12 Chapter 11 (Kembalinya desa yang damai itu)

Shen yang sedang menganggur iseng mendekati GuoLang yang sedang memotong kayu dengan kukunya yang tajam dan kuat.

"Hei siluman.", sapanya.

"Eh.. Tuan, ada apa?", tanya GuoLang dan berhenti memotongi kayu.

"Tidak-tidak, Aku hanya ingin tanya, kenapa kau bisa setakut itu pada pirang itu?",tanyanya sambil melirik Mi Kuo.

"Ada sesuatu yang menakutkan di dalam tubuh tuan Mi Kuo, yang membuat nyali seorang siluman menjadi ciut.", jawab GouLang.

"Kau tau dia itu siapa?", tanya Shen lagi.

GuoLang hanya menggeleng bingung dan mengerutkan alisnya.

"Dia, ksatria dewa.", bisik Shen ke telinga GuoLang.

GuoLang melotot dan terpaku mendengar itu.

"Ke—satria, de—wa?", tanya GuoLang yang masih kaku tak percaya. Shen mengangguk dan senyum. dia tak percaya bahwa Mi Kuo adalah orang yang akan di takuti oleh kaum siluman.

Bugh...!

"Aduh!".

"Apa yang kalian bicarakan?", tanya Mi Kuo yang entah datang dari mana, langsung memukul tengkuk Shen.

GuoLang berdiri dan berlutut di hadapan Mi Kuo.

"Sang ksatria, saya tidak percaya tuan Mi Kuo adalah ksatria dewa.", ucap GuoLang.

"Sudah lah, kan kalian dari alam siluman. ngapain harus patuh pada ksatria dewa, yang mimpin alam dewa?".

"Hari sudah mulai petang, Para penduduk dan serigala suruh istirahat, oh ya.. Kalian tidur di gudang kayu dulu ya, nanti aku membicarkan dengan kepala desa tentang tempat tinggal kalian.", balas Mi Kuo.

GuoLang mengangguk senang dan pergi.

Semua warga kembali ke rumah mereka masing-masing.

Mi Kuo, Lilie, dan Shen menginap di rumah kepala desa.

                     ********

Langit malam yang dingin dan sunyi, di hiasi lentera-lentera indah buatan anak-anak desa cemara, membuat desa yang sebelumnya di hantui rasa takut kembali menjadi desa cemara yang damai.

Terdengar canda tawa siluman serigala yang ramai di gudang kayu, mereka memainkan permainan papan dan kartu yang di pinjam dari para penduduk.

Mi Kuo masih terjaga di tengah malam yang damai itu, dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga rumah kepala desa.

Di ruang tamu kepala desa yang duduk lesehan dengan minum teh hangat dari dalam teko, terus memandangi bintang-bintang di langit yang indah.

"Langit yang indah, untuk manusia seperti saya.", panggil Mi Kuo.

"Ah.. Tuan Mi Kuo, duduklah. Aku sudah membuat teh hangat disini.", ajaknya sembari menuangkan teh ke cangkir.

"Terima kasih.", balas Mi Kuo dan duduk di samping kepala desa, Dia masih mengenakan selimutnya karena hawa dingin negeri air.

"Apa anda kesini untuk membicarakan tentang para siluman itu. Ah.. Tidak sekarang mereka sudah bukan siluman.", ucap kepala desa.

"Besok saya dan Lilie akan pergi melanjutkan perjalanan, tapi saya masih memikirkan tentang GuoLang dan pasukannya."

"Tenang saja tuan, anda sendiri sudah menyegel mereka, Dan.. Mereka sudah sumpah setia kepada anda. Aku yakin, mereka akan berubah.", balas Kepala desa terus menyeruput teh hangatnya.

"kepala desa, Ini adalah alam para dewa kan, tapi kenapa terdapat manusia di sini?", tanya Mi Kuo dan meniup-niup tehnya.

"Hahaha... Jadi anda masih belum paham tentang alam dewa.", jawab kepala desa. "Manusia di alam dewa sama dengan manusia di alam manusia, hanya saja manusia di sini memiliki sedikit keunggulan tersendiri di banding manusia di alam aslinya."

"Maksudnya keunggulan?".

"Jadi, manusia di sini itu memiliki sedikit darah dewa. Jadi umur mereka lebih panjang di bandingkan manusia pada umumnya. Dan.. Para dewa leluhur dulunya juga manusia, namun di beri sebuah kekuatan tesendiri oleh tuhan sang pencipta, jadilah dewa-dewa.", jelas kepala desa sambil meminum teh hangat.

Mi Kuo mengangguk, dan meminum teh di sampingnya.

"Jadi anda juga sama seperti manusia pada umumnya, buang air, rasa lapar, rasa kantuk gitu?".

"Iya, benar sekali, hanya kami berumur lebih lama dua ratus tahun dari manusia biasa. Jika keturunan dewa murni, seperti putri air Lilie, mereka berumur ribuan tahun."

