5 PENGKHIANATAN

Michael begitu gelisah, melakukan kesalahan berulang kali dalam menyelesaikan pekerjaannya. Akhirnya laptop pun ditutup, mencoba menikmati perjalanan singkat menuju Paris.

Membayangkan Veronica berada di atas ranjang mewah di apartemen miliknya, berpakaian menggoda menciptakan suasana panas tanpa gangguan pekerjaan, dan jauh dari keluarganya.

Ia butuh mengembalikan pikiran sehatnya, tidak tergoda dengan wanita lain. Selama ini Veronica menuntut melanjutkan hubungan lebih serius.

Keluarga besarnya tidak sabar menunggu momen penting itu akhirnya datang.

Bagi Michael itulah hari menyebalkan di mana orang-orang mengatur dirinya, padahal ia sendiri lebih suka memerintah selama hidupnya.

Tak lama jet pribadinya mendarat di bandara Paris, di sinilah kini ia sekarang berada.

Malam yang indah, melirik jam tangannya. Lebih baik menjemput Veronica di tempat kerja kemudian berjalan-jalan di bawah menara Eiffel.

Mencium dan memeluknya, mengambil photo kenangan manis membalas pesan Alano tadi sore.

Jika adiknya berbahagia bersama Ayu, maka Michael juga berhak bahagia dengan Veronica yang jelas lebih cantik, muda mempesona daripada wanita itu.

Seharusnya Alano memilih hal sama di usianya. Banyak wanita single di sekeliling mereka, tapi mengapa Ayu yang menjadi targetnya sekarang?

Dasar adiknya bodoh!

Michael tak habis pikir dengan kelakuan Alano yang sering berbuat di luar nalarnya sendiri.

Dia bukan anak kecil, sudah dewasa tahu apa yang menjadi resiko hidupnya memilih orang tua tunggal dan satu putra sebagai pasangan hidupnya.

Sudah pasti keluarga Prasojo marah besar!

Ia patut mengingatkan dirinya sepulang dari Eropa nanti. Berbicara empat mata, hati ke hati sebagai pria dan kakaknya.

Alano sedikit bebal susah dinasihati, tidak seperti adik bungsunya Sebastian yang melanjutkan pendidikan master di Amerika saat ini, dan berjanji pulang saat pesta pernikahan Michael.

Sebuah taxi membawanya ke tengah kota Paris.

Michael tak sabar membuat kejutan, tangannya menggenggam sebuah rangkaian bunga cantik dan paper bag berisi sebuah jam tangan sangat mahal.

Ia senang memanjakan Veronica. Tepat 30 menit perjalanan, berada di seberang gedung.

Meraih saku membayar ongkos taxi tapi tiba-tiba dari kejauhan melihat tunangannya keluar bersama pria lain.

Michael mengenali, lawan bisnis selama ini. Bima Mahardika ternyata dekat dengan Veronica.

Keparat kalian berdua! Umpatnya dalam hati.

Sopir taxi diminta mengikuti ke mana pun mereka pergi. Mata tajam mengawasi keduanya asyik berciuman sebelum memasuki mobil lalu meninggalkan gedung agensi.

Buru-buru Michael menyalakan gawai menghubungi Veronica, tersambung lama.

Akhirnya suara wanita itu terdengar, nafasnya menderu, "Oh hai, Michael sayang!"

Michael berusaha menahan emosi, "Kau sedang apa malam ini?"

Mobil Bima tak jauh dengan taxi yang ditumpanginya.

"Oh aku masih ada jadwal pemotretan sampai malam. Ada apa sayang?" Veronica mencoba berbohong.

"Its okay, see you!" Michael mengakhiri panggilannya.

Namun Veronica menyela, "Oh sayang, jangan khawatirkan aku! Lusa pasti kembali, kita bisa membahas rencana pernikahan lagi."

Michael meletakkan gawai di saku. Dan 20 menit kemudian, melihat jelas mobil mereka tak lama berhenti di sebuah gedung apartemen. Taxi-nya diminta menunggu.

Ternyata Veronica adalah kekasih bajingan Bima Mahardika, bercinta di apartemen miliknya selama ini!

Tunangannya mengkhianati sejak dulu.

Michael baru menyadari, matanya telah buta. Wanita jalang itu cuma menginginkan kekayaan dan ketenaran dirinya.

Ia tersenyum pahit bersiap membalasnya dengan kejam dan menyakitkan, tanpa ampun bagi keduanya.

