14 Chapter 13 (Kerajaan Hutan)

"Sepertinya kau punya rasa ya, dengan ksatria itu?", tanya Xien Ji.

"Enggak mungkin, aku adalah putri negeri air. Jadi..  Mana mungkin menyukai manusia sepertinya.", jawab Lilie mengelak pertanyan Xien Ji.

Xien Ji tertawa, dia tahu Lilie berbohong. Mi Kuo yang berjalan paling belakang, memasang muka lesuh dan perut yang sudah kerucukan.

"Heei..  Ratu Peri, apa masih jauh?", tanya Mi Kuo.

"Tidak, itu sudah terlihat.",jawab Xien Ji

Mereka terus berjalan dan sampailah di sebuah istana yang terbuat dari pohon raksasa yang tersambung jembatan kayu dengan pohon di sekitarnya, di hiasi bunga-bunga yang tumbuh melingkari batang-batang pohon itu.

Gerbang istana di hiasai ukiran berbentuk kupu-kupu berwana merah muda.

Melihat Xien Ji datang, penjaga membuka gerbang istana dan keluar gerombolan kupu-kupu yang menyambut mereka.

"Silahkan semua.", kata Xien Ji.

Mereka masuk istana hutan, di sambut oleh para rakyat negeri peri dan hewan.

"Jadi ini istana hutan, lebih mirip sebuah sauna di dunia manusia, hanya lebih luas.", ucap Mi Kuo sambil melihat sekelilingnya.

Para peri dan dewa para hewan melempari bunga-bunga kepada mereka, aroma harum bunga membuat hati terasa tenang dan damai.

"Hei, jaga bicaramu.", ucap Lilie, kepada Mi Kuo, dia takut kata-kata itu menyinggung Xien Ji dan yang lain.

"Ratu, jadi dimana aula istanamu?", tanya Shen.

"Mari ikut aku.", ajak Xien Ji.

Xien Ji berjalan kesebuah pintu raksasa di balik sebuah dinding kaca yang tebal.

Pintu raksasa itu terbuka perlahan dengan sendirinya.

"Tuan, biar kuda putih anda saya urus.", ucap pelayan dengan wujud wanita kelinci yang cantik.

"Wuaaaah...", mata Shen terpelotot melihat pelayan dengan ekor dan telinga kelinci itu, "hei..  Siapa namamu?".

"Nama saya—".

"Heei.. Ngapain kau?", teriak Mi Kuo yang kembali keluar dari balik dinding kaca raksasa.

"Emh..  Hanya sekedar menyapa pelayan di sini.", jawab Shen yang terus memandangi wajah wanita kelinci itu,

Wanita tadi hanya tertunduk malu.

"Hei nona, maafkan temanku ya, kalau dia tidak sopan kepadamu."

"bukan masalah bagi saya tuan.", jawab wanita itu.

"tuh kan, apa salahnya aku berkenalan dengan wanita cantik ini. siapa tau kami bisa menjalin suatu hubungan. benarkan nona?", sahut Shen.

"sudah ayo, dasar mesum.", Mi Kuo menarik telinga Shen, menyeretnya untuk masuk ke aula.

"Hei..  Bukannya kau yang mesum.. Aw aw.", gerutu Shen kesakitan. Mereka berdua berjalan masuk ke aula istana hutan.

"Salam sang ksatria.", ucap seorang pria dengan zirah perang dengan lambang naga di dadanya, dia berlutut kepada Mi Kuo, di ikuti oleh semua penghuni aula istana.

"Eh..  Eh.. berdirilah. yaa.. aku tidak begitu suka dengan ini, orang yang mengenalku di alam dewa selalu saja berlutut ketika bertemu. astaga, sungguh membuatku canggung.", ucap Mi Kuo yang menarik pria itu untuk berdiri.

"Sudah kewajiban setiap dewa untuk berlutut di hadapan calon pemimpinya, sang ksatri, saya Shiun To. raja naga dan negeri ini.", Ucap Shiun To yang menaruh kepalan tangannya di dada kirinya.

"Ah baiklah yang mulia, sekarang selagi saya belum menjadi pemimpin alam dewa. Jangan pernah memanggilku dengan sebutan sang ksatria.", jelasnya.

"Ah baik anu—saya harus manggil siapa?".

"Mi Kuo, panggil saya Mi Kuo.", jawab Mi Kuo.

Raja Shiun To tersenyum dan menundukan kepalanya, Dia berjalan untuk menaiki kursi tahtanya.

Bruk..!

Raja Shiun To terjatuh dan dia terus memegangi dadanya, darah mengalir dari hidung dan mulutnya.

"yang mulia?".

Semua orang kaget karena jatuhnya raja Shiun To,

Mi Kuo dan para pengawal membantu mengangkat raja Shiun To.

