92 Heny #13

Setelah tragedi hari kelulusan, hampir setiap hari Alex datang dan menemani Nadia. Steven dan teman-teman lain juga kerap kali datang menemui Nadia. Sedangkan David sibuk dengan urusan sekolah dan juga Rebecca.

Tidak ada satu orang pun yang berani mengungkit tentang hari itu. Papa jadi cukup sibuk karena dipanggil oleh para dewan dari Yayasan. Untungnya, tak butuh waktu lama dalam mengevaluasi masalah tersebut, karena memang dari awal tidak ada perlakuan khusus dari Pak Robert terhadap Nadia di sekolah.

Mama juga sudah tidak pernah menangis lagi sejak hari itu. Yang beliau takutkan bukan tentang karir suaminya, melainkan putrinya, Nadia.

Namun, sudah seminggu berlalu, tidak ada satu berita pun yang terdengar. Tidak ada desas-desus tentang Nadia yang menyakiti Heny, maupun komplain dari keluarga Heny sendiri.

Sore hari, Nadia sedang menonton televisi saat David bergabung bersamanya.

"Apa kabar?" tanya David santai.

Nadia menatap kakaknya heran. Ada apa dengan pertanyaannya?

"what do you want?" tanya Nadia curiga.

"Ih! Negatif banget. Kan cuman nanya, kamu apa kabar?" Protes David.

"Kak, kita ketemu tiap hari. Kenapa nanya gitu, coba?"

"Ya kan kakak pengen tau kabar kamu. Gimana kondisi kamu, perasaan kamu..." Kata David serius.

"Okay... Seperti yang kakak tau, aku sehat, lagi nggak sakit. Okay?" Jawab Nadia asal.

David terdiam sesaat. Menimbang-nimbang, apakah Ia harus membicarakan ini dengan Nadia atau tidak.

"Kamu... Udah nggak apa-apa kan, soal kejadian tempo hari?" Tanya David takut-takut.

Nadia yang awalnya rileks langsung berubah serius dan menatap kakaknya.

"Kakak mau ngomongin apa si?" Tanya Nadia to the point.

"Heny." Jawab David singkat.

Nadia terpaku mendengar nama itu.

"Kamu masih sakit hati sama dia?" Tanya David lagi.

"Nadia ga pernah sakit hati sama dia." Jawab Nadia cepat.

"Tapi?"

"Nadia cuman marah aja."

"Udah seminggu, lho... Soal kejadian tempo hari pun udah ga dibahas lagi di sekolah..." Kata David pelan.

Nadia kaget mendengar hal itu. Apakah Ia tak salah dengar? Tragedi itu sudah tidak dibicarakan lagi?

"Serius?" Tanya Nadia tak percaya.

David mengangguk pasti. "Iya. Soalnya anak-anak yang alumni smp kamu pada bikin klarifikasi gitu. Nggak secara formal, tapi mereka nyebarin cerita soal hampir semua alumni smp kamu udah tau tentang hubungan kamu sama papa. Mereka juga nyeritain soal kamu yang pernah dihukum karena telat." Jelas David.

Nadia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Selama ini dia terlalu sibuk menutup diri dari dunia dan orang-orang, hingga tidak tahu bahwa masih ada banyak orang lain yang bisa ia andalkan untuk menjaganya dan rahasianya.

"Kalo soal Heny..." David terlihat murung.

"Ada apa? Cewek itu kenapa?" Tanya Nadia sinis.

"Kakak dapat kabar kalo dia udah seminggu ini nggak pernah keluar rumah."

Nadia terdiam mendengarkan berita itu. 'Bukankah Heny harusnya sedang menari-nari senang karena sudah membongkar rahasianya yang lain?' Apalagi saat itu Dia telah memastikan dirinya berada di sana untuk melihat keadaan Nadia saat hal itu terjadi.

"Dek..." David memegang tangannya.

"Kamu kan sekarang udah baik-baik aja... Papa dan Kakak nggak kena masalah. Mama pun nggak apa-apa. Apa kamu mau biarin Heny tersiksa terus?" David terlihat serius.

Nadia kemudian ingat bahwa Heny bahkan diputuskan oleh Daniel. Namun Nadia tidak merasakan apapun tentang itu. Ia tidak merasa senang maupun kasihan.

"Trus maksud kakak ngomongin ini semua ke aku, apa?" tanya Nadia akhirnya

avataravatar
Next chapter