Mereka terus berbincang-bincang, karena sama-sama tidak bisa tidur di malam yang tenang itu.

                       *******                  

Matahari sudah menampakkan wujudnya di sisi timur, para penduduk dan siluman serigala sudah memulai bekerja kembali.

Mi Kuo keluar rumah dan melihat Lilie sedang mengemas barang-barang di tas kotaknya. Shen yang berada di samping Lilie sedang memberi makan Kuda putih.

"Mi Kuo, selamat pagi.",sapa Lilie yang masih sibuk mengemas.

"Selamat pagi. Hei tunggu, apa kau tersambat sesuatu?", tanya Mi Kuo, dia merasa aneh karena hampir tak pernah dia melihat Lilie menyapanya dengan ucapan 'selamat pagi'.

"Tidak, kenapa?", tanya Lilie bingung.

"Ehm..  Enggak jadi deh, aku mau menemui kuda putih aja.", jawab Mi Kuo dan nyengir.

Di berjalan menuju shen yang sedang memberi makan kuda putih.

"Sini", sambil mengulurkan tangannya.

"Apa?".

"Sini rumputnya, biar aku aja. Bereskan barangmu, kau mau ikut kan? Aku tau karena pakaianmu enggak seperti kemarin yang compang-camping."

Shen tertawa dan memberi rumput ditangannya ke Mi Kuo,

Mi Kuo memberi makan kuda putih, Shen meninggalkannya dan menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa.

Tak lama, kepala desa berjalan mendatangi Mi Kuo.

"Tuan Mi Kuo, Ini!", dia memberi sebuah bingkisan berbentuk kotak yang di balut kain warna hijau. "Bekal buah untuk menemani perjalanan anda, dan membalas buah anda yang kami ambil."

"Ah..  Tidak perlu pak kepala, ini bukan salah penduduk kok, Shen yang mengambil buah jadi kalian tidak perlu memberi buah kepadaku", jawabnya.

"Tak apa, anggap oleh-oleh dari desa kami.", ucap kepala desa.

Mi Kuo menerima bingkisan itu,

"Terima kasih." ,ucapnya lalu memasukan bingkisan ke tas kotak Lilie.

Semua penduduk desa cemara berkumpul, Lilie dan Shen selesai berkemas dan siap untuk mengikuti Mi Kuo.

Mi Kuo mengeluarkan peta emasnya ingin melihat tempat mutiara bintang berada.

Dia hanya melihat peta itu.

"Ada masalah?", tanya kepala desa.

"Ehm.. Saya tidak tahu arti tulisan ini.", sambil menunjukan peta ke kepala desa.

"Tulisan kuno?", kata kepala desa sambil mengerutkan jidatnya. Kepala desa lalu menyentuh peta itu secara lembut dua kali, dan peta mengeluarkan titik-titik bercahaya.

"Cequelen Veng RouRoh, sentuh dua kali", ucap kepala desa itu.

"Terimakasih pak kepala desa, apa itu radi arti tulisan kuno itu?", tanyanya. Kepala desa hanya mengangguk kepada Mi Kuo.

Lilie dan Shen berjalan menghampiri Mi Kuo, sambil membawa barang bawaan.

"Gimana sudah tau artinya?", tanya Lilie.

"Ya, sentuh dua kali.", jawab Mi Kuo.

"Hah?".

Mi Kuo lalu menyentuh peta itu dua kali dan peta mengeluarkan titik cahaya lagi.

"Itu keberadaan mutiara bintang, Titiknya ada dua belas.", ucap Mi Kuo.

"Baiklah, ayo berangkat. GuoLang sudah menyiapkan dua kuda lagi.", ajak Shen.

"Untuk apa?", tanya Mi Kuo.

"Yaa.. Kita pergi."

"Gk perlu, jalan aja. Satu kuda buat angkat barang sudah cukup.", ucap Mi Kuo langsung pergi menarik kuda putih.

Shen melirik Mi Kuo bingung.

Mereka berjalan sampai gerbang di antar oleh penduduk. Di sana terlihat GuoLang dan siluman serigala lain sudah menyiapkan kuda.

"Tuan silahkan, kudanya sudah saya siapkan.", kata GouLang.

"Enggak usah, aku pengen jalan aja."

"Tapi kuda ini—", GuoLang tidak melanjutkan bicaranya karena Mi Kuo meliriknya tajam. "Ah.. Baiklah tuan, berhati-hatilah."

"Iya.", jawabnya singkat.

Mi Kuo dan lainnya berpamitan kepada penduduk desa, dan memeri pesan agar tetap menjaga kedamaian desa. GuoLang dan pasukannya yang sudah bersumpah melindungi manusia, tinggal selamanya di desa cemara sebagai pelindung desa.

Mi Kuo dan dua temannya memulai kembali perjalannya mencari mutiara bintang, dan dia sudah mengetahui cara melihat peta itu.

BERSAMBUNG...

maaf ya jika ada salah tulis, atau typo. sekali lagi minta maaf.

avataravatar
Next chapter