"Raja, apa kau baik saja?, darahnya mengalir deras, cepat obati dia.", ucap Mi Kuo yang kaget.

Shiun To hanya tertunduk lemas, wajahnya pucat sekali.

"Ayo bawa kekamar.", perintah Xien Ji kepada penjaga yang membawa Shiun To.

"Xien Ji, ada apa?", tanya Lilie.

"Aku juga kurang mengerti, sudah beberapa bulan dia seperti itu. Energinya— energinya seperti terkuras sampai titik akhir. dan itu engakibatkan darah dari pembuluhnya keluar ", jawab Xien Ji.

"Apa itu penyakit atau apa?", sahut Mi Kuo.

Xien Ji hanya menggelengkan kepalanya, air matanya berlinang membasahi pipinya. Lilie memeluk Xien Ji, menenangkan suasana hati Xien Ji.

Suasana penyambutan seketika menjadi hening. Seorang panglima dengan mahkota elang di kepalanya, menyuruh semua orang di aula untuk kembali kerumahnya masing-masing.

"Semuanya, aku mohon maaf atas kejadian ini. Untuk saat ini yang mulia raja sedang tidak enak badan, jadi aku harap kalian bisa memaFeng. situasi ini. Jadi silahkan semuanya kembali kerumah masing-masing, aku minta maaf sekali lagi.", ucapnya Tien Feng

Semua dewa para hewan kembali ke rumah masing-masing, begitu juga para peri hutan.

Tien Feng yang berjalan keluar hendak mencari ramuan obat untuk Shiun To, melihat Mi Kuo yang sedang duduk di jembatan penghubung antar pohon raksasa.

"Sang ksatria.", sapanya.

"Owh.. iya, ada apa dewa elang?".

"Saya Tien Feng, panglima elang negeri peri dan hewan. panggil saja saya Tien Feng.", jawab Tien Feng yang berlutut.

"Aah.. Salam kenal, aku Mi Kuo, ya kau tau siapa aku kan", ucap Mi Kuo dengan nada sombong.

Tien Feng hanya tertawa sejenak melihat Mi Kuo.

"Saya sedang bingung, keadaan raja Shiun To semakin hari semakin parah saja, saya tidak tau harus bicara kepada siapa lagi."

"Apa kau sudah mencari obat dari para tabib?", tanya suara wanita di belakang mereka.

Mi Kuo dan Tien Feng menoleh, Lilie dan Shen berjalan mengahampiri mereka.

Tien Feng menganggukan kepalanya, "Tabib negeri kami sudah mencoba melakukan apapun dan hasilnya nol."

"Negeri tabib?", tanya Lilie.

"Untuk sekarang, hubungan kami sedang tidak baik untuk sementara waktu.", sela Tien Feng.

"Apa maksudmu?", tanya Lilie.

"Setelah pertempuran air dan api beberapa waktu lalu, kami menutup jalur menuju negeri air, sesuai perintah dari kota raja, kerajaan es.", jelas tien feng.

"Lalu?", tanya Mi Kuo bingung.

"Para tabib dan alkemis dari negeri tabib kami tahan jalannya sampai di sini untuk sementara waktu, entah siapa dan apa yang dia katakan, raja negeri tabib datang dengan membawa pasukannya.

Mereka membunuh para penjaga perbatasan kami, dan agar orang-orang mereka bisa jalan. Dan.. Sedikit pertarungan terjadi.", jelas Tien Feng.

"Dan raja Shiun To, mulai terkena penyakit ini setelah pertempuran kami dengan salah satu tujuh panglima negeri api.", tambahnya.

"Iya tujuh panglima negeri api? Orang yang membuatku di hina dan buang oleh raja api.", jawab Shen.

"Apa, panglima negeri api?", tanya Shen.

Tien Feng mengangguk setuju. "mereka yang di pimpin oleh raja siluman bukan, mereka juga yang membuatku dipandang sebelah mata oleh raja api."

"menurutku itu pantas sih untukmu, Shen. kau tak berguna bagi mereka, hahaha!!", Ejek Mi Kuo.

"Jangan bikin aku kesal bajingan!", ucap Shen dengan wajah merah dan mata yang berapi-api.

"Iya-iya maaf heheh".

"Sudahlah, terusin cerita.", ucap Shen.

"Ratu peri hitam adalah mantan dewi peri di negeri ini, dia sekarang memiliki kekuatan kegelapan yang kuat, melebihi kekuatan perinya dulu."

"Hufftt.. Tidak penting kuat apa tidaknya, sekarang kita harus fokus ke kesembuhan raja Shiun To.", potong Lilie.

"Iya, saya setuju tuan putri."

mereka terus melanjutkan perbincangan mengenai aoa yang rerjadi kepada Shiun To.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter