6 Rubah licik

"Halo.. apa ada orang disini?" clarysa terus berjalan entah kearah mana dan mau kemana karena hanya cahaya putih yang dia liat, dia mengamati sekelilingnya tapi tetap saja hanya warna putih yang dia liat. ingin rasanya berteriak tapi dia terlalu takut, apalagi kini posisi nya dia hanya seorang diri. setelah berjalan cukup jauh akhirnya dia berhenti karena putus asa, sudah cukup jauh berjalan tapi rasanya dia tetap di tempat yang sama seperti terjebak didalam ruangan putih sunyi tanpa jalan keluar. seketika dia ber fikir 'apakah aku sudah mati?' batinnya.

setelah lama termenung clarysa sayup sayup mendengar suara yang memanggil namanya.

"Clarysa" bisikan itu clarysa menoleh ke kanan dan kirinya namun tak ada seorang pun. akhirnya ia menjawab "siapa kamu?" tanya clarysa.

Hening.

Clarysa terus mengamati sekitarnya berharap menemukan seseorang atau sesuatu yang bisa menjelaskan padanya dimana dia sekarang tapi nihil. hasilnya tetap sama, tak ada apapun selain dirinya.

perlahan suara itu muncul kembali di iringi Isak tangis yang semakin lama semakin terdengar memilukan.

suara itu terus menerus melantunkan namanya.

"Clarysa, kumohon sadarlah"

"aku minta maaf"

"clarysa"

"kumohon bangun sayang"

clarysa berfikir siapa yang sedang memanggil namanya itu apakah Revan? Jane? mami? papi? atau mungkin kah Alvaro?

Tidak mungkin alvaro!

"Halo halo mami! papi! jane! revan! apa itu kalian? kalian dimana!" jerit clarysa seraya berjalan mencari sumber suara itu berasal.

*****

"Clarysa clarysa bangun!!"

"BANGUN KAU TIDAK BOLEH MATI CLARYSA! AKU PERINTAHKAN KAU UNTUK BANGUN!!" Teriak alvaro frustasi.

saat alvaro sedang duduk disamping ranjang pasien clarysa, menggenggam tangannya sambil menangis alvaro tidak mengikhlaskan clarysa mati. alvaro frustasi ingin rasanya dia ikut ke alam kematian menemani clarysa.

Tapi tunggu!

'Kenapa aku seperhatian ini dengan clarysa? baru saja tadi siang aku kencan dengan Lia dan aku baru saja memarahi clarysa, kenapa sifatku bisa berubah ubah? kenapa aku membunuh suster itu? hanya karena aku tidak boleh melihat clarysa? suster itu kan menggodaku bisa saja aku bermain dengan tubuh suster itu selama menunggu clarysa sadar dan clarysa ternyata sudah tidak ada didunia? aku tidak mendapatkan tubuh suster itu dan kehilangan clarysa?! SIAL! KENAPA DIA MATI TERLEBIH DAHULU PADAHAL AKU BELUM MERASAKAN TUBUHNYA!' batin licik alvaro.

melihat alvaro melamun membatin sesuatu suster emmy menghampiri dan berusaha menenangkan alvaro.

"ikhlaskan nyonya tuan agar nyonya tenang" ucap suster emmy dengan ramah.

alvaro menoleh ke sumber suara, suara dari suster paruh baya yang sudah bekerja selama 27 tahun di rumah sakit ini, berarti suster ini sudah 3 tahun bekerja saat alvaro lahir. alvaro menghapus air matanya dan melepaskan genggamannya, dia bangkit dari duduknya dan tersenyum kearah suster emmy.

"ya suster, kau benar! aku harus ikhlas!" ucap alvaro yang dibalas senyum tulus dari suster emmy.

'Aku harus pulang sekarang. sudah banyak acting menjijikanku hari ini! berpura pura menangis dan tersenyum? mereka pikir ini senyum dan tangisan tulus? dasar bodoh!' batin alvaro

"gavin, emmy, aku mau kalian urus mayat istriku dan suster sialan diluar itu! ingat jangan sampai ada berita tentang suster itu!" perintah alvaro lalu keluar dari ruang ICU dan pergi meninggalkan rumah sakit.

****

"nyonya clarysa adalah orang yang sangat baik, kau tau itu gavin?" tanya suster emmy seraya mengganti pakaian clarysa dengan baju pasien.

"ya aku tau, entah mengapa jodohnya adalah tuan alvaro yang licik dan kejam itu, entah ini takdir atau nasib aku pun kembali bertemu dengannya seperti mimpi buruk berkepanjangan" curhat gavin seraya membantu para suster membereskan alat alat medis.

"hmm ini takdir, gavin biar aku yang antarkan nyonya clarysa ke ruang mayat sambil menunggu keputusan tuan alvaro nyonya akan di makamkan dimana" ucap suster emmy pada gavin seraya mendorong ranjang pasien clarysa yang seluruh tubuhnya sudah ditutup sebuah kain tipis.

"ya silahkan" ucap gavin.

Suster emmy mendorong ranjang rumah sakit memasuki ruang mayat yang bedara di lorong paling ujung rumah sakit, jarang sekali orang yang berani melewati lorong itu. Saat memasuki ruang mayat, terasa sekali pergantian suhu yang dirasakan. hawa didalam ruang mayat begitu dingin dan di penuhi para mayat, suster emmy bergidik ngeri.

suster emmy mendorong ranjang clarysa ke paling pojok ruangan. sebelum pergi suster emmy membungkukan hormat badannya pada mayat clarysa.

"selamat jalan nyonya clarysa, semoga anda beristirahat dengan tenang" ucap suster emmy lalu pergi meninggalkan ruang mayat.

****

Alvaro pulang ke masion nya dan ketika sampai di depan mansion alvaro dikejutkan oleh kehadiran lia.

liat menatap mobil alvaro dengan senyuman, alvaro turun dari mobilnya dan menghampiri lia.

"lia? apa yang kau lakukan disini?" tanya alvaro ketika sudah berdiri tepat didepan lia. liat mengalungkan tangannya di leher alvaro dan mengecup pipinya.

"tentu saja bertemu dengan pacar tampanku, aku ingin bersenang senang denganmu" lia tersenyum genit di depan alvaro. alvaro membalasnya dengan senyuman, tentu saja dia akan memperoleh keuntungan dari lia. hitung hitung melupakan kekesalan terhadap clarysa yang sangat merugikan baginya.

"ayo kita masuk kedalam, aku akan memuaskanmu malam ini" ucap alvaro dengan otak kotornya.

"gendong aku sayang" pinta lia

alvaro membopong lia dan membawa lia ke kamarnya.

'lia adalah wanita busuk yang mengincar hartaku, aku tau itu, dia merelakan tubuhnya demi uang. haha, aku tau dia jalang dan tubuhnya pasti sudah kotor terjamah oleh para lelaki lain diluar sana. tapi lia bisa mengerti sifat psikopatku dia juga tau pekerjaanku, dan dia tidak pernah membocorkan hal itu pada siapapun. tapi yang aku bingung kenapa aku tidak menikahinya? saat aku berfikir seperti itu saat itu juga aku sadar lia bukan wanita baik baik. tentu saja dia tidak pantas untukku. dan lagi lagi saat itu pula aku berfikir kenapa aku menikahi clarysa? ah sudahlah aku tidak perlu memikirkan hal ini, dia sudah mati.' batin alvaro.

malam ini alvaro menghabiskan malam nya dengan lia. kali ini dia bingun dengan perasaannya, biasanya dia sangat menimati permainannya dengan lia, tapi sekarang ini tidak terasa sama sekali. dia gelisah. seperti ada suatu hal yang hilang dari alvaro.

'Apa yang terjadi denganku?' batin alvaro.

to be continued..

avataravatar