibelakang pungungnya, dan baju zirah mengkilat menyelimuti tubuhnya, seakan akan ada suatu pertempuran.

Tak lama berselang, dari arah yang berbeda-beda para penunggang kuda datang, mereka saling mengucapkan salam satu sama lainnya, mereka saling berpelukan seperti sudah lama tidak berjumpa.

Mereka duduk melingkar dan mengeluarkan pedang mereka masing-masing, kemudian pedang itu diangkat dan sebelah sisinya mereka tempelkan dikening masing-masing, kemudian mereka menghunuskan kearah depan hingga masing-masing ujungnya salah bertemu.

"Demi kejayaan!", angin medesir lebih lambat dan hawa menjadi lebih hangat seakan langit mendengar semangat mereka, kemudian mereka menancapkan pedangnya didepan tubuh mereka masing-masing.

"kurasa rambut putihmu lebih banyak dari sebelumnya, wahai Asad al-Furat"

Suasana menjadi lebih hangat, mereka saling memandang dan tersenyum melihat wajah rekan-rekannya yang telah menua.

"aku teringat pertempuran dulu malawan tentara bagian barat.Ia menggunakan senapan berukuran panjang, aku tercengang pada saat itu, kita yang pasukan berkuda dengan panah menandingi timah panas mereka, bayangkan berapa teman kita yang gugur hanya dengan sakali menarik pelatuk.sementara musuh kita berbaris dengan sangat rapih dengan satu komando,

"untung ada kau basil ,jika kau tidak segera mengambil komando untuk mengganti strategi, mungkin aku tidak dapat bayangkan berapa banyak pasukan infantri kita yang gugur saat belum sampai menyentuh pertahanan mereka".

Aku ingat bahwa kau yang mengitari bukit itu dan menerobos pertahanan mereka dari belakang.

"benar," kata basil menimpali dari balik topengnya.

Pria dengan topeng emas menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya tubuhnya mulai dikendurkan, matanya menatap langit yang hitam tanpa bintang ia mulai membuka pembicaraan sembari mengepalkan kedua tangannya.

"terima kasih kalian telah datang kemari jauh-jauh dan merelakan waktu istirahat kalian, tanpa basa-basi langsung saja, kekacauan yang terjadi sekarang sudah semakin rumit, persoalan-persoalan yang seharusnya tidak boleh terdengar dimasyarakat kini sudah mulai tercium, orang-orang dibelakang orde naga sudah mulai berani menunjukan jati dirinya pada rakyat, ini tidak dapat dibiarkan karena nama-nama anggota Yanisari yang ada dipemerintahan akan ikut terseret, mereka sudah mulai mengacak-acak jalannya pemerintahan dan membunuh lawan politik yang berarti mengancam keselamatan negara..

Kemudian pria bertopeng emas menghela nafas dan menghembuskannya kembali.

"apakah kalian ingin kembali berjuang bersamaku untuk yang terakhir?"

"aku bersamamu tuan", kata salah satu pria dari balik topeng.

Suasana menjadi hangat kembali, mereka saling menatap dan kembali bercengkrama.

"kalian sudah mendengar kabar tentang penggalian terowongan petra"

"ya, sedikit"

"ada kabar burung tentang itu, selain pemerintah, mereka rupanya ada motif lain dibaliknya"

"orde naga sedang menyiapkan rencana besar, dan oksodus bangsa khazar dulu telah kembali dan sedang mengumpulkan pasukannya untuk merebut "the promise land", dan terowongan yang mereka gali adalah untuk pendanaannya"

"para Amir seolah menutup mata, dan tidak berbuat sedikitpun aku khawatir suatu saat mereka akan menyerang secara mendadak dengan kekuatan besar"

"kita berharap Tuhan selalu melindungi umatnya"

"Amin".

Tiba-tiba basil tersungkur dan darah segar keluar dari balik jubahnya, bunyi keras senjata terdengar dari balik bukit, seorang penembak gelap telah mengintai pertemuan ini beberapa saat yang lalu. Untuk kedua kalinya ia memuntahkan timah panasnya dan tepat di dikepala salah satu pria bertopeng itu. Ia terjatuh seketika dan seluruh topengnya dilumuri darah segar.

