15 Chapter 14 (Ratu Peri Hitam)

Bruk..  Bruk.. Bruk..

Suara hentakan kaki para prajurit di aula istana gunung berapi, istana dari negeri api. Istana gunung berapi berada tepat di tengah-tangah perut gunung berapi, istana yang terbuat dari batuan vulkanik di lapisi oleh lava panas yang dapat  melelehkan dewa sekalipun.

Raja api berjalan membawa tongkat berbentuk cakar naga, di temani oleh Hou Yi dan Shung Khang menuju kursi tahtanya di aula istana. Dia menaiki tahtanya dan duduk sambil memasang wajah jahat dan licik. Semua prajurit dan para panglima berkumpul juga di sana dari tadi menunggu raja api.

"SALAM YANG MULIA!", ucap semua orang yang berada di aula istana.

"Ehm..  Terima kasih atas sambutan kalian.", ucap raja api sambil menyilangkan kakinya.

"Yang mulia, apa hati yang mulia merasa berbeda. Karena saya lihat pakaian yang mulia lebih formal dari biasanya, biasanya selalu memakai zirah baja.", ujar JinPa salah satu penasehat negeri api.

"Ehm..  Biasa saja. Aku tidak merasa senang atau sedih, hatiku serasa mati rasa sekarang.", jawab raja api.

"Maaf yang mulia kalau saya menyinggung anda.", sahut JinPa.

Raja api hanya menggelengkan kepalanya dan tertawa.

"Tujuh panglima kemari!", ucap raja api, dan raut wajahnya mulai serius.

Ketujuh panglima mulai berjejer di hadapan raja api dan berlutut hormat padanya.

"Aku mendengar, Mi Kuo. Iya Mi Kuo, si manusia picik itu sudah mulai mencari mutiara bintang. Jadi, aku ingin salah satu dari kalian pergi untuk menghabisinya. Aku benci istilah ksatria dewa, mereka tidak pernah berpihak kepada negeri api, dan membuat para dewa api hidup di tempat panas dan gersang ini.", ucap raja api.

"Yang mulia, dari hasil pantauan saya Mi Kuo berada di negeri para peri dan hewan. Jadi alangkah baik jika ratu peri hitam yang melakukan tugas pertama ini.", ucap raja siluman.

"TouTou Yin, apa maksudmu?", sahut ratu peri hitam.

"Kekeke.. Bukannya benar, itu tempat lahirmu. Jadi kau tau kelemahan dan keunggalan tempat lahirmu kan.", sahut raja siluman TouTou Yin.

"Aku tak akan pernah menginjak tanah—", ucap ratu peri hitam, lalu di potong oleh raja api.

"Aku setuju. Ratu peri hitam, bawa pasukanmu untuk menyerang negeri peri dan hewan, jangan lupa kau habisi Mi Kuo.", perintah raja api.

"BAIK YANG MULIA!", Jawab ratu peri hitam.

"Satu lagi, aku berharap tidak ada kegagalan."

Ratu peri hitam terbang dengam rasa marah kepada raja siluman yang selalu mencari muka kepada raja api, bersama pasukannya peri hitamnya menuju tempat kelahirannya, di hatinya dia merasa gelisah, takut dia kembali mengingat masa pahit yang pernah ia alami disana.

Dia merasakan bahwa raja siluman sengaja menguji kesetiannya ke negeri api, karena itu lah dia langsung menunjuk dirinya untuk menyerang Mi Kuo.

                     ********

Dengan kekuatan sihir peri, dia bisa terbang dengan kecepatan tinggi, hanya sehari dia segera tiba di negeri asalnya.

Orang di istana sedang tidur dengan pulasnya, Lilie mendapat perasaan yang tidak enak sulit untuk memejamkan matanya, lalu dia mencoba berjalan-jalan malam di sekitaran istana.

Saat keluar pintu istana, dia melihat Mi Kuo sedang mengasah pedangnya dan duduk di pinggiran jembatan penghubung.

"Tidak ngantuk ya?", Tanya Lilie.

"Ya, kenapa tidak tidur?", tanya balik Mi Kuo yang masih mengasah pedangnya.

"Tidak.", jawabnya sambil menggelengkan kepalanya, "Aku memiliki firasat buruk, entah apa itu."

"Sama, aku pun juga. Seakan malam ini ada sesuatu yang datang, beramai-ramai", jawab Mi Kuo yang masih sibuk dengan pedangnya.

"Tujuh panglima negeri api, apa mereka sekuat yang di katakan?", tanya Mi Kuo yang selesai mengasah pedang dan memasukkanya ke sarung pedang.