Tak ada bisa mempermainkan seorang Michael Putra Prasojo!

***

Ayu mengambil nafas dalam-dalam, dadanya sedikit sesak menahan kebimbangan hatinya. Pikirannya berat seolah-olah badai masa lalu belum usai baginya.

Tak punya kawan berbicara atau mengadu, menyimpan membiarkan berlalu. Namun tak juga berlalu.

Bayangan Michael terus memburu, padahal hatinya telah lama beku!

Menutup pelupuk mata berulang kali, tapi pria itu hidup di dalam darah putranya. Melupakan pria itu sama saja membunuh perasaan cinta pada Alexander Prasetya Nugraha.

Selama 10 tahun ini ternyata ia hanya mampu mengalihkan perhatiannya.

Lalu dalam sekejap saja emosi yang lama mengkristal, langsung hancur lebur ketika melihat pria terkutuk itu kembali menemuinya hari ini.

Pergilah menjauh, Michael! Jangan pernah sakiti hatiku lagi! Ayu menjerit di dalam hati. Dan ia terus mengingat. Hidup sendirian, tanpa nafkah lahir batin darinya.

Merasakan kesendirian di tengah dingin malam tanpa pelukan, usapan di perutnya yang makin membesar.

Cincin cantik yang dibeli mendadak di pernikahannya tergadaikan demi memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayinya.

Ayu merelakan apa pun demi menyelamatkan buah hatinya.

Setiap malam air matanya tak berhenti mengalir. Sebuah kamar kontrakan kecil tempat ia lelah melarikan diri, melahirkan putranya sendiri.

Ayu tidak akan sanggup merasakan itu lagi. Sekarang perjuangannya sia-sia, ia baru saja bangkit tapi kini harus jatuh kedua kali.

Ketakutan dirinya memuncak, tak akan bisa bertahan lagi. Keputusannya sudah bulat. Mereka berdua harus pergi!

Pintu ruangan diketuk dari luar.

Michael langsung masuk dan mendapati Ayu sedang menangis di ruang kerjanya.

Tapi wanita itu memang penuh tipu daya, pura-pura bahagia atau berduka selalu terlihat sama, memabukkan bagi pria yang melihatnya

Brengsek! Kenapa ia ada di ruanganku lagi! Ayu memaki dalam hati.

Kedua tangan sibuk mengambil tisu dan menghapus tangis di wajahnya. Mengambil nafas perlahan bersikap normal di depan pria itu.

"Oh selamat sore, Pak Michael! Ada yang bisa ku bantu? Mengapa datang sendirian, tidak bersama Nona Veronica?" tanya Ayu terkejut.

Pria itu tidak membawa wanita jalang itu di sisinya.

Michael mengambil tempat duduk di sofa tamu. Kakinya menyilang, kemudian pria itu mengambil sebatang rokok yang langsung disulut.

"Kau tidak berkeberatan jika aku merokok di sini?"

Aku sudah tahu sejak dulu kebiasaan burukmu! Ayu menggeleng, menyilakan pria busuk itu melakukannya. Duduk di hadapan pria itu selalu saja membuatnya gugup.

Kini Ayu rasanya tidak sanggup lagi menahan niat membatalkan penawaran proposal pesta pernikahan mantan suaminya.

"Pak Michael, aku-----" mulutnya bersuara terbata-bata.

Pria itu tidak mendengarkan, malah memanggil namanya di waktu yang sama.

"Ayu, ku pikir-----" Michael tidak melanjutkan.

Wanita mungil itu menelan kata-katanya seperti dirinya.

Keduanya akhirnya terdiam sejenak. Michael terus mengisap dalam-dalam rokoknya, menghembuskan asap dengan liar seperti yang ada di pikirannya sekarang.

"Aku butuh bantuan, Ayu! Bisa kita bicara di luar, aku butuh udara segar!"

Ia langsung mematikan rokok yang baru dinyalakan. Berdiri tegap mengintimidasi, tubuh tinggi dan besar tipikal pria berdarah Italia.

Wanita itu tersentak seperti terhipnotis beranjak mengikuti dirinya keluar kantor. Michael membawanya ke suatu tempat. Ayu hanya bisa menggigit bibir, dan kedua tangan berpautan berkeringat.

Pria itu sungguh misterius baginya!

Mobil mewah Michael melaju kencang menembus jalanan menjauhi keramaian, kian menjauh.

Butuh dua jam lebih mencapai lokasi, berhenti di depan pantai menatap senja mulai menjelang.

