webnovel

Part 2

Pagi ini, Travis sudah berada di dalam kelas terlebih dulu. Ia pun meletakkan tasnya di bangku, mengeluarkan headphone untuk mendengarkan musik sambil ngedance selagi menunggu teman temannya datang. Ketika Ia melihat Hiro dan Han yang baru datang masuk ke kelas, Travis langsung menyapa mereka.

"Yo'shi!" Panggil Travis sambil melambaikan tangannya pada Hiro yang sedang berjalan bersama Kai

"Yoshi? Pffftt hahahaha sejak kapan kau ganti nama?" Ledek Kai

"Sialan! Itu pengucapan yang berbeda bodoh!" Kata Hiro

"Kau tak mengepang rambutmu hari ini?" Tanya Hiro ketika melihat rambut Travis yang mengembang.

"Oh iya, aku lupa."

"Dasar, kau ini memang selalu lupa dalam segala hal. Seragam sekolah pun kadang kau salah pakai karena lupa hari. Kemari, biar aku yang mengepang." Kata Hiro

"Bicara soal seragam... Aku lupa untuk membawa seragam sekolah untuk liburan sekolah bersama hari ini." Kata Travis sambil membiarkan rambutnya dikepang oleh Hiro.

Hiro pun langsung tertawa mendengar itu.

"Bersiap siaplah Travis. Kau akan dimarahi guru nanti." Kata Hiro

"Seumur hidupku, baru kali ini aku bertemu dengan anak yang sangat pelupa sepertimu. Kau selalu cepat, namun karena terlalu terburu buru kau jadi pelupa." Kata Kai

"Mau bagaimana lagi? Toh aku sudah terlahir seperti ini." Kata Travis sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kenapa kau suka sekali dengan rambutku? Kenapa kau tidak memanjangkan rambutmu dan mengepangnya seperti aku?" Tanya Travis kepada Hiro

"Hiro akan terlihat sangat aneh jika rambutnya dipanjangkan lalu dikepang sepertimu. Membayangkannya saja aku ingin mati rasanya. Aku tak bisa membayangkannya lebih jauh." Kata Kai sambil tertawa terbahak bahak.

"Kai benar, meskipun aku jengkel mendengarnya. Lagipula rambut yang panjang menggangguku dan membuatku gerah." Kata Hiro

"Jangan sampai jelek kepangannya." Kata Travis

"Tenang saja, aku akan menggunting rambutmu sekalian." Kata Hiro sambil tertawa. Kai pun ikut tertawa pula.

"Sialan." Kata Travis

"Hai! Apa yang kalian lakukan?" Tanya Sharon yang baru datang.

"Hei Sharon! Hiro sedang mengepang rambut barbie." Kata Kai sambil tertawa. Hiro pun juga ikut tertawa. Sedangkan Travis hanya memutar bola matanya.

"Hiro! Kai! Aku perlu bicara dengan kalian. Ada masalah." Kata Han yang tiba tiba berlari ke arah mereka.

Senyum Hiro pun seketika menghilang. Raut wajahnya kali ini berubah menjadi serius.

"Sharon, bisakah kau selesaikan rambut Travis?" Tanya Hiro

"Tentu." Kata Sharon sambil mengambil alih pekerjaan Hiro.

Seketika itu pun Hiro langsung pergi ke sekitar area luar bersama Han.

"Kau tahu? Salah satu kakak kelas kita kemarin malam sedang pulang sendiri. Kemudian ditengah jalan, dia dikeroyok oleh senior senior dari sekolah sebelah yang bernama Liu Ping bersama gengnya. "

"Tenang saja kita akan menghancurkan senior itu beserta teman temannya satu per satu. Tinggal kau cari saja keberadaan mereka satu per satu lalu habisi mereka. Karena mereka memakai cara curang untuk menyerang temanku. Aku akan memakai cara curang pula untuk menghabisi mereka." Kata Hiro

"Tapi hari ini bukannya kita sedang liburan kenaikan kelas sekolah bersama?" Tanya Han

"Karena hari ini kebetulan sekolah kita ada liburan kenaikan kelas sekolah bersama dengan mereka, maka kita tetap akan menghabisi mereka satu per satu. Memang kita beda bus dengan mereka, tapi kita satu tujuan." Kata Hiro

"Kau yakin akan melakukan itu saat sekolah berlangsung?" Tanya Kai

"Usahakan kalian membuat tampak sedang dibully oleh mereka di mata sekolah. Lalu aku akan menghajar mereka karena berurusan dengan kalian." Kata Hiro

"Baiklah, aku akan memberitahukan kepada teman teman kita yang lain." Kata Han sambil melangkah pergi.

