63 Mellisa #2

Di tempat lain, Nadia sedang duduk santai sambil memperhatikan Steven yang sudah berkeringat di tengah lapangan basket indoor di antara riuhnya sorakan para siswi, yang walaupun libur tetap datang ke sekolah untuk melihat tim basket mereka berlatih, mencari keringat di tengah hujan lebat. Ujian akhir tidak menghalangi mereka untuk tetap menikmati hari-hari mereka sebagai siswa SMA, bahkan untuk Nadia, Steven, dan sebagian anggota tim basket itu yang sebentar lagi akan lulus.

Nadia melihat Steven yang sibuk mempertahankan permainan, namun sesekali masih sempat memberi lambaian tangan dan senyum manis pada para gadis yang sedang menyorakinya.

Pertama kali saat Nadia datang, gadis-gadis itu sempat berbisik-bisik sebentar, namun tak lama kemudian tidak memperhatikannya lagi saat Steven dan teman-temannya mulai bermain.

Dan sekarang, setelah permainan selesai, gadis-gadis itu tidak langsung pulang, melainkan masih ingin berfoto dengan Steven atau hanya sekedar mendekatinya dan mungkin menyentuhnya.

Steven yang sudah terbiasa hanya tertawa renyah sambil menjauhi mereka dan mengambil tasnya lalu mendekati Nadia.

"Laper nggak?" tanya Steven sambil menyeka keringatnya.

"Nggak begitu."

"Gue lapar. Makan yuk?" tanya Steven lagi.

"Kantin mana buka?"

"Kita makan di luar. Tapi setelah gue mandi." Katanya lalu segera ke kamar ganti.

Nadia dan Steven akhirnya memutuskan untuk makan di tempat makan dekat sekolah. Mereka memesan makanan dan minuman hangat yang bisa mengenyangkan sekaligus menghangatkan.

Steven menatap wajah Nadia lalu merapikan rambut yang menutupi wajah cantiknya itu.

"Lo bosen ya, liat gue maen? Kalo bosen, nggak usah liat aja. Nggak apa-apa kok." Kata Steven lembut.

"Nggak kok. Lagian lo maennya bagus. Kenapa gue harus bosen?" jawab Nadia santai.

"Karena lo nggak biasa?" Jawab Steven ragu.

Nadia tertawa renyah. "Santai aja kali. Liat lo maen basket itu sama kayak liat pertandingan karate. Bedanya supporter lo tuh, luar biasa banget." Katanya membuat Steven tertawa.

"Lo jealous sama mereka?" goda Steven. Nadia hanya tertawa.

"Emang penting?" Jawab Nadia santai sambil bersandar di tempat duduknya. Steven tersenyum mendengar jawaban Nadia.

Begitulah Nadia. Dia sudah tahu sifat Nadia yang dingin dan sering kasar, tapi jelas merasa bahwa sikap Nadia mulai berbeda terhadapnya semenjak mereka berpacaran. Mungkin lebih mengarah kepada "diperhalus". Ya! Gadis itu memperhalus sikapnya pada Steven karena kini mereka pacaran.

Steven menyukai hal itu karena dia merasa diterima, tapi dia juga merasa seakan tidak sedang berpacaran dengan Nadia yang dingin yang selalu bisa membuat jantungnya berdebar-debar.

"Belajar bareng, yuk?" ajak Steven.

"Gue belajarnya bareng kak David. Lo mo ikutan?"

"Wah! Bakal lebih keren, tuh! Boleh. Kapan? Di mana? Di rumah lo?" Steven mulai bersemangat, apalagi membayangkan dapat belajar bersama Nadia dan kakaknya yang membuatnya merasa lebih dekat lagi.

"Santai aja. Kita belajarnya di perpus sekolah, kok. Bareng Amel, Grace, sama Henry juga. Kak David yang udah bikin rencana kemarin."

Steven terkejut dengan jawaban Nadia. pupus sudah khayalannya tentang 'acara belajar bersama pacarku dan pacar kakakku' yang sudah dibayangkannya.

Ia tiba-tiba teringat akan seseorang. "Alex nggak ikutan?" tanya Steven menyelidik.

"Nggak lah! Ngapain? Kan kita bakal kayak les privat gitu sama kak David. Lah, si Alex kan anak IPS. Mo belajar berapa banyak kakak gue, buat belajarin kita semua?" jawab Nadia lalu menatapnya. Steven hanya mengangguk paham lalu tersenyum.

avataravatar
Next chapter