15 15. Raja Laut

Kerajaan Oceana.

Itulah kerajaan yang berada di laut terdalam, tempat di mana ras siren tinggal dan hidup di bawah pimpinan raja laut. Raja laut tersebut dulunya memimpin ras mermaid dan menggulingkan pemimpin ras siren. Lalu, dia menggabungkan kedua ras dengan karakteristik sama menjadi satu dan dikenal dengan ras siren.

Raja Triton. Dialah raja Kerajaan Oceana. Dulu, di masa kejayaannya, dia begitu dikenal karena telah menaklukkan ras siren dengan gagahnya. Namun, setelah beratus-ratus tahun lamanya, Raja Triton sudah mengalami penuaan. Sekarang, dia sudah menjadi seorang kakek dan akan segera turun dari jabatannya sebagai raja untuk digantikan oleh putranya.

"Kakek!"

Raja Triton yang dulunya seorang pria yang gagah, kini sedang membolos dari tugasnya sebagai raja untuk mengunjungi cucu kecilnya yang manis dan sangat polos. Triton tersenyum penuh kasih memandangi cucunya yang berusia 10 tahun menggerakkan ekornya dengan penuh semangat.

Triton sekarang berada di sebuah gua yang berada di area terlarang Kerajaan Oceana. Gua begitu gelap dan tercium aroma anyir darah yang begitu pekat. Energi sihir gelap bahkan begitu terasa pada bagian dalam gua, membuat wajah Triton yang sudah memiliki keriput tersenyum kecut.

Triton menundukkan kepala ketika merasakan sebuah kepala berbaring di ekornya. Tangan Triton mengelus surai biru terang yang begitu kontras dengan gua yang gelap. "Kamu sangat bersemangat, Antares. Apa yang ingin kamu ceritakan kali ini?"

Antares mendongak menatap kakeknya dengan mata berbinar senang. Selama dia berada di dataran setiap malam hari sejak berusia 6 tahun, hanya malam yang dia lalui beberapa jam yang lalu sangatlah berharga. Dia bertemu manusia! Manusia yang sangat cantik dan bahkan mengetahui namanya!

Antares sangat senang, hingga dia ingin menceritakan pada kakeknya mengenai Ursilla. Bibir pink lembut milik Antares perlahan terbuka dan mengajukan pertanyaan yang membuat tubuh Triton membeku.

"Kakek, apakah ada manusia yang baik?" Pertanyaan tersebut meluncur begitu mulusnya dari mulut kecil Antares. Merman itu kemudian menyadari perubahan yang terjadi pada kakeknya.

Mata biru gelap Triton berkilat tajam di kegelapan gua, memandangi Antares dengan penuh peringatan. Antares berkedip, seketika dia menjauhkan diri dari Triton yang memiliki aura menyeramkan.

Antares menelan ludah gugup berada di bawah tekanan Triton yang luar biasa membuat Antares merasa sesak. Dua insang di bawah telinga tertutup, seakan tak mau terbuka kembali untuk membantu Antares bernapas di air. Antares merasa kesulitan bernapas.

Di malam hari, sifat Antares sebagai manusia yang tak bisa berlama-lama bernapas di air membuat insangnya menjadi lemah. Sehingga, Antares harus pergi ke dataran untuk menghirup udara. Namun, di pagi hari seperti sekarang, insang Antares kembali menjadi kuat dan bisa dikatakan karakteristiknya sebagai merman tidak diragukan.

Insang Antares yang tertutup dan terbuka secara lambat membuatnya kelabakan di dalam air. Ini menyakitkan! Jantungnya bahkan berdegup kencang dengan rasa panas yang mulai membakar.

Mata Antares memerah dan berkaca-kaca memandangi kakeknya yang duduk dengan kaku di bebatuan yang berada di dalam gua. "K-kakek,... a-apa aku melakukan kesalahan?"

Antares merintih kesakitan dengan punggung yang bersandar di dinding gua yang kasar. "S-sakit, Kakek. D-dadaku sakit dan aku sulit untuk bernapas."

Biasanya gejala sesak yang dialami Antares akan datang jika hari menjelang malam. Namun, sekarang malam sudah berlalu dan Antares merasa sesak karena tekanan sang penguasa laut.

"Antares Ocean, cucuku, sudah berapa kali ku katakan bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar baik! Jangan mudah dibodohi oleh mereka! Apa kamu mendengarkan ku?" Suara berat Triton membuat tubuh Antares bergetar ketakutan.

Air mata menggenang di pelupuk mata Antares, dia begitu tersiksa sehingga memutuskan untuk menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Triton. Antares kemudian merasakan tekanan di sekitar perlahan menurun dan dia akhirnya bisa kembali bernapas lega.

Triton melambaikan tangan mengisyaratkan agar Antares mendekat. Akan tetapi, tak ada pergerakan dari Antares yang terlihat tak ingin mendekat padanya. Triton tersenyum dingin, mata biru gelapnya bersinar terang dan terlihat mengintimidasi Antares.