Ketika sampai di dalam bus. Semua murid pertamanya disuruh memakai seragam sekolah terlebih dahulu saat pertama kali berangkat. Dengan alasan agar para guru lebih mudah membedakan para siswanya. Dan yang seperti yang kalian tahu, Travis tidak membawa seragamnya. Jadi dia dimarahi oleh guru sebelum dia memasuki bus. Tentu saja mood Travis langsung menurun ketika dimarahi oleh guru itu. Bus pun berjalan. Travis sedang duduk bersama Han sambil merenggut kesal. Sedangkan Hiro duduk bersama dengan Kai, tepat di belakang Travis dan Han.

"Psssttt." Panggil Hiro

"Apa?"

"Mau ikut memukul beberapa senior dan anak anak yang menghajar habis habisan kakak kelas kita? Ini sekedar pembalasan dendam untuk teman kita. Sekaligus pelajaran bagi mereka." Bisik Hiro

"Kau serius mau melakukan itu di depan guru? Bagaimana jika ada yang melapor?" Tanya Travis pelan.

"Tenang saja kita akan berlagak bahwa kitalah yang dibully oleh mereka. Jika ada kesempatan, kita akan membuat mereka terpojok di tempat yang sepi sehingga tak ada yang melihat."

"Baiklah aku ikut, tapi hanya sebentar."

"Bagus." Kata Hiro sambil mengeluarkan ponselnya yang dari tadi terus bergetar beberapa kali di sakunya, menandakan ada pesan baru dari ponselnya. Ternyata pesan pesan itu dari kakaknya.

Hiro, kenapa kau tak bilang bahwa kau mengikuti turnamen beberapa minggu lalu? Kau juga memenangkan turnamen itu. Kenapa tidak bilang? Kau tahu aku pasti datang, bukan?

Kau tahu darimana?

Itu tidak penting.

Turnamen itu tidak layak kau hadiri. Semua pertandinganku hanya membuang waktumu. Lebih baik kau belajar dengan giat seperti biasa daripada mendatangi turnamen turnamen bodohku. Aku bukan anak kecil yang perlu ditemani lagi.

Hiro... aku mendapatkan kuliah gratis di Amerika. Kampusnya sangat keren dan bagus. Letaknya ada di kota yang bernama Hollow Lavados. Aku kemungkinan besar akan pindah kesana dalam waktu kurang dari seminggu karena aku sudah mendaftar di Universitas Lavados. Apa kau akan baik baik saja disini?

Jangan khawatirkan aku seolah olah umurku 5 tahun. Aku sedang ada acara sekolah. Jangan menggangguku.

Setelah mengetik pesan itu, Hiro langsung mematikan ponselnya dan menyimpannya di sakunya. Ekspresinya saat ini sedang marah dan sekaligus sedih. Kai yang duduk di bangkunya menyadari perubahan ekspresi Hiro ketika membaca pesan yang ada di ponselnya. Jika Hiro sudah marah, Kai tak akan berani bercanda dengannya.

"Hiro, ada apa? Apakah itu pesan dari orang tuamu yang merendahkanmu lagi?" Tanya Kai

"Kenapa kau bilang pada kakakku, bahwa aku ada turnamen?"

"Jadi kau marah karena itu? Kau membuang pialamu ke jalanan, ketika kau memenangkan itu Hiro. Maksudku tentu saja aku bilang pada kakakmu karena aku kira kau butuh kakakmu. Aku khawatir padamu, bung. Maksudku kau akhir akhir ini seperti punya banyak masalah di rumah. Sesekali kau harus bangga atas pencapaianmu. Kau sudah berusaha dengan keras dan aku sebagai sahabatmu sangat menghargai usahamu itu." Kata Kai sambil membuka tasnya dan menyerahkan sebuah piala milik Hiro yang Ia buang.

