20 20. Keinginan Ursilla

Victor mengembuskan napas pelan sambil memejamkan mata. "Jadi,... itu keinginanmu sendiri, Silla?"

Ursilla menganggukkan kepala membenarkan ucapan Victor. Manik mata hot pink milik Ursilla berbinar-binar seakan ingin segera mendapatkan persetujuan dari Victor. "Boleh, 'kan, Yah?"

Victor menutup mulutnya dengan telapak tangan, ini terlalu mendadak. Dia belum menemukan kesatria yang cocok untuk mendampingi Ursilla agar bahaya bisa dihindari sebanyak-banyaknya. Victor tak mau sampai kecolongan seperti yang sudah-sudah.

"Bisa beri Ayah waktu, Silla? Ayah belum menemukan kesatria yang cocok untukmu. Sekarang, hanya ada kesatria Ayah yang akan melindungi mu. Louis kesatria yang mempunyai kekuatan kuat dan Ayah percaya bahwa dia bisa melindungi mu, Silla." Victor memberikan penjelasan secara pelan-pelan agar dipahami oleh Ursilla.

Ursilla sudah menduga respon Victor akan seperti ini. Dia sudah mempersiapkan jawaban atas respon yang Victor berikan. "Ayah, aku akan memilih kesatria ku sendiri! Oleh karena itu, aku ingin pergi ke tempat latihan para kesatria!"

"Tidak boleh! Itu tempat yang berbahaya untukmu!" Tanpa sadar, Victor meninggikan suaranya. Victor dengan tegas menolak bahkan tanpa mempertimbangkan sedikitpun akan ucapan Ursilla. Dia tidak akan mengizinkan Ursilla untuk memilih sendiri kesatria dan bahkan sampai pergi ke tempat latihan. Tempat latihan para kesatria itu tempat yang berbahaya. Bagaimana jika Ursilla tanpa sengaja terkena serangan aura yang tidak dapat dikendalikan?

Master pedang yang baru tentu tak selalu bisa mengendalikan auranya, sehingga terkadang terjadi amukan aura pedang yang membuat pemiliknya kuwalahan. Jika situasi tersebut terjadi saat Ursilla berada di tempat latihan, sudah pasti Ursilla akan terkena serangan karena aura akan lebih dulu melukai orang-orang lemah.

Victor khawatir hal-hal buruk akan terjadi pada Ursilla. Dia sebisa mungkin menjaga Ursilla agar tak berada dalam situasi berbahaya. Dia sudah merasa bersalah karena gagal melindungi Ursilla satu kali, jadi dia akan menebusnya dengan cara menghilangkan situasi berbahaya untuk Ursilla.

Hati Ursilla berdenyut nyeri menerima penolakan keras dari Victor. Dia juga terkejut dengan suara Victor yang tiba-tiba meninggi. Tubuhnya gemetaran sambil meringkuk ketakutan. "J-jangan marah, Ayah... A-aku hanya..."

Ursilla tak melanjutkan ucapannya karena dia sudah terisak pilu sambil menundukkan kepala berusaha untuk menyembunyikan tangisannya dari Victor. Melihat Ursilla yang menangis karena ketakutan akan suara Victor yang meninggi sebelumnya, Victor memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Silla,... maafkan, Ayah. Ayah tidak bermaksud untuk membentak mu. Tapi, tempat latihan kesatria itu berbahaya untukmu." Victor hendak memegang bahu Ursilla, tapi siapa yang menyangka Ursilla justru menghindarinya.

Mata Victor sejenak terbuka lebar, tangannya hanya menggapai udara membuatnya sedikit tertegun. Victor menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya dengan erat.

"Wendy! Masuk!" Victor menggunakan sedikit mana agar suaranya bisa terdengar sampai ke luar ruangan.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dan Wendy masuk. Wendy hendak memberikan salam penghormatan, tapi Victor segera mengangkat tangannya menghentikan apa yang akan Wendy lakukan.

Wendy cepat tanggap, dia mengerti bahwa situasi di ruang kerja Victor sedikit suram. Apalagi terdengar suara isak tangis dari tubuh mungil yang duduk di meja membelakangi Wendy. "Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"

Victor melirik Ursilla yang masih menangis tersedu-sedu. Victor ingin menghibur Ursilla, tapi dia tak ingin membuat Ursilla semakin ketakutan padanya. Itu hanya akan membuat Ursilla menjauhkan diri darinya, Victor tidak menginginkan hal itu.

"Wendy, bawa Silla kembali ke kamar! Lalu, panggil Louis agar masuk ke sini setelah kau keluar." Victor memberikan perintah secara jelas membuat Wendy mengerti.

"Baik, Yang Mulia." Wendy melangkah mendekati Ursilla. Tangannya terulur untuk mengangkat tubuh Ursilla. Kaki Ursilla melingkar di pinggang Wendy, memeluk leher Wendy, dan menenggelamkan wajahnya di leher pelayan tersebut.

Wendy menepuk-nepuk punggung Ursilla dengan pelan, dia hanya menundukkan kepala karena tak bisa memberikan salam dengan benar dalam posisinya yang menggendong Ursilla. "Saya permisi Yang Mulia. Semoga kemenangan selalu menyertai Anda."

