webnovel

Prolog

Happy Reading ^_^

Anugrah seorang anak adalah hal yang paling mulia.

Tingkah lugu, lucu, nan jenaka, menjadi pelengkap sempurna bagi keluarga kecil yang tengah berbahagia.

Mereka mungkin tak mengerti.

Atau menutup seluruh indera, berpura-pura tidak mengerti.

Jika sesungguhnya, setiap anak tidak pernah sama.

"Satu, dua, tiga, empat, dan lima, hehe.. aku suka lima, jarinya putus lima hehe.." gumam seorang bocah laki-laki itu terkekeh gemas akan potongan jemari yang lebih kecil dari miliknya itu.

Bocah itu kemudian melihat kearah pisau berlumuran darah yang tengah dipegangnya, bibirnya mengerucut sebal, terdapat sedikit potongan dari untaian usus pada mata pisau.

"Pisauku jelek, aku akan minta ibu membersihkannya," ucap anak itu tertawa girang, dengan cepat ia bangkit dari atas tanah beralas rumput, berlari kedalam rumah memanggil sang ibu.

"Ibu.. ibu.. kau dimana ibu?" Panggil bocah laki-laki itu berkali-kali, bocah itu terus memanggil seakan sang ibu akan menghampirinya dan bangga atas apa yang telah ia perbuat.

Namun semua terasa kosong, bocah laki-laki itu pun menyadarinya, ia terduduk dilantai karpet yang telah robek diruang keluarga. Sepasang mata monolid bocah itu berkaca-kaca, tak lama setelahnya ia menangis, meraung-raung memanggil-manggil sama sang ibu.

"Ibu! Ibu! Ibu! Hiks.. Ibu!"

Tak lama kemudian bocah itu kembali tertawa, bukan tawa khas bocah laki-laki kecil seusianya, melainkan tawa iblis yang bersemayam dalam tubuh kecil bocah itu.

"Ibu.. aku lupa jika kau sudah mati! Ah.. sekarang tak seru, kau tak dapat melihatku membunuh anjing kesayangan ibu," monolog bocah itu, kemudian ia menjilati darah segar yang masih melekat pada pisau yang dipegang oleh tangan mungilnya.

"Si anjing itu, sangat penurut, darahnya manis, aku suka," ucap bocah laki-laki itu tertawa semakin keras menatap jasad ibunya yang sudah tak berbentuk.

Wajah yang hancur karena tertusuk pisau berkali-kali, kedua lengan yang lepas, lambung dan usus yang terbelah dan berceceran penuh akan kotoran serta cacing pita yang menggeliat-liat menjijikkan.

Seakan tak puas, jantung sang ibu yang telah meninggal ia cabut paksa dari tempatnya, kedua tangan kecilnya meremas-remas jantung tak bernyawa itu gemas, bosan akan hal itu jantung sang ibu dibanting keras pada lantai marmer mengkilap, ia menginjak-injak jantung itu tak berperasaan sampai benar-benar lumat seperti adonan bola daging.

"Ibu, kau lihat? Aku bisa membuat bola daging, nanti aku akan memasak dan memakannya, ibu suka kan?" tanya anak kecil itu entah pada siapa.

Sang kakek yang melihat tingkah bocah itu hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya pelan, ia mengambil pisau dari tangan mungil tersebut, kemudian membuangnya, dan menggendong bocah kecil yang sorot matanya kembali berubah menjadi anak-anak seusianya.

Bocah laki-laki kecil itu memeluk sang kakek erat, ia takut, kedua obsidiannya menelisik ke seluruh ruang tamu yang sudah hancur tak berbentuk, darah serta organ dalam berceceran dimana-mana ia bahkan tak mengenali siapa mayat yang ada disana.

"Jangan takut, kakek akan melindungimu." ujat sang kakek mendudukkan sang cucu disampingnya, kemudian sopir menjalankan mobil meninggalkan rumah yang menjadi saksi akan tragedi berdarah pada hari itu.

Sorot mata bocah laki-laki kecil itu kembali berubah, dalam hati ia membatin,

Selamat tinggal adik kecilku yang penurut, semoga kau tak merepotkan ibu dialam lain.

~TBC~

MiladyđŸ”Ș

Next chapter