7 Chapter 6 (Pencarian Mutiara)

Semua kembali, perang telah usai, Lilie dan Lilou kembali dengan wajah sedih.

Lixun adik bungsu Lilie berada di tangan negeri api,

Walau begitu perayaan pesta kemenangan negeri air tetap harus terlaksana, karena sudah menjadi kebiasaan rakyat negeri air.

                    *********

Di sisi lain, tepatnya pihak negeri api. Shung khang berkuda kembali ke perkemahan negeri api.

Tak lama berkuda, shung khang melihat sosok laki-laki dengan pakaian dari besi, memakai jubah berwarna hitam dan bagian dalam berwarna merah. Di kedua pundaknya terpasang besi pelindung yang berbentuk seperti tanduk kerbau, mahkota yang berbentuk kepala naga dengan mata api menyala.

Shung khang terkejut melihat ayahnya, sang raja negeri api yang langsung datang ke perkemahan. Hou yi terlihat berlutut bersama sisa pasukan, di depan raja api.

Shung khang langsung melompat turun dari kudanya dan berlutut di depan ayahnya.

"Ayahanda, maaf—"

"Diam..!", bentak raja api dan matanya menyala-nyala seperti ingin membakar. "Kalian semua mengecewakan,terutama kau Hou Yi!", ucapnya.

"Iya ayahanda." jawab hou yi.

"Kenapa kau membawa penyihir ingusan ini?."

Mata raja api tertuju pada Li Xun, yang menunduk dan tangannya di borgol api di belakang Hou Yi.

Dia merasa bersyukur negeri api bisa di kalahkan, tapi dia juga cemas dengan keselamatannya.

"Saya ingin tahu, bagaimana dia bisa menyembuhkan tendangan api amarah dalam sekejap.", jawab Hou Yi sambil melirik Li Xun di belakangnya.

"Sudahlah, Saat ini walau kita kalah. Kita jadi tau sekuat apa pertahanan negeri air.", raja api berbalik dan menaiki kuda merahnya. "Sekarang kita kembali ke kerajaan."

"Ayahanda, ayahanda, saya memiliki sesuatu untuk di sampaikan." sahut shung khang sebelum mereka menaiki kuda. "Calon pemimpin alam ini sudah di tentukan, dia berpihak di negeri air."

Sejenak raja api penasaran dan turun dari kudanya.

"Dari mana kau tahu?", tanya raja api dengan raut penasaran.

"Saya sendiri, yang bertarung dengannya." jawab shung khang.

"Lalu hasilnya?".

"Saya unggul ayah, tak perlu cemas. tidak seperti yang di katakan ramalan.", balas shung khang dengan remeh.

"Ehm.. ", raja api tersenyum dan menaiki kudanya kembali.

"Walau begitu, kita tidak boleh meremehkan manusia busuk itu. Dulu para ksatria dewa juga manusia biasa, tapi nyatanya kekuatan mereka bahkan melebihi raja di alam dewa."

"Baik ayahanda." balas shung khang

Mereka berkuda kembali ke kerajaan mereka yang bertolak belakang dengan negeri air.

                    *********

Di waktu yang sama petinggi negeri air mengadakan rapat dadakan, waktu yang sama saat pesta kemenangan berlangsung.

Rapat mengenai persiapan Mi Kuo yang akan pergi menjalankan tugasnya.

"Yang mulia, pesta berlangsung meriah, semua rakyat bahagia mendengar kemenangan kita. sayangnya, kami selaku petinggi kerajaan merahasiakan duka kerajaan, tertangkapnya pangeran Li Xun ." ucap Shou Jing, perdana menteri negeri air dan tangan kanan raja, dia juga salah satu dari tujuh roh penjaga kubus.

"tertangkapnya pangeran adalah urusan kita keluarga bangsawan negeri air, rakyat hanya perlu merayakan kemenangan, sudah banyak derita rakyat, aku tidak ingin mereka mendengar hal ini. Ksatria dewa, benarkah anda mau melanjutkan perjalanan besok?", raja berucap dengan muka masam.

"Jika hamba terus menunda, kadamaian di alam dewa juga tertunda lebih lama. Yang mulia tahu juga kalau negeri api walau sudah kita kalahkan tadi, dia akan tetap menyerang negeri air. Tidak tahu itu kapan terjadi, tapi pastinya akan terjadi."

"Kau benar ksatria—",

"Yang mulia, mohon jangan panggil dengan sebutan ksatria." Mi Kuo memotong perkataan raja Liang Feng.

"Maaf-maaf, aku lupa.", ucap raja Liang Feng dengan senyum malu. "Baiklah, kami akan mempersiapkan semua yang kau butuhkan."

"Apa harus secepat itu?", sahut Lilie yang baru saja berlari masuk aula.

"A—apa maksudmu?", tanya Mi Kuo bingung.

"Kau, apa kau harus pergi secepat itu?."

"Lilie, apa yang kau maksud. Mi Kuo pergi menjalankan tugasnya di alam dewa, kalau tidak kenapa harus datang jauh-jauh kesini."

"Tapi—", Lilie terdiam dan matanya berkaca-kaca.

"Kau ini, sifatmu masih saja labil. Mi Kuo adalah orang penting di alam dewa ini."

Lilie hanya menggelengkan kepala dan berlari ke kamarnya, dia merasa sedih dan takut tak bisa bertemu Mi Kuo lagi,

Lilie sudah menaruh hati padanya.

"Putri Lilie..!", panggil Mi Kuo.

Tapi Lilie terus berlari dan menangis.

"Sudah lah, biarkan dia. Sifatnya memang kadang kekanak-kanakan", ucap raja Liang Feng dan turun dari kursi tahtanya.

