69 Mellisa #8

Alex berjalan mengikuti di belakang Nadia. Entah ia harus merasa tidak enak karena sudah tidak jujur sebelumnya atau merasa senang karena Nadia masih peduli padanya sebagai sahabat.

"Nad!" panggil Alex. Gadis itu tidak menjawab dan terus berjalan.

"Nadia!"

"Naaaaaad..." panggilan ketiga dan Nadia mulai kesal.

Gadis itu berbalik tiba-tiba yang membuat Alex juga berhenti tiba-tiba di hadapannya dan hampir menabraknya.

"Apaan sih, lo?!" tanya Nadia kesal.

"Lo mo ke mana sih?" goda Alex.

"Nyari angin." Jawabnya singkat.

"Di sini banyak angin." Jawab Alex cepat sambil mengepakkan tangan di sekelilingnya.

Nadia menatapnya malas lalu berbalik dan kembali berjalan menjauh. Alex tidak langsung menyerah melainkan tetap mengikutinya.

"Nad… lo masih marah sama gue?" Nadia tidak menanggapinya.

"Nad! Nadia! lo denger gue nggak sih?!" kali ini Alex menariknya dengan paksa.

"Apaan sih, lo?!" tanya Nadia kesal.

"Lo masih marah sama gue?" Alex mengulangi pertanyaanya.

"Nggak penting banget gue marah sama lo!" jawab Nadia malas lalu berbalik namun Alex kembali menariknya.

"Apa sih?!" bentak Nadia.

"Gue tanya sama lo, lo masih marah nggak sama gue? Gue nggak suka kalo kita nggak jelas kayak gini." Kata Alex yang juga mulai kesal.

"Emang kita ada apa? Emang kita kenapa? Hah?!" tanya Nadia tak kalah galak.

"Jawab aja, deh! Lo masih marah sama gue?" tanya Alex sekali lagi.

Nadia menatapnya tajam. "Iya, gue masih marah sama lo. Nggak, gue nggak marah sama lo. Puas?!" jawabnya kencang.

Entah mengapa Alex merasa bahwa ia telah membuat sebuah kesalahan besar dengan tidak jujur pada Nadia hingga membuat mereka serasa sedang terpisahkan oleh jurang lebar yang amat dalam. Pemuda itu meraih tangan Nadia dan langsung memeluk gadis itu.

"Lo apaan, sih?! Lepasin gue!" kata Nadia tajam.

"Nggak. Gue nggak bakal ngelepasin elo." Jawab Alex tegas.

Keduanya terdiam dalam pikirannya masing-masing untuk sesaat. "Gue meluk lo, biar kalo lo nggak marah, lo bakal terus nggak marah sama gue. Dan kalo emang lo marah sama gue, biar lo ngerasa tenang dan ngelupain marah lo ke gue." Jelas Alex pelan.

"Justru karena lo meluk gue, yang tadinya gue nggak marah gue jadi marah. Dan yang tadinya gue emang marah, sekarang gue tambah marah." Jawab Nadia kesal.

"Sebelum lo gue buat nggak bisa jalan sebulan atau ada anggota tubuh lainnya yang patah, mending lo lepasin gue, sekarang!" Ancam Nadia.

Alex tidak melepaskan pelukannya namun semakin mengeratkannya. Ia benar-benar sedang ingin meredam api kemarahan Nadia yang memang terbentuk karena kesalahannya. Nadia sudah mulai memikirkan bagian tubuh Alex yang akan ia lumpuhkan jika hingga hitungan ketiga pemuda itu tidak melepaskannya, namun keduanya tiba-tiba harus saling menjauh saat seorang gadis memanggil nama Alex. Keduanya menatap gadis itu dengan sangat terkejut.

"Mellisa. Ngapain di sini? Kan udah gue bilang gue bakalan jemput elo." Kata Alex terbata-bata.

"Gue males nunggu lama-lama, jadi gue mutusin buat ngasi lo kejutan dengan tiba-tiba datang ke sini. Sorry gue nggak tau kalo lo lagi maen." Jawab gadis yang bernama Mellisa itu dengan nada datar, sambil terus menatap Nadia yang sempat memutar bola matanya mendengar penjelasan Mellisa.

"Oh, iya. Kenalin ini sahabat gue. Gue belom pernah cerita, tapi kita sahabatan udah mulai umur tujuh tahun." Kata Alex canggung.

"Sahabat?" tanya Mellisa pelan lalu mengulurkan tangannya pada Nadia untuk bersalaman. "Gue Mellisa, pacar Alex."

Nadia melihat tangannya sebentar, lalu menatap keduanya kemudian tersenyum. "Have fun! Pacar gue juga lagi nunggu." Kata Nadia santai lalu pergi tanpa membalas salam Mellisa.

avataravatar
Next chapter