6 MAIN HATI

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Ayu terus memaki dirinya sendiri.

Apa yang terjadi malam tadi sampai ia harus menyentuh tangan mantan suaminya, tidak bisa diterima akal sehatnya sendiri.

Mengapa tak biarkan pria itu menerima hukuman atas apa yang dilakukan padamu di masa lalu, Ayu!

Biarkan, lepaskan! Michael Putra Prasojo berhak mendapatkan karmanya sendiri!

Kedua tangan Ayu menutup wajahnya, ia merasa malu. Tepatnya, memalukan diri sendiri! Pria itu pernah melukai, tapi ia malah mengasihani.

Berhentilah! Kuatkan hatimu, Ayu! Tak perlu mengetahui apa yang terjadi pada pria itu lagi.

Bisnis adalah bisnis. Ayu harus bersikap profesional meneruskan pekerjaan diminta klien. Ya, Michael adalah klien, bukan mantan suaminya!

Bodohnya, Michael pun tak bisa mengingat siapa dirinya. Lalu untuk apa Ayu harus ikut sedih atas pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangannya.

Kembali ia menarik nafas panjang, dan dihempaskan pelan-pelan. Mengisi udara di rongga dadanya yang sesak.

Kini Ayu merasa lebih baik. Putranya telah tertidur di kamar sendiri, saat pulang tadi.

Michael bersikeras mengantarkan sampai ke rumah, padahal Ayu tak ingin pria itu mengetahui seluruh hidupnya.

Tubuhnya begitu lelah peristiwa hari ini menguras pikiran dan energi. Terbaring di atas ranjang, sendiri dalam kesepian kesunyian, tapi pria itu datang menghangatkan saat mereka bersentuhan tangan.

Ayu tetap bisa merasakan panas di telapak tangannya. Oh, ini tidak bisa dibiarkan!

***

Semalam Michael juga tidak bisa tidur nyenyak. Ia bukan memikirkan pengkhianatan Veronica padanya.

Tapi ini tentang Ayu Saraswati! Mengapa wanita itu bisa hadir dalam dirinya hanya dalam beberapa minggu ini. Siapa Ayu Saraswati sebenarnya?

Pikiran Michael menerawang jauh di masa lampau. Usianya baru 22 tahun saat itu, masa depannya mulai cemerlang.

Putra sulung Tuan Prasojo tampan idaman semua wanita. Bertemu seorang gadis sederhana bukan tujuan hidupnya, pilihan yang buruk.

Ia terjebak di dalam permainannya sendiri.

Mengenal dengan nama Rara. Gadis itu ada klub malam bersama dua teman wanita. Mata tajam Michael hanya tertarik padanya, walau dikelilingi wanita sexy menggoda.

Wanita palsu dibalik riasan mereka semua.

Hanya Rara membuat Michael terpaku, lekukan tubuh mungil asyik menari mengikuti irama. Matanya, senyum, tawa gadis itu menawan hati.

Gadis itu sedang limbung, kedua teman wanitanya mencekoki minuman berbagai rupa yang tidak biasa bagi tubuhnya.

Michael hadir bak pahlawan kesiangan, menolongnya mengantarkan pulang. Namun ternyata memaksanya bermalam dengan gadis itu.

Rara-! Gadis mungil seperti Ayu, yang Michael lihat belakangan ini. Namun gadis itu sungguh menyusahkan!

Menuntutnya bertanggung jawab atas yang terjadi malam itu setelah 2 bulan berlalu. Michael memang bodoh tak memakai pelindung saat itu!

Tapi ia tak ingin di manipulasi seenaknya oleh Rara.

Berbalik menuduh, memaki, dan meninggalkannya begitu saja!

Michael terpaksa melakukan pernikahan yang tidak diinginkan seumur hidup. Dan ia berhasil menyembunyikan rasa malu di depan keluarganya sendiri.

Menutupi rahasia terpendam sejak 10 tahun lamanya.

Tak mau mengingat tentang nasib gadis bodoh itu lagi. Michael pun mengeluarkan uang supaya Rara melenyapkan kandungan, mengirimkan surat perceraian setahun kemudian.

Ia tidak ingin menjadi orang tua. Masa depannya masih teramat panjang.

Di negeri Paman Sam. Michael meneruskan kuliah melupakan semua yang terjadi di tanah air.

Kecelakaan parah menyebabkan makin melupakan siapa Rara! Gadis itu entah ada di mana!

Dering gawai mengganggu lamunan. Michael melihat di layar.

Wanita jalang itu kembali menghubungi. Perbedaan waktu Jakarta dan Paris 6 jam saat ini. Brengsek itu terbangun tengah malam dari pelukan Bima Mahardika.

Makin kian merusak pikiran dan ketenangan Michael.

"Pagi, sayang. Apa kabarmu?" Suara manja Veronica mendesah, mencoba menipu tunangannya.

Michael membalasnya begitu tenang. "Baik, kapan kau pulang?" tanyanya ingin tahu.

Telinganya menangkap lenguhan suara lain, bajingan itu ada di atas ranjang milik Michael, di apartemennya di Paris.

Veronica terdengar buru-buru menjawab. "Aku akan kembali hari ini. Ternyata jadwal pemotretan selesai lebih cepat, tak sabar aku bertemu denganmu lagi, sayang!"

Pembicaraan tak lama. Michael pun enggan berbasa basi.

Selepas ia mematikan gawai, kini jarinya mengetik dan mengirimkan email ke kolega di Paris. Bernard akan membaca di kantornya siang nanti.

"Aku menjual apartemen di Paris, kau urus semuanya. Carikan yang baru untukku!"

Pesannya begitu singkat dan jelas.

