34 Alex #3

Nadia sampai di rumah setelah membeli sesuatu bersama Alex. Gadis itu segera berlari ke kamar David dan mendapati kakaknya sedang duduk bengong di kamar. Nadia masuk perlahan-lahan kemudian mendekati kakaknya. "Happy Valentine!" bisiknya dan membuat David terkejut.

Pemuda itu berbalik dan mendapati Nadia sedang tersenyum manis padanya. Ia lalu mencubit pipi gadis itu. Nadia tersenyum lalu menyodorkan sebatang coklat. "Lagi seneng?" tanya David sambil menerima coklatnya. Nadia menggeleng. Ia lalu mendekatkan wajahnya pada David seakan-akan ingin membaca pikiran pemuda itu.

David menatapnya serius lalu menunjukan sebuah foto dengan dagunya. Nadia berbalik melihat foto itu dan akhirnya paham. Gadis itu kemudian meninggalkan David dan berlari ke kamarnya. David hanya terdiam melanjutkan lamunannya yang tadi terhenti karena kedatangan adiknya. Namun tak lama ia melamun Nadia sudah kembali ke hadapannya dengan pakaian serba hitam. "Wanna do a visiting? I'll wait down stairs." Katanya lalu keluar dari kamar kakaknya. David hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.

Keduanya berjalan pelan bersama menyeberangi lahan hijau luas yang dipenuhi dengan tempat peristirahatan terakhir orang-orang terkasih dan berhenti di depan sebuah makam berwarna merah muda. David meletakkan sebuah bouquet bunga. "Happy birthday, Bunda. Happy valentine." Kata David pelan.

Nadia hanya terdiam melihatnya. Makam ini adalah makam Bunda David, Valentine Dianna. Saat pertama kali Nadia datang ke keluarga barunya, kakaknya sama sekali bukan anak yang suka bergaul. Semenjak bunda bercerai dari papanya, David yang saat itu duduk di bangku SMP sangat tidak bersahabat, tidak berbicara dengan siapapun selain si mbok, dan mempunyai emosi yang sangat mudah meledak.

Namun sejak Mama sungguh-sungguh memberikan perhatian pada David, pemuda itu mulai melunak. Ia menjadi lebih menurut, mudah tersenyum, menjadi lebih dewasa, dan sangat menyayangi Nadia. Bahkan saat mendengar kabar kematian Bunda lima tahun lalu, David dapat menghadapinya dengan sangat tenang.

Setelah puas di depan makan Bunda, David membawa Nadia mendatangi satu makam lagi yang membuat Nadia hanya terdiam di depan makan itu. Itu adalah makam Daddy Nadia, William Octavian. Daddy dan Mama mengadopsi Nadia saat ia baru berumur satu tahun. Kemudian Daddy meninggal saat usia Nadia baru lima tahun. Nadia bahkan sudah hampir lupa kenangannya bersama daddy.

Entah bagaimana pertemuan mama dan papanya saat ini, namun saat usinya menginjak tujuh tahun, Nadia akhirnya berada dalam sebuah keluarga baru yang utuh. Ia mempunyai seorang papa, mama, dan kakak laki-laki.

David teringat saat pertama kali ia bertemu dengan Nadia. Gadis itu begitu kecil, rapuh, dan polos. Nadia kecil selalu mencoba mendekatinya walaupun berakhir dengan tangisan setiap kali mendapat penolakan darinya. Namun gadis itu selalu ceria, senyuman manisnya, dan tawa lucunya selalu memenuhi rumah yang membuat David akhirnya jatuh hati padanya dan menyayanginya.

Terlebih lagi saat melihat Nadia sedang bermain dengan teman barunya, Alex. Keduanya sangat menggemaskan saat sedang bertengkar memperebutkan sesuatu, kemudian Nadia akan selalu menang dan membuat Alex menangis karena kesal. Namun saat SMP, Nadia dan Alex sampai pada fase yang mengubah keduanya.

Alex yang adalah anak tunggal masih bisa dikendalikan, namun Nadia benar-benar menunjukan keganasannya. Itulah awal dari segala sikap kejam adiknya. Jarang sekali melihat Nadia tersenyum atau berbicara banyak. Ia lebih mudah terpancing emosi, namun sekarang sudah dapat dikendalikannya dengan baik.

Nadia, ia menyimpan semua keluh kesahnya sendiri. Ia menyimpan semua kekhawatiran dan rahasianya rapat-rapat. Bahkan jika ada yang tahu, mereka juga tidak dapat membantu Nadia menyimpan perasaanya. Nadia yang seperti mati rasa, Nadia yang seperti membenci semua orang, Nadia yang menyimpan rahasianya dari dunia.

avataravatar
Next chapter