Wendy berbalik dan berjalan keluar dari ruangan. Ursilla sedikit mengintip bagaimana ekspresi Victor sekarang. Victor terlihat menghela napas berat dengan wajah yang kelelahan bercampur dengan frustrasi.

Ursilla mengulas senyum dengan penuh arti. "Nonaktifkan Deceptive Cry!"

[ Deceptive Cry dinonaktifkan. ]

[ Player telah menguasai 10% atribut ini. Peningkatan yang signifikan, karena Anda tahu kapan harus menggunakan tangisan sebagai senjata. ]

Ursilla akhirnya tahu, kegunaan dari atribut Deceptive Cry yang dia dapatkan. Tangisan bisa digunakan untuk membujuk orang-orang yang menyayanginya ataupun orang-orang dengan hati yang lemah lembut dan tak tega menolak permintaan orang lain.

Tangisan yang dia perlihatkan pada Victor tentu bagian dari penggunaan atribut Deceptive Cry. Yang benar saja, dia menangis hanya karena dibentak oleh Victor. Dia sudah terbiasa dengan nada tinggi dari orang lain. Apalagi, dulu Liera selalu mendapatkan didikan keras dari ibunya yang menuntut agar Liera mendapatkan prestasi yang bagus. Mentalnya sudah sekuat baja, jadi dia tidak gampang menangis.

Namun demikian, hati nurani Liera tetap saja sakit karena harus memanfaatkan kasih sayang seorang ayah untuk memenuhi keinginannya. Ursilla tersenyum kecut sambil menenggelamkan wajahnya di leher Wendy kembali.

"Maafkan aku. Tapi, aku harus tetap hidup supaya aku tahu alasan kenapa aku sampai berada di dunia fantasi ini."

***

"Yang Mulia, Anda memanggil saya?" Louis menghadap Victor yang duduk di kursi panjang yang ada tak jauh dari meja kerjanya.

Louis seumuran dengan Victor, yah bisa dibilang teman seperjuangan. Sebagai pria yang mengikuti Victor sejak muda, dia sudah melihat Victor dalam berbagai macam kondisi. Baik saat Victor kesulitan saat berlatih menggunakan pedang kayu yang dipungut dari jalanan, senang saat menjalin hubungan dengan Ursenna, ataupun sedih saat Ursenna meninggal dunia di pelukannya.

Kali ini, Victor terlihat kesulitan, tampaknya pria itu masih memikirkan mengenai Ursilla yang mendapatkan bahaya di dalam istananya sendiri. Siapa yang berani mencelakai seorang putri kerajaan padahal Victor dan Elias berada di istana?! Ursilla sampai ketakutan hingga tak mau membicarakan mengenai insiden itu pada siapapun.

Oleh karena itu, Victor menempatkan Louis, kesatria kepercayaannya untuk melindungi Ursilla dari bahaya. Tapi, tampaknya ada hal lain yang mengganggu Victor.

Victor mengangkat pandangannya, menatap Louis untuk sejenak. "Oh, kau sudah datang, Louis. Aku mencari mu karena ingin mendengar laporan mengenai Silla. Apa ada hal aneh yang terjadi di sekitarnya?"

Louis berpikir sejenak untuk mengingat semua kejadian hari ini saat menjaga Ursilla. "Tuan Putri hanya berjalan-jalan di taman setelah sarapan bersama Yang Mulia dan Putra Mahkota. Siang harinya, Tuan Putri kembali ke kamar untuk tidur. Tapi, sepertinya Tuan Putri tidak bisa tidur dan dia keluar dari kamar karena ingin menemui Yang Mulia."

Victor mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Sorot matanya berubah menjadi tajam. "Lalu,... apakah ada orang yang terlihat mencurigakan?"

"Ada beberapa pelayan yang mencurigakan, apalagi mereka melakukan aktivitas rahasia. Ada satu orang yang paling mencurigakan, tapi saya tidak berani langsung menuduhnya karena Anda mungkin akan menyalahkan saya, Yang Mulia." Louis melihat Victor yang memberi isyarat melalui gerakan tangan agar dia kembali melanjutkan laporan.

"Kau tidak perlu ragu untuk mengatakannya, Louis."

Mendengar bahwa Victor mengizinkannya, Louis tak akan ragu untuk mengungkapkan semua yang telah dia ketahui. "Emma, pelayan pribadi Tuan Putri selama ini dalam waktu-waktu tertentu akan pergi ke guild untuk mengirimkan surat secara rahasia. Ini sudah terjadi dalam waktu lama sejak menjadi pelayan mendiang Ratu."

Napas Victor tercekat, dia sudah tahu bahwa Emma orang yang mencurigakan. Hanya saja, Victor tak bisa membunuh Emma begitu saja karena wanita tua itu berada dalam lindungan seseorang. Jika Victor sampai mengungkapkan kecurigaannya terhadap Emma, mungkin orang yang berada di balik Emma akan mencelakai Ursilla yang berada dalam jangkauan Emma.

Victor mengepalkan tangannya erat hingga kuku-kuku jarinya memutih. "Siapa penerima suratnya?"

"Kaisar Roderick dari Kekaisaran Molden."

avataravatar
Next chapter