2 Chapter 1 (Gerbang Dunia Dewa)

Lima puluh tahun setelah Pemberian nama, Mi Kuo menjadi pemuda yang tangguh dan gagah. Dia menguasai ilmu sihir, beladiri dan sebuah ilmu keabadian yang terlarng.

Walau usia sudah menginjak setengah abad, pelampilannya masih seperti anak umur dua puluh tahunan.

                      ********

Pagi yang cerah, Mi Kuo sedang santainya duduk di teras rumah kayu milik gurunya Li Yohun. lalu mendengar suara batuk dari dalam rumah dan langsung berlari masuk untuk menghampiri gurunya yang sedang batuk hingga memuntahkan darah.

"Guru.. Guru.., apa kau tak apa?", Mi Kuo cemas dengan penyakit gurunya yang semakin parah.

"Iya, tenang saja. Ini cuma batuk biasa, mungkin ini akibat sering menghisap tembakau. Hahahaha... " jawab liyohun menenangkan hati murid tersayangnya itu.

"Guru mulai sekarang jangan menghisap tembakau lagi, sudah tau akibatnya begini malah di terusin."

Liyohun tersenyum dan dia mulai berbaring untuk tidur.

Mi Kuo berdiri dan pergi keluar mencari kayu bakar untuk memasak makanan. Di perjalan mencari kayu bakar di sekitaran hutan, Mi Kuo bertemu seorang nenek tua sedang duduk di antara dua pohon besar.

Terlihat nenek itu sedang bertapa. Mi Kuo berjalan perlahan dan tidak ingin menganggu nenek itu.

"Takdirmu sudah di tentukan, anak muda." Ucap nenek itu sambil matanya masih tertutup.

"Tunggu, apa yang anda maksud nek?", Mi Kuo bingung dan berhenti di depan nenek itu.

"Takdir, Tali takdirmu sudah di pastikan dan kau tidak dapat menghindarinya."

"Takdir? Takdir apa nek?"

Nenek itu membuka mata dan mengakhiri meditasinya. Nenek itu berdiri dan mengambil sebuah gulungan berwarna emas dari dalam kantong di sampingnya.

"Ini, bawa ini dan tunjukan kepada gurumu. Katakan kalau sekarang waktunya dan negri api sudah hampir menguasai negri air." Ucap nenek itu.

Mi Kuo masih kebingungan dengan apa yang di katakan nenek itu.

Nenek itu langsung berjalan pergi meninggalkan Mi Kuo.

"Tunggu nek, NAMA NENEK SIAPA?", dia berteriak kepada nenek itu, dan hanya mendapat lirikan dari si nenek.

"Ah sudahlah, tapi apa maksudnya takdir, negri api, air apalah itu. Gak paham aku.", Mi Kuo beranjak dari hutan sambil membawa tiga batang kayu bakar besar yang dia temukan di hutan.

                  

                    ********

Di perjalanan Mi Kuo terus memikirkan kata-kata nenek tadi, karena menyangkut takdirnya dan negri yang tak dia pahami. Dia berjalan sampai tak sadar bahwa sudah sampai di rumah gurunya.

"Hei, kenapa kau melamun sambil berjalan itu? Dasar bodoh." Ucap guru liyohun.

"Ah guru, ini."

Mi Kuo memberikan gulungan emas kepada gurunya, Liyohun kaget melihat gulungan itu dan membukanya. Terlihat sebuah peta suatu tempat yang sangat besar.

"Guru apa maksudnya semua ini, dan juga terdapat sebuah peta juga?"

"Sudah waktunya..,benar sekarang sudah waktumu untuk menjalankan tugasmu."

"Tugas?" Tanyanya dengan mimik wajah bingung.

Liyohun mengembalikan peta itu dan segera masuk kerumah.  Mi Kuo mengikuti gurunya masuk, dia melihat gurunya mengambil beberapa bauh dan pakaian Mi Kuo lalu memasukkanya ke sebuah tas hitam kecil.

"Guru untuk apa semua itu?"

"Mulai sekarang kau harus pergi dari sini".

Mi Kuo bingung dengan gurunya.

"Ayo ikut aku, cepatlah."

Mi Kuo hanya mengangguk dan ikut gurunya pergi. Mereka berjalan dan berhenti di dua pohon besar tadi berada.

"Guru.., di sini aku berte-".

"aku tahu, Itu dia orangnya."

Nenek tadi keluar dari sebuah gua di kanan dua pohon besar tadi.

"Liyohun, lama tak berjumpa." Ucap nenek tadi sambil berjalan perlahan.

"Mei sha, apa tugas menjaga perbatasanmu sudah selesai?" Ucap liyohun kepada nenek tadi, dia bernama mei sha.

"Tugasku belum selesai sampai bocah ini selesai menjalankan tugasnya." Nenek mei sha mendekat dan memberi Mi Kuo sebuah pakaian.

"Nek, untuk apa pakaian ini?", tanya Mi Kuo.

"Cepat pakailah, aku akan menjelaskan nanti."

"Ba-baiklah.."

Mi Kuo memasuki gua untuk bergantai pakaian dan tak lama dia keluar dari gua dengan memakai sebuah jubah berwarna biru muda dengan motif dua ular cobra di bagian belakangnya,sarung tangan putih bermotif gelombang air yang melambangkan aliran air, celana putih dan sepatu boots berwarna putih.

"Pakaian yang cocok untuk seorang ksatria dewa." Ucap liyohun pada muridnya itu.

"Lalu nek, jelaskan semua ini." .

"Mi Kuo. Murid Liyohun, kau di takdirkan menjadi seorang pemimpin mutlak alam dewa."

"Alam dewa?".

"Di semesta ini terdapat tiga alam. Alam dewa, manusia, dan siluman.", jelas Liyohun.

"saat ini alam dewa kekosongan pemimpin, dan kau di takdirkan menjadi pemimpin alam dewa." Jelas Mei sha kepada Mi Kuo.

Liyohun yang duduk di samping Mi Kuo sedang mengasah pedang bewarna biru mengkilat.

"Lalu apa yang harus ku lakukan?", tanya Mi Kuo.

"Sebelum menjadi pemimpin alam dewa, kau harus mengumpulkan kedua belas mutiara bintang. Dengan begitu kau sudah sah menjadi pemimpin para raja di alam dewa."

"Di mana harus mencari mutiara itu?".

"Mutiara bintang tersebar di berbagai daerah di alam dewa. Dan mencari mutiara itu tidak gampang, saat ini raja negara api sedang mencari mutiara itu juga. Dengan bantuan raja siluman, negara api hampir menguasai negri air."

"Apa aku harus menyelamatkan negri air dulu, dan bagaimana aku kesana?".

"Benar, kau harus membantu peperangan di negri air, lalu pergi mengumpulkan mutiara bintang itu.

Satu lagi, peta yang kuberikan adalah peta alam dewa. Kau bisa menemukan mutiara dengan petunjuk di peta itu."

Nenek Mei Sha berjalan menuju dua pohon besar dan membaca sebuah mantra.

Sebuah cahaya keluar dari tengah-tengah dua pohon itu seperti sebuah gerbang atau portal ke dunia lain.

"Masuklah, ini gerbang ke dunia para dewa. Kau akan memulai perjalananmu di sini." Ucap nenek Mei sha.

"Mi Kuo, bawa katana ini. Ini salah satu senjata kuat yang kumiliki, semoga berguna untukmu."

Liyohun memberikan katana naga laut sebagai bekal untuk murid kesayangannya itu.

"Terima kasih guru. Selama lima puluh tahun anda membimbing saya, mengajari ilmu tingkatan langit. Sekarang ilmu itu akan kugunakan di alam dewa, sebagai murid aku meminta restumu guru." Mi Kuo berlutut kepada sang guru

"Ingatlah satu hal, kau berada di pihak kebenaran. Jika kau membutuhkan bantuan, jangan pernah sungkan meminta bantuan orang terdekatmu disana.","pergilah, aku merestuimu untuk menjalankan tugas berat ini."

Mi Kuo berjalan menuju gerbang alam dewa dengan memjamkan mata dan berharap dirinya selamat menjalankan tugas ini.

Whuuuss...!

Angin berhembus dan ketika membuka mata Mi Kuo sudah berada di suatu gunung salju yang sangat terjal.

BERSAMBUNG..

Untuk Yang membaca cerita ini, terima kasih atas apresiasinya. Saya sebagai penulis yang masih belajar merasa terhormat akan hal itu, oke silahkan lanjutkan bacanya.

avataravatar
Next chapter