5 Fall 2

Alvaro pov.

Tring!! Tring!!!!!!!

Handphoneku berbunyi menunjukan panggilan dari salah satu penjaga mansionku yang bernama bondan.

dengan gerakan malas dan masih menutup mataku, aku menjawab telepon nya.

"Hallo?"

"Hallo tuan sanjaya?" sapa balik bondan

"hm, ada apa?" ini terlalu malam untuk membahas hal yang tidak terlalu penting apalagi untuk berbasa basi menyebut nama seperti itu.

"Nyonya sanjaya tuan" ucap bondan terdengar panik

"NYONYA KECELAKAAN" ucap bondan panik dari seberang sana

"APA??!!!" alvaro terkejut hingga bangun terduduk dan membuka matanya melihat ke arah samping nya dan tidak ada clarysa di sana.

"dimana dia?" jawab alvaro kini merasa sangat panik

"di gerbang depan tuan"

Tut!

aku mematikan telepon dan berlari keluar dari kamar, melewati puluhan anak tangga, keluar dari pintu rumah dan berlari sejauh 100m untuk menuju gerbang depan.

'apa yang kau lakukan clarysa kau hampir saja membuatku mati muda karena serangan jantung!' batin alvaro

dia terus berlari hingga sampai di gerbang depan, nafasnya tersengal sengal, dan dadanya terasa sesak ketika melihat keadaan clarysa dengan dahi yang mengeluarkan darah. sudah sering dia melihat darah dari para korban yang dia bunuh dan itu membuatnya terbiasa, tapi kini beda, istrinyalah yang dalam keadaan mengenaskan itu, dadanya sesak, hati nya remuk melihat istrinya seperti ini.

"ya tuhan kumohon tidak lagi" lirih alvaro

'apa yang kamu lakukan clarysa? apa kau ingin melarikan diri? kenapa kau mempersulit dan menyakiti dirimu sendiri' batin alvaro

alvaro mendekat dan memeluknya. membopongnya berjalan 100m meter untuk sampai ke pintu rumahnya, dan membawanya ke kamar.

"PELAYAN" teriak alvaro memanggil para pelayan.

"Ya tuan?" jawab berbarengan 3 pelayan yang datang.

"tolong ganti bajunya dan hubungi dokter gavin segera!!" ucap alvaro

"baik tuan"

para pelayan pun mulai membersihkan tubuh clarysa dan menganti pakaiannya. alvaro memperhatikan pelayan yang membersihkan tubuh polos clarysa dengan sangat hati hati.

saat pelayan sudah selesai membersihkan serta mengganti baju yang dipakai clarysa dokter gavin datang.

tok

tok

tok

"masuk!" jawab alvaro

"permisi tuan" para pelayan pergi meninggalkan kamar alvaro.

"selamat malam tuan alvaro" sapa gavin

"gavin cepat periksa istriku, apa dia baik baik saja?" tanya alvaro gelisah

gavin adalah teman SMP alvaro, dia dulu adalah murid cupu dan kutu buku yang selalu dimanfaatkan alvaro sebagai 'kacung' nya, sebagai orang yang dia suruh untuk mengerjakan tugas rumahnya, memberinya contekan dan hal yang berkaitan dengan pelajaran.

pernah gavin mencoba melawan tapi alvaro bertindak kejam dengan menghajarnya habis habisan sampai dia babak belur. saat pulang orang tua gavin melihat anaknya yang babak belur dan bertanya apa yang terjadi, gavin pun menceritakan yang sebenarnya. orang tua gavin sangat kesal dengan kelakuan alvaro tapi mereka tidak berani dan tidak mampu untuk menuntut keluarganya yang kaya raya dan terpandang, sementara mereka hanya orang miskin yang tidak bekecukupan, dan mereka hanya bisa diam.

dan saat ini gavin mewujudkan cita citanya menjadi seorang dokter dan di pekerjakan dia RS. Sanjaya. awalnya gavin bangga dengan usahanya tapi ketika dia tau bahwa alvaro adalah pemiliknya, perasaannya menjadi gundah.

walaupun dia tidak cupu seperti dulu tapi tetap saja, alvaro bukan tandingannya, dan dia hanya bisa diam dan terima ketika harus menjadi kacung alvaro. lagi.

"baik tuan" dokter gavin dengan cepat membuka tas peralatannya dan mulai memeriksa clarysa.

"tuan apa yang terjadi dengan nyonya clarysa? dia mengalami benturan yang keras, nyonya mengalami cedera otak jika tidak cepat ditangani bisa saja nyonya mengalami amnesia" jelas dokter gavin

"APA??!" alvaro kembali di kejutkan oleh kata kata dokter gavin.

"lalu bagaimana gavin?"

"kita bawa ke rumah sakit" ucap gavin seraya merapihkan peralatannya.

alvaro langsung membopong clarysa menuju mobilnya, diikuti dokter gavin dengan mobilnya, alvaro membaringkan clarysa di kursi penumpang dan masuk ke kursi kemudi, mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.

"bertahanlah Clary" lirih alvaro

*****

Malam terang tanpa bintang, hawa dingin yang menyelinap masuk melalui jendela yang dibiarkan terbuka lebar oleh pemiliknya, seorang laki laki yang tengah merenung di atas kasurnya, menatap langit malam yang tak berbintang, sangat sesuai seperti perasaannya yang kosong.

Apa kalian pernah merasakan rasanya mencintai tanpa dicintai?, menyakitkan bukan?, rasanya seperti hampir jatuh kedalam jurang, tapi kamu bertahan dengan menarik sehelai kain sifon yang tipis dan mudah sobek.

"Sangat menyakitkan" lirih nya.

Tidak kah kalian mengerti bahwa setiap orang ingin di cintai? apa perlu menjadi seorang yang egois untuk mendapatkan cinta?, rasa cinta dari seseorang yang kita cintai?.

"Ini tidaklah mudah" lirik nya lagi.

"Tapi aku Revan Darmawangsa akan terus berusaha untuk mendapat kan orang yang sangat aku cintai, Clarysa Queen".

***********

Saat Alvaro datang, Rumah Sakit menjadi heboh, bagaimana tidak? rumah sakit ini adalah rumah sakit milik keluarga sanjaya, yang dimana Alvaro adalah tuan muda rumah sakit ini.

"CEPAT BAWA DIA KE RUANG ICU" perintah dokter gavin.

alvaro merebahkan clarysa di brankar dorong dan segera di dorong oleh para suster menuju ruang ICU.

alvaro ikut mendorong kereta seraya menggenggam erat lengan clarysa dan terus memanggil namanya, berharap clarysa bangun.

saat sampai di depan ruangan para suster dan dokter gavin membawa clarysa masuk dan menghadang alvaro yang memaksa masuk.

"Maaf tuan muda, anda harus menunggu diluar" ucap suster itu ramah menahan tangan alvaro, menatap nya dengan senyum manis dan mengedipkan matanya genit.

ASTAGA! DI SITUASI ANTARA HIDUP DAN MATI SEMPAT SEMPATNYA SUSTER ITU MENGGODA?

SIALAN!

alvaro langsung mendorong suster itu ke sudut dinding rumah sakir dan mencekik suster itu hingga wajah nya memerah dan tidak bisa bernafas. suster itu kelabakan dan menepuk nepuk tangan alvaro agar tangan dia berhenti kencekiknya. namun alvaro masih tetap mencekiknya bahkan lebih kuat. wajah nya terlihat licik dan kejam, suster itu terus meronta, tapi tetap tidak di gubris alvaro hingga wajah nya menjadi sangat merah dan akhirnya wajah nya berubah menjadi pucat pasi dan terjatuh lemas. alvaro tau bahwa suster itu sudah mati.

"kau bahkan lebih rendah dari pada jalang! kau pikir kau siapa?" ucap alvaro pada mayat suster itu dan menginjak injak kepala mayat suster hingga darah segar mengalir.

Seketika wajah kejam dan licik alvaro berubah kembali menjadi sendu seolah teringat clarysa masih didalam, dia sudah membunuh suster itu lalu bagaimana? haruskah dia menunggu di luar? mengesampingkan ego nya? astaga ini memalukan. ingat dia melakukan ini hanya demi clarysa! demi clarysa!.

"ARGHH!!" teriak frustasi alvaro.

akhirnya alvaro menunggu di kursi yang berada di depan ruang ICU dan menunggu kabar keadaan clarysa, dia mempercayakan clarysa pada gavin, tapi kalau sampai terjadi sesuatu jangan salahkan alvaro kalau gavin akan pergi terlebih daluhu ke alam baka.

****

"Suster sambungkan tubuhnya pada patient monitor dan pasangkan infus" perintah gavin

"baik dok" jawab para suster.

tutt.. tut..

detak jantung clarysa terdengar lemah.

"dok, detak jantung nya lemah kondisi nya juga memburuk dok, apa kita lakukan sekarang?" tanya suster

"ya! baiklah kita lakukan sekarang! cabut infusnya! siapkan alatnya" perintah gavin

"baik dok" para suster menjalankan tugas nya.

Suster emmy membawa alat pacu jantung dan menyerahkannya kepada dokter gavin.

"1.. 2.. 3.." ucap suster emmy dan langsung gavin menempelkan alatnya pada dada clarysa.

"1.. 2.. 3.." ulang suster emmy dan dokter gavin kembali menempelkan alat pacu nya pada dada clarysa.

namun..

Tut....

di layar patient monitor terpampang garis lurus.

berarti clarysa?.

"kita sudah berusaha dok tapi memang kehendak tuhan berbeda, kita harus menerima apapun yang akan di lakukan tuan muda nanti" ucap suster emmy pada dokter gavin dan para suster lain yang sudah menunduk menangis, membayangkan nasib nya setelah ini, akibat tidak bisa menolong nyawa clarysa.

"ya, ini sudah jalannya" ucap lirih gavin dan berjalan keluar dan ruangan dan melihat alvaro sedang duduk dikursi tunggu dengan menundukan kepala nya dan menjambak rambutnya frustasi.

gavin menarik nafas nya dan memanggil alvaro.

"tuan.." lirih gavin

alvaro menengok dan berjalan kearah gavin.

"bagaimana gavin dia sudah sadarkan?" tanya alvaro.

"nyonya clarysa sud-" ucapan gavin terpotong karena alvaro menerobos masuk ke ruang ICU.

gavin menghampiri alvaro yang sedang menggenggam erat lengan clarysa dan memanggil manggil namanya.

"Clarysa, clarysa bangunlah! kenapa kau tidak bangun juga cepat bangun!" ucap alvaro

"tuan.. nyonya-" lagi lagi ucapan gavin terpotong

"kapan istriku sadar gavin? kenapa dia belum sadar juga? apakah beberapa menit lagi?" tanya alvaro pada gavin yang masih berdiri mematung.

"hmm i-itu t-t-tuan clarysa, m-maksudku nyonya clarysa.. sudah tidak ada" lirih gavin menunduk.

"A-APAA?"

to be continued..

avataravatar
Next chapter