Mereka kembali ke balkon istana dan berpesta. Saat tengah malam tiba pesta selesai, para penduduk pulang dan juga ada yang mabuk.

Lilie yang sedang resah memikirkan Mi Kuo tidak tidur semalaman.

                    ********

Pagi harinya, Mi Kuo sudah bersiap berangkat diantar oleh raja dan yang lainnya ke gerbang perbatasan. Hanya Lilie yang tak terlihat disana.

"Yang mulia, hamba mohon pamit. Maaf tidak bisa lebih lama tinggal di istana." ucapnya.

"Aku tahu. Kau menempuh tugas yang sangat berat, aku akan selalu mendoakanmu. Wahai sang ksatria." jawabnya dan memegang pundak Mi Kuo.

"Baiklah semua, sampai jumpa.", ucapnya dan melirik kesana kemari Lilie tak terlihat sama sekali.

Mi Kuo mulai berjalan dan melihat petanya.

Muncul tulisan secara ajaib pada peta tersebut, tulisan kuno alam dewa.

Tak lama tulisan itu hilang, Mi Kuo yang hanya manusia biasa tak bisa membaca tulisan itu.

"Apa sih ini, guru gak pernah ngajarin tulisan aneh gini." ucapnya sambil menggelengkan kepala.

Saat sedang bingung, Mi Kuo mendengar teriakan dari belakangnya.

"Mi Kuoo.....! Tunggu..!".

Di menoleh dan melihat Lilie menaiki kuda dan membawa sebuah tas besar di kedua sisi punggung kudanya.

"Ngapain dia?", gerutunya.

Lilie berhenti di samping Mi Kuo dan turun dengan menampakkan senyuman manisnya.

"Kenapa kamu ikut, seorang putri harusnya berada di istana kan?".

"Aku ingin menlindungimu, izinkan aku ikut denganmu ksatria dewa." Ucapnya dan berlutut di hadapan Mi Kuo.

"Hei, ngapain sih pake gini", dia memegang pundak Lilie."ayo bangun-bangun."

"Jadi aku boleh ikut?" Tanya Lilie dengan wajah kikuk.

"Menjadi penjaga ya, saat perang saja aku selalu membantumu dari serangan pasukan siluman, dan sekarang kau ingin melindungiku. Apa kau bercanda?".

"Aku memohon padamu, aku mohon." Lilie kembali menundukan badannya.

Mi Kuo memegang kedua lengan Lilie dan menyuruhnya bediri, tetapi Mi Kuo tak sengaja menginjak jubah Lilie.

Dia terjatuh di dekapan Mi Kuo, jantung Lilie berdegup kencang. Keringat membasahi sekujur tubuhnya, tapi dia langsung mendorong Mi Kuo sampai terjatuh di tumpukan salju dingin.

"Hei, Kenapa kau mendorongku?", Mi Kuo berucap sambil membersihkan jubah putihnya dari salju.

"Dengar ya, aku ini tuan putri negeri air. Jadi, jangan sembarangan menyentuhku. Paham!", Lilie menampakan wajah jutek, padahal isi hati sangat bahagia, Dia menahan senyum dengan wajah juteknya.

"Terserah kau, aku tidak peduli."

Ucap Mi Kuo dan langsung berjalan pergi.

"Hei tunggu." Lilie mengikuti Mi Kuo dengan menarik kudanya.

Mereka sudah berjalan keluar dari area kerajaan es dan memasuki sebuah hutan cemara.

"Hei apa kau bisa membaca tulisan ini?". Tanya Mi Kuo yang sedang mencoba memahami arti dari tulisan peta. Tulisan itu keluar setiap Mi Kuo membuka gulungan peta.

"Hei, Lilie?", dia menoleh tetapi Lilie tak terlihat. "Lilie..! Lilie..!", dia kembali kejalan yang di lewatinya tadi, Lilie terlihat lelah dan sedang duduk bersandar di bawah pohon yang tertumpuk salju.

"kau ini, malah duduk di bawah pohon."

"Setidaknya bantu aku menarik kuda putih, bukannya cuma melihat peta melulu." Katanya kesal.

"Hehe, maaf-maaf. Apa kau bisa membaca tulisan ini."

Mi Kuo memberikan peta itu kepada Lilie, dia memperhatikan tulisan yang muncul di peta.

"Hei, kau kenapa tidak menaiki kudamu saja. Dari pada di tarik kayak layangan gitu.", ucap Mi Kuo mencoba menarik kuda putih.

"Diam dan tarik dia berjalan, aku akan mencoba—", Lilie ingat sesuatu yang pernah jendral Gyeon Chan ajarkan. "Ini adalah tulisan kuno, tulisan yang sudah lama menghilang. Kalo tidak salah kata pertama bertuliskan kata 'JIKA', ya kata jika."

"Apa kau yakin?".

"Iya aku pernah belajar tulisan kuno, tapi aku hanya sedikit memahaminya." Jelas Lilie.

"Tapi kalau aku tidak menemukan petunjuk menggunakan peta ini, tak ada gunanya. Aku tak akan bisa menemukan letak mutiara itu."

"Jika berjalan lurus ke arah timur kita akan sampai di negeri dewa binatang. Di sana kemungkinan mereka tau tulisan ini." Katanya menenangkan suasana kebingunan Mi Kuo.

"Baiklah, tapi kenapa kau tidak tahu tulisan ini. Padahalkan, putri negeri air."

"Ehm.. Aku dulu tidak minat belajar tentang sejarah kuno. Jadi makanya aku ikut latihan peperang. Sudahlah ayo berangkat, buang-buang waktu kau ini."

Mereka meneruskan perjalan ke arah timur menuju hutan cemara yang di selimutih kabut putih gelap.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter