25 Can't Love Affair

Bibir Ares sedikit mengisap ujung bibir kecil Putri yang amat ia cintai. Hanya pada Putri rasa kasih sayangnya muncul. Tak ada ciuman agresif yang menyakitkan. Bagi Ares, Putri layaknya kain sutra yang halus dan lembut bahkan mungkin lebih lembut dari semilir angin sore.

Ares menelan ludahnya dan rasa manis itu menyesap masuk ke dalam tenggorokannya. Begitu pula dengan Putri yang membalas ciuman yang ia kira berasal dari Jupiter. Belakangan Putri merasa jika ia memang telah jatuh cinta pada Jupiter. Perlakuan manis dan lembut Jupiter membuat Putri tak bisa tak terenyuh. Hatinya makin menyayangi kekasihnya.

Kesadaran mulai menghinggapi Putri saat Ares melepaskan ciumannya yang mulai basah. Ia tersenyum pelan dan ikut membelai pipi Ares yang terus menatapnya penuh gairah yang manis.

"Kakak udah pulang?" tanya Putri nyaris berbisik. Dan yang dilakukan Ares adalah menaikkan ujung bibirnya melengkungkan senyuman kecil untuknya. Tapi kening Putri lantas sedikit mengernyit. Kenapa rasanya parfum yang dipakai Jupiter agak berbeda kali ini? Tapi kemudian Putri menepis itu, itu bukan hal penting.

Jemari Ares perlahan menyingkap pundak Putri yang terluka. Dan perban itu sudah dibuka. Gurat lukanya baru saja mengering tapi masih terlihat jelas. Mata Putri ikut menatap pada mata Ares yang memandang bekas luka itu.

"Sudah gak apa, Kak," ucap Putri masih dengan kelembutan yang sama. Mata Ares naik dan menatap Putri lagi.

"Apa masih sakit?" bisik Ares di depan dagu Putri. Putri tersenyum dan menggeleng pelan. Tangan Putri ikut meraba pundak Ares. Lalu telapak tangannya meraba dari leher turun ke bawah dan menyingkap serta meraba bahunya. Rasanya kulit Ares seperti memanas. Gairahnya benar-benar naik saat ini. Padahal ujung jari Putri hanya ingin meraba bekas luka di bahunya.

"Bekasnya ..." gumam Putri membuat Ares terkesiap dan sadar. Segala khayalan tentang Putri hilang seketika.

"Uh, kamu mau lihat apa Sayang?" tanya Ares lalu sedikit membuka kancing kemejanya dan Putri bisa meraba bekas luka itu. Tapi Ares tak membuka terlalu lebar, ia takut Putri menyadari tato naga di tubuhnya yang menandakan bahwa ia adalah Ares bukan Jupiter. Ares langsung menarik tangan Putri agar tak terlalu banyak meraba atau ia akan kehilangan kendali dan identitasnya terbongkar.

Ares menarik lagi ujung kerahnya dan tersenyum manis. Putri pun ikut tersenyum dan menyimpan tangannya.

"Udah malam, kamu harus istirahat," gumam Ares lagi dan Putri mengangguk. Untungnya Putri tak menyadari tato tulisan hangul di punggung tangan Ares saat pria itu memegangnya.

"Temani Putri dulu, Kak. Putri takut mimpi buruk lagi," pinta Putri membuat Ares pasti mengangguk dan mengiyakan. Ares lantas ikut menyamping dan berkesempatan memeluk Putri dari belakang.

"Tidurlah, Sayang. Kakak sangat mencintai kamu," bisik Ares lalu mencium sisi daun telinga Putri dengan lembut. Putri menggelungkan dirinya di dalam pelukan Ares yang lebih besar darinya. Sedangkan Ares menahan mati-matian hasratnya sekaligus menjauhkan pinggulnya dari punggung Putri.

Tangan Ares membelai lembut dan menepuk sesekali lengan Putri agar ia bisa tidur dengan nyaman. Dan memang tak butuh waktu lama bagi Putri sampai ia tertidur lagi. Setelah yakin jika Putri sudah terlelap, Ares perlahan melepaskan pelukannya. Ia lalu menunduk dan mencium bekas luka Putri yang terlapisi pakaian. Lalu dilanjutkan dengan mengecup sisi kepalanya.

Ares lantas melihat pada jam tangannya dan ia sudah terlalu lama bersama Putri. Jika Jupiter pulang dan memergokinya maka Putri bisa membencinya. Ares pun segera pergi dari kamar tersebut setelah memastikan Putri tak lagi menggeliat.

15 MENIT SEBELUMNYA

Mobil Jupiter masuk ke dalam garasi hampir pukul 2 pagi. Ia sudah kelelahan dan untungnya membawa PA nya sebagai sopir pribadi.

"Selamat istirahat, Tuan!" ucap Demian Rhodes. Jupiter yang baru keluar ikut tersenyum dan berbalik.

"Rhodes ... besok kirimkan aku berkas yang perlu tanda tanganku di rumah saja. Aku ingin liburan." Demian mengangguk pada atasannya itu.

"Selamat malam, Rhodes!"

"Selamat malam, Tuan King!" Jupiter pun berjalan masuk melewati koridor lalu ke dalam sebuah lift yang membawanya ke lantai tempatnya tinggal. Jupiter sungguh sangat kelelahan. Ia mengurut tekuk beberapa kali lalu bersandar di dinding lift menunggu pintunya terbuka.