"Jangan membuangnya. Ini adalah bukti bahwa kau telah berusaha dengan keras, aku tak peduli jika orang tuamu mengatakan bahwa kau tak bisa bekerja keras. Aku tak peduli jika orang tuamu mengatakan kau anak yang tak berguna dan hanya bisa menyusahkan mereka. Karena aku sudah tahu, kau bukanlah anak yang seperti itu. Dan menurutku, bukan kau yang menyusahkan mereka. Tapi merekalah yang menyusahkanmu. Mereka selalu membuatmu hancur dari kecil dan menyakitimu. Merekalah yang merusak mentalmu. Sekali kali, banggalah atas usahamu, Hiro. Jangan pedulikan kata kata mereka. Pikirkanlah hal hal positif tentangmu dan jangan dengarkan ucapan ucapan mereka yang kejam." Kata Kai yang masih saja menunggu Hiro mengambil pialanya itu.

Hiro pun menghela nafas dan tersenyum. Kemudian dia menatap piala itu sejenak.

"Tidak usah, ambil saja piala itu. Kau layak mendapatkannya." Ucap Hiro sambik memberikannya kepada Kai dan menunggu dia untuk menerima piala itu.

"Apa? Aku tidak layak."

"Ya, kau layak. Kau selalu menyemangatiku dan membuat hatiku selalu membaik. Aku tak pernah memberikan apa apa kepadamu selama ini sebagai sahabat. Jadi aku akan memberikan piala itu. Anggap saja, itu adalah piala sahabat terbaik di dunia." Kata Hiro sambil mengambil spidol permanen lalu menulis sesuatu di bawah pialanya. Lalu Ia langsung memberikannya kepada Kai.

Kai yang menerimanya langsung melihat tulisan di bawah piala itu.

Sahabat terbaik di dunia ~ Hiro

"Kau sungguh memberikannya padaku?"

"Sudahlah ambil saja. Aku masih punya banyak piala lain di rumah." Kata Hiro menyeringai sombong.

"Dasar tukang pamer." Kata Kai sambil memasukkan piala itu kembali ke tasnya.

"Jadi, apa isi pesan itu?"

"Kakakku akan pindah ke Amerika minggu ini. Dia akan pindah di kota yang bernama Hollow Lavados. Dia akan bersekolah di universitas yang bernama Lavados."

"Lalu bagaimana nasibmu tanpa kakakmu disini? Jika kakakmu pergi, itu sama saja tinggal bersama dua iblis jahat di dalam rumah! Apa kau tak sengsara?"

"Mau mati karena mereka pun, aku juga aku tak peduli. Yang penting bebanku teringankan."

"Yang malah dapat beban ketika kau mati itu justru aku, Han, Travis, Sharon, dan teman teman kita yang lainnya. Kami akan sungguh bersedih jika kehilangan salah satu sahabat kami." Kata Kai

"Wah, kalian bersedih? Aku terharu." Ucap Hiro dengan ekspresi datar namun sekaligus bercanda.

"Jangan menjadi iceboy selama perjalanan yang akan sampai dalam waktu 5 jam ini. Nanti Sharon tidak akan suka pada iceboy, loh."

"Sialan! Aku tak menyukai Sharon, bodoh!" Kata Hiro sambil menjitak kepala Kai.

"Jelas kau menyukainya dan dia menyukaimu. Buktinya kalian selalu dekat, kadang kau pulang berdua dengannya, kadang kau makan berdua dengannya, kadang kau pergi berdua dengannya, dan ulangan-Hmphh..."

Hiro langsung menutup mulut Kai dan menjitak kepalanya lagi.

"Bicaramu terlalu keras bodoh! Nanti ada yang dengar!" Kata Hiro

"Jadi apakah itu benar? Kau menyukai Sharon Wang?" Tanya Han yang tiba tiba langsung membalikkan badan ke belakang untuk berbicara dengan Hiro.

"Pffftt itu konyol, kita hanya sahabat."

"Lalu bagaimana dengan yang dibicarakan oleh Kai? Apakah itu benar kau selalu bersamanya?" Tanya Travis yang ikut ikutan berbaik.

"Itu benar."

"Jadi... kau punya perasaan untuknya?" Tanya Travis lagi.

"Entahlah." Kata Hiro sambil mengangkat kedua bahunya.

"Muehehehehehehehehe."

"Berhentilah berbicara seperti itu, kau terlihat seperti psikopat yang akan melakukan hal jahat." Kata Hiro kepada Travis.

"Travis! Han! Duduk di kursi kalian! Jangan menghadap ke belakang!" Kata guru yang ada di depan mereka.

"Pffffttt." Hiro dan Kai langsung menahan tawa ketika mendengar mereka dimarahi.

"Mangkanya jangan mengusik kehidupan orang." Bisik Hiro kepada mereka.

"Sialan." Umpat mereka

Next chapter