"Kau penasaran ya?", tanya Lilie.

"Kurang lebih begitu.", jawab Mi Kuo dan berdiri hendak masuk istana.

"Mau kemana kau?", Tanya Lilie yang ikut berdiri.

"Mau tidur.", jawab Mi Kuo singkat.

"Dasar tak punya perasaan, setidaknya temani aku sebentar.", ucap Lilie yang kesal dengan Mi Kuo.

"Daripada aku menemanimu dan selalu memikirkan hal aneh, mending aku mencoba tidur saja. Siapa tau bisa tidur ya kan?", jawab Mi Kuo lalu berjalan memasuki istana.

Lilie yang kesal dengan muka cemberut melihat sebongkah batu kerikil di sampingnya. Dia mengambilnya dan hendak melempar Mi Kuo.

Duar..!

Terdengar suara ledakan dari hutan bagian barat. Para dewa burung pembawa pesan, terlihat terbang menuju istana.

Raja Shiun To dan Ratu Xien Ji,  terbangun karena suara ledakan itu.

"Xi—Xien Ji, ada apa?", tanya Shiun To yang mencoba bangun tetapi tubuhnya masih lemas.

"Tidurlah, biar aku yang memeriksanya.", kata Xien Ji sambil membaringkan Shiun To kembali.

"Tapi—", sela Shiun To.

"Tidak apa, lagipula kita bisa meminta bantuan sang ksatria.", Xien Ji langsung bergegas keluar kamarnya, dan memerintahkan beberapa prajurit melindungi Shiun To.

                    ********

Xien Ji berlari keluar istana dan melihat dewa burung penyampai pesan sedang berbicara dengan Mi Kuo dan lainnya.

"Ada apa semuanya?", tanya Xien Ji.

"Ratu peri hitam, datang menyerang.", kata Lilie.

"Yue ji, datang?", tanya Xien Ji lagi.

"Ya yang mulia ratu.", Jawab Tien Feng.

"Panglima elang, siapkan pasukan para hewan dan peri. Kita kedatangan tamu sekarang.", perintah Xien Ji.

"BAIK, YANG MULIA!", teriak Tien Feng lalu terbang dengan pasukan elang memanggil semua dewa para hewan untuk siap berperang.

"Baiklah kita bertiga juga akan ikut dalam pesta malam ini kan?", tanya Shen yang baru keluar istana dengan membawa claymorenya.

"Hah? Pedangmu?", tanya Mi Kuo.

"Ini wujud pedangku sebenarnya. Hehehe..", jawab Shen cekikikan.

"Ehm..  Jangan jadi beban ya.", kata Mi Kuo dan menunjuk Shen.

"Kau akan menarik kata-katamu.", jawab Shen.

Mereka melompat dan melesat bagaikan cahaya. Menuju perbatasan hutan barat.

"Hei sejak kapan kau punya sihir begini?", teriak Mi Kuo di samping Shen.

"Sihir spiritualku tidak selemah yang kau bayangkan.", teriak shen menjawabnya.

                     ********

"Xien Ji, aku akan menjaga di sini.", ucap Lilie dan mengeluarkan pedangnya.

Para pasukan peri petarung berdatangan dan mendampingi Lilie serta Xien Ji mengamankan istana hutan.

"Yang mulia ratu,  yang mulia putri negeri air. Kami para peri petarung akan mendampingi kalian hingga akhir hayat kami.", Ucap Pemimpin peri petarung.

"Hua Ru, terima kasih.", jawab Xien Ji.

                    ********

Mi Kuo serta para dewa hewan lainnya sampai di perbatasan hutan barat.

"Ehm..  Ternyata, tikus telah mendatangi ular.", kata Yue Ji sang ratu peri hitam.

Whuush...!

Mi Kuo dan lainnya mendarat di depan pasukan peri hitam, lalu di susul oleh pasukan hewan di belakang mereka.

"Oh..  Ksatria, akhirnya kau keluar. Jadi aku tidak capek-capek mencarimu.", kata Yue Ji yang mengacungkan busur panahnya ke Mi Kuo.

"Apakah sambutan kami sudah semestinya?", tanya Mi Kuo.

"Tergantung", Jawab Yue Ji singkat, lalu mangangkat busurnya ke atas, "HABISI MEREKA SEMUA..!"

Semua pasukan peri hitam melesat menyerang.

"AYO MAJUUU...!", Teriak Tien Feng.

Mi Kuo yang lainnya berlari maju menyerang.

"PESTA DI MULAAI...!", teriak Shen di belakang Mi Kuo dan Tien Feng.

BERSAMBUNG...

avataravatar
Next chapter