Semua yang ada dipertemuan itu bersembunyi dimana saja yang aman dibalik batu, di balik pohon, dibalik kuda yang dalam posisi terlentang, teknik yang sering dipakai oleh penunggang kuda militer.

"ssst, lihat kearah bukit itu", kata pria bertopeng emas.

"ya aku melihatnya",Asad mengagguk memberikan isyarat. Sebuah nyala api terlihat cepat yang itu berarati gesekan peluru yang keluar dari moncong senapan.

"aku butuh umpan untuk mencapai kesana, pria bertopeng lainnya mengisyaratkan dengan menunjukan jarinya kearah batu besar. Mereka bersebrangan hanya berjarak beberapa meter.

"jarak tembak optimal hanya 200 meter, terlalu gelap. jarak disini kira-kira 250 meter, aku akan berlari kebalik batu, sekarang untuk sampai kesana aku butuh pengalih perhatian, jeda waktu untuk menembak dan mengisi peluru kira-kira 20 detik, butuh dua kuda untuk umpannya"

"baik, Asad bersiul dan kuda hitam mengkilat dan terlatih menghampirinya"

Ketegangan berlangsung sangat lama, 15 menit sudah mereka berhadapan dengan senjata dan kematian kapan saja mengintai mereka.

"tunggu sampai aba-abaku, sekarang", kata seseorang dibalik topeng.

Dua kuda dilepaskan dari arah yang berlawanan menuju bukit penembak gelap berada, bersamaan dengan bunyi tembakan pria dengan topeng emas berlari dengan sangat cepat dan seperti perkiraannya 20 detik sesudahnya ia segera berlindung. jaraknya masih cukup jauh, peluru hampir menembus kepalanya, hanya beberapa inchi saja.

Bunyi tembakan terdengar lagi kuda kedua terjungkal beberapa meter dari si penembak, bersamaan dengan suara tembakan pria dengan topeng emas berlari lagi dan berhasil ketempat dengan jarak yang optimal dibalik sebuah batu.

"satu kuda lagi", ia memberi isyarat.

" Asad mengangguk. satu kuda lagi dilepaskan, kali ini penembak gelap dibuat bingung menembak kuda yang berlari dan semakin mendekat atau tertembak senapan pria bertopeng emas, konsentrasinya mulai pecah, sementara kuda coklat berlapis baja dengan cepat berlari ke arahnya.

suara tembakan untuk ketiga akhirnya terdengar kuda itu tersngkur, dan dari balik batu pria dengan topeng emas keluar dan segera menarik pelatuknya, penembak gelap gusar karena sebuah moncong senapan ada didepannya.

suara tembakan untuk keempat kalinya terdengar, dan seorang dari arah bukit terjatuh.

Semua yang berlindung segera berlari, sebagian menolong dua orang yang telah tertembak, yang lainnya menuju penembak gelap yang telah terkapar. Sementara yang lain mengurusi dua jenazah. Pria dengan topeng emas perlahan mendekati penembak gelap itu.ia membuka penutup kepalaya, ia meraba setiap inchi tubuhnya, disakunya pakaian dan celananya.

"Tepat seperti dugaanku, penembak ini dari kesatuan penembak jitu yang seharusnya bertugas diperbatasan timur, tempat para pengintai terbesar kedua setelah diutara.jenis senapan ini banyak ditemui didaerah sana karena daerahnya yang bertebing dan diselimuti gurun sehingga senapan ini akurat jika menghadapi badai pasir dalam beberapa ratus meter. Tapi siapa yang mengirim ia kemari", gumam pria bertopeng emas.

"tuan aku menemukan ini", kata Asad memberikan sepucuk surat yang pudar dengan warna merah darah. Isi surat itu tertulis.

Malam ini akan ada pertemuan didaerah Baku. tepatnya dibawah pohon poplar tua dengan bukit disekelilingnya, bunuh mereka jangan meninggalkan jejak sedikitpun.

Dipojok kiri bawahnya distempel resmi kesatuan kavaleri dan ditandatangani. "siapapun yang menerima tugas ini, maka ini adalah tugas negara", kata pria bertopeng emas yang tak lain adalah Umar shaif.

"kita kecolongan!", timpal Asad.

"bersihkan jejak kita, kita lihat besok dilapangan kota akan ada pertunjukan.

Next chapter