Mereka berdua hanya terdiam sepanjang perjalanan, membuat Ayu kebingungan.

"Pak Michael, kenapa anda membawaku kemari?" Ayu mulai bertanya, ketakutan.

Michael menoleh menyalakan sebatang rokok ke sekian kali. Jarinya menyentuh tombol, kaca jendela mobil diturunkan otomatis.

Angin pantai masuk menerpa tubuh mereka

"Tentang pesta pernikahan, aku tidak ingin membatalkan. Kau laksanakan semua seperti biasa, tapi atas persyaratan diriku!" Ancam Michael agar wanita yang duduk di sampingnya, tunduk pada perintahnya.

Ayu pantas bertanya padanya, "Bukankah selama ini Nona Veronica mengaturnya?"

Mengapa pula mereka perlu jauh-jauh ke tempat ini hanya membahas penawaran proposalnya, aneh! Sungguh tidak masuk di akal.

Michael menutup matanya sekejap, lalu membukanya perlahan. "Veronica telah lama berkhianat padaku!"

Oh! Ayu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Pria ini dikhianati tunangannya, seorang model cantik, muda dan menggairahkan.

Bagaimana bisa? Oh, karma akhirnya datang juga! Kata-kata Michael terus mengalir di telinga Ayu.

"Kemarin aku menemukan mereka bercumbu di apartemen milikku di Paris. Kekasih Veronica lawan bisnis selama ini yang merencanakan balas dendam, dan melakukan pengkhianatan sejak 3 tahun lalu diriku mengenal perempuan jalang itu!"

Ayu tidak tahu, harus senang bahagia mendengar kisah mantan suaminya atau ikut bersedih karenanya.

Roda kehidupan berputar, akhirnya pria itu menerima sebuah hukuman. Dikhianati, dikecewakan, dibunuh rasa cintanya oleh seseorang yang dikasihi.

Ayu pernah di posisi itu, di masa gelapnya.

Tapi ia bukan sebagai wanita yang mengkhianati pria mana pun, sebaliknya ia yang dikhianati, dihinakan, dicaci maki oleh pria di sampingnya.

Masa-masa terburuk hampir dilupakan, jika saja tak bertemu dengannya lagi!

Tanpa sadar tangan mungil menyentuh, menggenggam tangan kekar memberikan kekuatan.

Michael menatap sangat dalam, tangannya menjadi hangat akibat sentuhan Ayu. Ia mencoba membalas tapi wanita itu langsung menariknya, mengejutkan keduanya.

"Maafkan aku, Pak Michael! Aku tak bermaksud ______" Ayu buru-buru membuka pintu mobil, dirinya kini yang butuh udara segar.

Sikapnya begitu konyol dan tolol! Seharusnya tidak boleh larut bersama pria itu lagi!

Michael mengejar ketika Ayu tiba-tiba lari dari kejadian tadi.

Wanita itu menuju pantai. Kaki panjangnya lebih cepat menangkap tangannya, tubuh kecilnya berbalik membentur tubuh keras Michael.

Ayu terkesiap melangkah mundur. Pria itu tidak melepas pelukan. Ia terkurung!

"Kenapa kau tiba-tiba lari selalu ketakutan saat bersamaku?" tanya Michael kesal. Tetap mencekal lengannya, satunya lagi menahan tubuh Ayu agar tidak pergi darinya.

Ayu memberontak. Michael tetap tak mau melepaskannya. Lepaskan aku, brengsek!

"Maaf aku harus segera pulang, putraku menunggu di rumah," Ayu membuat alasan tepat. Michael melepaskan pelukannya.

Tangannya tadi mencengkram lengan wanita itu berpindah menggenggam tangan mungilnya, mengajak kembali ke mobil. "Aku antarkan kau pulang!"

Di sepanjang perjalanan, wajah Ayu terus menatap keluar kaca berpaling dari tatapan Michael. Kedua tangannya ada di pangkuan, bergerak gelisah terpaut menjadi satu.

Pria itu meraih tangan Ayu, menautkan jemari menenangkan dirinya.

Chemistry? Mereka bukan remaja lagi!

Ayu menarik tangan kembali. Namun Michael malah menguatkan genggamannya kecuali saat ia sedang memindahkan transmisi otomatis perpindahan gigi mobil.

Setelahnya, mengambil tangannya lagi, terus menerus seperti itu hingga akhirnya Ayu sendiri menyerah kalah.

***

avataravatar
Next chapter