1 Prolog

#

Irish melangkah masuk ke dalam ruangan ayahnya dengan mata berkaca-kaca, ia tidak pernah menangis ataupun menunjukkan kelemahan sepanjang hidupnya tapi hari ini berbeda. Tidak ada seorangpun yang tidak akan menangis ketika mengetahui kalau dirinya akan dilemparkan ke dalam neraka.

"Apa ini ayah? kau menggunakan aku sebagai segel perdamaian? setelah semua yang kuberikan untuk negara dan kau menyerahkanku kepada raja kejam itu?!"

Irish menatap wajah ayahnya dengan pandangan tidak percaya.

Presiden Yasser menghindari tatapan Puteri bungsunya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela di ruang kerjanya.

"Irish....maafkan ayah, tapi ini semua demi negara. Kau tidak perlu memegang pedang dan senapan, hiduplah sebagai isteri dan ibu yang baik dari anak-anakmu kelak. Raja Damian berjanji tidak akan menyerang negara kita lagi dan memberikan kebebasan kepada rakyat kita. Kau tahu, tentara kita sudah berada di ambang batas, kemampuan mental mereka tersedot habis hanya untuk perang yang tidak berakhir...kau Puteri ayah...kau mengerti kan?" Ucap Presiden Yasser.

"Ayah percaya kepada Raja itu? Ayah ingin aku menjadi ibu dari anak-anak pria berdarah dingin dan kejam itu?! Kenapa ayah tidak sekalian menyerahkan mayatku kepadanya?" Dua bulir air mata mengalir turun dari sepasang bola mata hitam pekat milik Irish.

Presiden Yasser memejamkan matanya erat untuk beberapa saat.

"Kemampuan mentalmu akan di segel dan hanya Damian yang bisa membukanya nantinya. Selain itu, jika kau melarikan diri dari sana, terbunuh, atau bunuh diri, maka Damian berhak mengklaim seluruh daerah Selatan kedalam kekuasaannya atau menyerang dan menjadikan rakyat kita sebagai budak. Tapi, ia juga menjanjikan untuk membebaskan kakakmu dari penjara saat pernikahan kalian dilaksanakan." Ucap Raja Yasser.

Irish terduduk lemas. Bahkan di negara yang sebebas dan sedemokrat Selatan, ia satu-satunya yang tidak memiliki kebebasan.

Seandainya ia bisa memutar balik waktu, maka ia lebih memilih terbunuh dalam perang yang selama ini selalu ia menangkan ketimbang pulang dengan membawa kemenangan dan pada akhirnya tetap berakhir di tangan musuhnya seperti ini.

"Jika ayah mengambil kekuatan mentalku, bagaimana mungkin ayah berharap aku untuk bertahan hidup di neraka itu? " Ucap Irish.

Presiden Yasser berbalik dan menatap tepat kedalam mata anak bungsunya.

"Dia berjanji untuk melindungimu sebagai gantinya. Jika sesuatu terjadi padamu, ayah sendiri yang akan turun berperang untuk merebutmu kembali sekalipun ayah harus menghancurkan negara ini."

Irish terdiam. Ia tahu dengan pasti ayahnya sangat mencintai negara ini, bahkan mungkin melebihi rasa cintanya pada keluarganya sendiri, dan meski ia merasa miris dengan kenyataan itu, tetap saja ia mengerti perasaan ayahnya.

Presiden Yasser memeluk puterinya erat.

"Maafkan ayah....Irish. Ayah benar-benar minta maaf harus mengorbankan mu seperti ini."

Irish sama sekali tidak membalas pelukan ayahnya.

"Bisakah aku meminta satu hal pada ayah?" Ucapnya datar.

"Tentu saja." Presiden Yasser menyanggupi.

"Tolong gantikan aku untuk meletakkan bunga di makam ibu setiap bulan."

Irish mendorong tubuh ayahnya menjauh dan melangkah pergi meninggalkan ruang kerja ayahnya dengan langkah cepat.

Membiarkan ayahnya terpaku seorang diri hingga punggung puterinya menghilang di balik pintu.

avataravatar