Keluar dari lift, Jupiter berjalan dengan gontai ke arah penthouse miliknya. Seorang wanita yang merupakan salah satu tetangganya sepertinya tengah kesulitan membuka pintunya sendiri. Jupiter berhenti dan menyapa.

"Apa Anda baik-baik saja?" tegur Jupiter dan wanita cantik itu berbalik.

"Kartuku bermasalah!" ucapnya lalu tersenyum pada Jupiter. Jupiter tak berekspresi apa pun.

"Kamu tidak punya passwordnya?"

"Aku lupa!" Jupiter jadi memicingkan matanya. Apa wanita itu benar penghuni apartemen atau bukan?

"Apa kamu adalah penghuni di sini?" tanya Jupiter mulai menginterogasi. Wanita itu mulai gelisah dan mencoba mencari alasan.

"Aku harus masuk ke dalam, bisa bantu aku?" Jupiter makin mengernyitkan keningnya. Ia menunjuk pada mesin kunci otomatis di pintu.

"Itu sebabnya setiap penghuni memiliki palm scanner atau nomor kombinasi password. Kecuali kamu bukan penghuni dan memakai kartu. Itu tak akan berhasil Nyonya!" sindir Jupiter dengan nada mengejek. Wanita itu tersenyum dan mengangguk.

"Aku mengaku, aku datang ingin melabrak suamiku!" Jupiter jadi kaget.

"Ah, aku tidak ikut campur urusan pribadi!" ucap Jupiter mulai tak enak dan hendak pergi tapi wanita itu lantas memegang lengannya.

"Tolong aku! Dia sudah berselingkuh di belakangku selama ini!" tunjuk wanita itu pada pintu apartemen yang ingin ia masuki. Jupiter jadi serba salah. Ia tak mau berurusan dengan tuntutan orang yang tak ia kenal.

"Nyonya ... tolong ..."

"Namaku Grace dan perempuan itu adalah sahabatku sendiri. Dia tidur dengan suamiku!" wanita itu mulai emosi hampir menangis dengan suara yang ditinggikan. Jupiter jadi makin serba salah. Ia tak tahu harus bertindak seperti apa dalam situasi seperti ini.

"Aku tidak bisa menerobos. Ada kamera pengawas. Nyonya bisa minta pengawas gedung untuk melakukannya tapi aku tidak bisa!" sahut Jupiter menghempaskan harapan wanita itu. Wanita bernama Grace itu akhirnya menangis dan menutup wajahnya.

"Aku hanya ingin memergoki mereka dan setelah itu aku akan menceraikan suamiku. Aku harus melihat sendiri perselingkuhan itu!" isak Grace lagi. Jupiter sebenarnya mulai kasihan tapi ia tak bisa menginterupsi banyak.

"Apa kamu punya bukti jika dia adalah suamimu?" tanya Jupiter dan Grace memperlihatkan fotonya di ponsel dengan pria yang ia sangka ada di dalam apartemen itu. Jupiter mengangguk lagi.

"Tapi berjanjilah jangan membuat keributan. Setelah kamu melihatnya, pergilah dari kehidupannya. Kamu berhak atas pria yang lebih baik, dia tidak pantas untukmu," ucap Jupiter pada Grace yang perlahan tersenyum padanya. Ia mengatupkan bibir dan mengangguk.

Jupiter lalu menghubungi pihak keamanan untuk mematikan kamera pengawas di salah satu apartemen. Setelah berhasil, ia mengambil kartu milik Grace lalu membobol kunci pengaman di apartemen itu lalu membukanya perlahan.

"Ingat, jangan buat keributan." Grace mengangguk lagi. Jupiter memilih menunggu di depan dan tak lama terdengar teriakan dan tangisan. Grace pun langsung pergi setelah ia memergoki suaminya sedang berhubungan badan dengan sahabatnya sendiri.

Di depan pintu, Grace menyeka air matanya dan mendekat pada Jupiter lalu mencium pipinya.

"Terima kasih!" ucapnya lalu pergi berlalu meninggalkan keributan yang terjadi di apartemen tersebut. Jupiter hanya menggelengkan kepala dan memilih masuk ke dalam apartemen miliknya.

Di ruang tengah, Jupiter menemukan lampu menyala dan sebuah jas tergeletak di sana. Ia menepuk jidatnya sendiri. Jupiter lupa jika ia punya janji dengan Ares dan sekarang mungkin Ares sudah kelelahan menunggunya.

Jupiter pun berjalan menelusuri lorong ke arah kamar tamu dan menemukan Ares berjalan di sana. Ares sama kagetnya dengan Jupiter karena ia berdiri tepat di depan kamar Putri. Beruntungnya Ares, Jupiter tak melihat saat Ares menutup pintu.

"Lo baru pulang?" Jupiter menghela napas dan mengangguk. Ares begitu tegang dan merasa bersalah tapi Jupiter menghampiri dan merangkulnya.

"Kita ngobrol di kamar gue aja." Ares mengangguk saja dan ikut berjalan bersama saudaranya.

"Oh ya, lo baru dari mana?" tanya Jupiter sambil berjalan.

"Uhm ... dari kamar mandi tamu!" Jupiter mengangguk saja dan berjalan bersamanya masuk ke dalam kamar Jupiter.

avataravatar
Next chapter