74 Mellisa #13

Daniel duduk santai di sofa kecil yang memang disediakan di dalam salah satu toko baju, sambil memainkan ponselnya ketika pacarnya memanggilnya. Heny keluar dari kamar ganti dan menunjukan baju yang dipakainya.

"Gimana?" tanya Heny yang memakai mididress berwarna mustard lalu berputar.

"Bagus. Tapi lebih bagus lagi kalo warnanya putih atau biru. Jangan kuning, gue nggak suka." Komentar Daniel santai.

"Oke. Kalo ini?" tanya Heny lagi sudah memakai sebuah kemeja maroon melapisi mididressnya tadi.

"Cocok. Tapi yang putih aja, biar kita couple-an. Kalo merah gitu, ntar pas jalan berdua dikira Bendera Indonesia lagi jalan-jalan." Jawab Daniel lalu tersenyum manis.

Heny segera kembali ke ruang ganti sebentar lalu keluar dengan membawa sebuah kemeja putih dan sebuah mididress berwarna biru laut. Setelah membayar, keduanya segera keluar dan meneruskan jalan-jalan mereka.

Menikmati liburan setelah ujian itu memang sangat dinantikan oleh mereka berdua.

"Gue mo nanya sesuatu deh." Kata Heny tiba-tiba.

"Hm. Apa?"

"Kemaren itu, lo beneran ditonjok cuman karena masang pose sok mau nyium si Nadia atau ada hal lain? Lagian ngapain juga si Alex masih ngurusin urusan Nadia?" tanya Heny penasaran.

"Ya, nggak dong sayang. Itu karena kemaren gue nyinggung soal status sahabatan mereka dan yang nonjok gue bukan Alex, tapi si Nadia. Lagian, itu pertama kalinya gue liat Alex datang buat ngurusin urusan Nadia, terhitung sejak pulang dari Bandung kemaren." Jelas Daniel santai.

"Ha? Maksudnya gimana sih? Gue nggak ngerti."

tanya Heny linglung.

"Jadi gini, pacar gue yang cantik. Waktu di Bandung kan lo nanyain si Alex soal udah punya pacar apa belom, kan? Nah setelah itu, pas pulang dari sana, sampe hari H ujian pun mereka nggak pernah kelihatan bareng lagi. Dan kemaren itu adalah pertama kalinya gue liat mereka bareng." Daniel membuka penjelasannya.

"Yang bikin gue ditonjok sama Nadia, bukan pose kita yang kek orang mo ciuman, tapi karena gue ngebahas soal status sahabatan mereka. Yaiyalah! Sahabatan apaan yang punya pacar nggak mau cerita, trus Nadia taunya gara-gara permainan itu. Ya, gue cuman bilangin Alex aja, biar nggak usah lagi sok-sok merhatiin Nadia. Tapi, eh! Gue yang ditonjok. Padahal gue yang bener, harusnya si Alex dong yang ditonjok. Tapi kata Nadia, gue mulai ngadu domba mereka, gitu." Jelas Daniel.

"Jadi, pas kita di Bandung itu, Alex udah dalam status punya pacar dan Nadia nggak tau. Trus, pas pulang dari Bandung, Nadia udah dalam status pacaran juga sama Steven dan Alex udah tau. Berarti nggak adil buat Nadia, dong. Trus kenapa sayang yang ditonjok, bukannya si Alex sialan itu?!" Heny mencoba meluruskan pikirannya.

"Benar sekali! 100 buat pacarku yang cantik!" Kata Daniel bangga lalu mengelus kepala Heny. "Iya, itu bener. Tapi ya, mereka berdua emang freak! Biarin aja deh. Itung-itung hadiah sebelum pisah." lanjut Daniel santai.

Heny menggandeng Daniel sambil mulai memilih tempat makan yang akan mereka datangi. Tentang Alex dan Nadia, tentang siapa pacar mereka, apa yang mereka lakukan, sudah bukan menjadi urusan Daniel lagi. Mereka akan segera mendengar hasil ujian dan setelah itu akan berpisah untuk melanjutkan masa depan masing-masing, jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk saling bertengkar dan meributkan hal-hal sepele.

Namun masih ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran Heny. 'Itu Cewek kenapa sih? Kenapa dia dingin dan nyebelin gitu, tapi tetep dilindungi sama Alex? Gimana ceritanya tampang Nadia yang sok iblis kayak gitu, ternyata anak adopsi dan bahkan adeknya Pak David? Masih ada nggak ya, rahasia Nadia yang orang lain belom pada tahu?'

Heny tiba-tiba saja bersemangat ketika membayangkan jika suatu saat, ada lagi rahasia Nadia yang terbuka dan Ia akan berada di sana untuk menyaksikan ekspresi Nadia.

avataravatar
Next chapter