"Mendekat lah, Antares!"

Tubuh Antares gemetaran. Dia dengan ragu-ragu mendekati kakeknya yang sangat marah. Jarang sekali Triton marah besar seperti sekarang. Hal ini membuat Antares tahu bahwa mengangkat topik mengenai manusia terlebih dahulu akan membuat suasana hati Triton memburuk.

Triton meletakkan tangan besarnya di kepala Antares, dan mengelus rambut Antares dengan gerakan ringan. "Cucuku yang baik. Dengarkan baik-baik ucapanku. Jangan pernah percaya dengan manusia! Anggap semua ucapan yang mereka katakan sebagai omong kosong yang tak perlu kamu pedulikan!"

Antares menggigit pipi bagian dalamnya. Dia sangat bingung sebenarnya mengapa kakeknya begitu membenci manusia dan mengatakan bahwa mereka orang-orang jahat.

Kepala Antares tiba-tiba memikirkan mengenai Ursilla yang tersenyum manis padanya. Apa Ursilla juga termasuk sebagai manusia yang jahat? Bolehkah setidaknya Antares kali ini menolak gagasan Triton yang menyebut semua manusia jahat karena Ursilla tidak terlihat demikian?

"Kenapa... kenapa Kakek mengatakan bahwa manusia jahat?" Antares memberanikan diri mengajukan pertanyaan dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

Tapi, Triton memiliki indra pendengaran yang tajam sehingga dia tak akan ragu untuk mengatakan bahwa semua yang terjadi di lautan, dia dapat mendengar dan mengetahui semuanya kecuali di area-area terlarang. Jadi, suara Antares masih bisa didengar olehnya.

Tangan Triton beralih meremas bahu Antares dengan kuat namun tak akan sampai menghancurkan tulang merman kecil tersebut. Triton terkekeh dingin. "Kamu ingin bukti, Antares? Baiklah, akan aku katakan hal yang sebenarnya padamu."

Antares hanya bisa mengerutkan kening merasakan sakit di bahunya. Satu tangan Triton tidak lagi berada di bahu Antares, dan terulur ke samping dengan telunjuk menunjuk pada objek yang berada di bagian dalam gua yang gelap.

"Di sana... Kamu pasti sudah tahu siapa yang ada di sana, Antares..." Suara Triton begitu dingin hingga membekukan syaraf-syaraf di tubuh Antares.

Antares menganggukkan kepala dengan gerakan kaku. Kepalanya menoleh ke samping mengikuti telunjuk Triton. Manik mata biru safir Antares berkilat sedih. Dia sangat tahu siapa yang berada di bagian terdalam di gua yang berada pada area terlarang.

"Aku tahu, Kakek. Ada Ibu di sana." Bahu Antares terkulai lemah, semangat yang sebelumnya memenuhi hatinya sudah larut setelah mendapatkan amarah dari sang kakek.

Triton berdecih dengan mata menatap intens Antares yang menunduk sedih. "Ya, dia ibumu! Dialah bukti bahwa manusia tidak dapat dipercaya! Ibumu dulu dibutakan oleh perasaannya yang tidak mungkin bisa diwujudkan! Dia jatuh cinta pada manusia. Dia bahkan rela kehilangan sesuatu yang berharga miliknya demi bertemu dengan manusia yang dicintainya di daratan."

Triton menggeram tertahan mengingat masa lalu yang membuat ras siren mengalami kekacauan. Bukan hanya itu, bahkan saat itu terjadi perang antara manusia dengan ras siren. Itu kejadian beratus-ratus tahun lamanya, tapi masih segar di ingatan Triton. Jika kembali mengingat masa lalu yang kelam tersebut selalu bisa membuat darahnya mendidih.

Antares masih setia mendengarkan cerita kakeknya mengenai sang ibu yang tidak terlalu dia ketahui bagaimana kehidupannya di masa lalu. "L-lalu, apa yang terjadi dengan Ibu?"

Triton mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Tawanya menggelegar di seluruh gua dan menghasilkan gaung membuat tubuh Antares merinding. Menyeramkan. Saat ini orang yang berada di depan Antares bukanlah kakeknya, melainkan Raja Kerajaan Oceana.

"Kenapa kamu bertanya, Antares? Kamu sudah mengetahuinya dengan jelas, bukan? Dia tak mendapatkan balasan apapun atas tindakan bodoh yang dia lakukan! Manusia itu bersama dengan yang lain bukan dengan ibumu! Ibumu menangis meminta untuk dikembalikan ke kehidupannya sebagai mermaid. Tapi, cucuku tersayang. Sesuatu yang sudah dikorbankan tidak akan bisa dikembalikan."

Triton menyeringai lebar, mata biru gelapnya bersinar jahat. "Ibumu sangat marah mengetahui hal tersebut. Sehingga..."

Triton mendekatkan mulutnya di telinga Antares. Seringai setan terlintas di wajahnya. "Dia membunuh manusia yang dicintainya."

avataravatar
Next chapter