***

Sebentar lagi makan siang, tapi Anita sudah pamit duluan pergi dengan rekan kerja yang lain. Sementara Ayu masih berkutat di atas meja kerja, di depan laptop.

Semalam tidurnya terganggu, hari ini ia merasakan kelelahan luar biasa. Tidak fokus dengan pekerjaannya.

Ketukan di luar membuatnya menoleh sekaligus menggerutu. Bawahan Anita sangat bawel mau mengajak makan siang. Ayu telah menolaknya, ia tidak lapar.

Namun seseorang membuka pintunya itu bukan Anita, tapi Michael-!

Mengapa ia ke kantorku lagi, hah!

"Hai Ayu! Kau tidak makan siang? Aku lihat karyawan sudah keluar semua," tanya Michael antusias.

Ayu terkejut, pria itu datang hanya menanyakan ia makan siang atau tidak.

"Oh Pak Michael, maaf aku belum lapar. Ada apa anda datang lagi ke sini?"

Raut wajah Ayu sedikit kesal. Gara-gara pria keparat itu seenaknya telah membolak balikan pikirannya semalam. Dan kini datang mengganggu lagi!

"Berhentilah memanggil bapak, Michael saja sudah cukup!" Suaranya keras cukup mengagetkan wanita itu.

Michael menyadari intonasi kasar keluar dari mulutnya, kekesalan tidak seharusnya ia lampiaskan pada Ayu.

"Maafkan! Panggil Michael saja, kau membuatku semakin tua dan kaku panggilan itu. Umurmu pasti tidak jauh dariku!"

Ayu berdiri serba salah menghadapinya. Akhirnya mengangguk.

"Baiklah Michael, keperluan apa datang lagi ke kantorku?" Tetap pertanyaan yang sama belum dijawab olehnya.

Michael tersenyum, sikapnya kian keras memaksa. "Temani aku makan siang, ada hal lain yang ingin dibicarakan soal pesta pernikahanku nanti!"

Bedebah, tak berhenti merayu! Alasan klise agar wanita itu mau keluar bersamanya.

Hari ini kehidupan mulai berubah seiring tunangannya mengkhianati dirinya.

Veronica Young kembali cepat ke tanah air. Michael sudah muak padanya, cara lain ia harus mendekati Ayu agar melupakan wanita jalang itu.

Mengalihkan pikiran Michael-.

Wanita mungil itu lebih menenangkan hatinya, hanya dengan sentuhan tangan saja. Its like a magic-! Michael ingin terus menyentuh, menggenggam dan memilikinya.

Tangan kekarnya kini meraih tangan Ayu menyeret keluar bersamanya dari ruangan.

"Michael, apa yang kau lakukan?" seru Ayu kaget.

"Makan siang bersamaku!" balasnya tegas.

Kejadian lain yang tak terduga hari ini.

Alano Putra Prasojo menuju ke ruang kantor Ayu. Sungguh terkejut menemukan Michael berpegangan tangan bersama wanita pujaan miliknya.

Seketika wajah Alano berubah keras.

Setengah berlari menghampiri mereka, lalu menahan langkah kakaknya. Tangannya kuat menahan lengan Michael menghentikan perbuatannya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Michael? Bukannya kau seharusnya berada di kantor!" sungutnya sebal.

Matanya tak berhenti melihat kedua tangan mereka berpautan.

Ayu terlihat bingung. Mengapa kakak beradik ini berseteru di kantornya.

Michael menepis tangan Alano. "Ini giliranku mengajak makan siang! Kembalilah ke kantor atau aku laporkan ke Papa, kau melalaikan pekerjaanmu!" ancamnya keras.

Alano terdiam kaku, kakaknya benar-benar pria keparat!

Dia tidak seharusnya membawa Ayu keluar begitu saja. Statusnya sudah bertunangan dengan Veronica Young!

Apa yang telah terjadi padamu, Michael? Mengapa sikapmu kian brutal!

Alano marah menatap kepergian mereka berdua. Ia menghubungi Ayu, tapi gawai tidak diangkat olehnya.

Sementara Ayu pun bingung harus bersikap.

Dalam perjalanan Michael hanya diam terpaku fokus mengendarai mobil mewah, terus melaju kencang meninggalkan kota Jakarta melalui jalan bebas hambatan.

"Kita akan kemana, Michael? Makan siang tak perlu sejauh ini!" Bibirnya merengut menatap kaca jendela.

Pria di sampingnya seenak saja menyeret, menculik dari kantornya. Dompet dan gawainya tertinggal di meja.

"Makan siang di Kebun Raya Bogor. Kita bisa bicara ngobrol santai di sana!" Michael menoleh ke Ayu sebentar. Kemudian matanya kembali lurus fokus ke jalan.

Ayu melepaskan rasa kesal makin memuncak. Sikap Michael tak bisa dibenarkan lagi.

"Semalam kita sudah bertemu membahas pesta pernikahan. Terus apa yang kau ingin obrolkan lagi denganku?" desak Ayu ingin tahu.

Wajah pria itu terlihat makin kusut. "Veronica pulang hari ini. Aku malas bersamanya lagi. Lebih baik bertemu denganmu, dari pada melihat muka penipu itu!"

Aa-apaa? Kau pikir aku ini pos pengaduan hah! Ayu berteriak keras di dalam hati. Michael menjadikan sebagai tempat pelarian masalahnya.

Manusia kurang ajar!

"Mengapa tidak selesaikan masalahmu langsung dengan Veronica? Posisiku hanya menawarkan menggelar pesta kalian, bukan sebagai konsultan pernikahan! Sikapmu ini menyulitkan aku, Michael!" kecam Ayu keras.

Michael tertawa mendengarnya. "Aku lebih nyaman bersamamu. Mungkin kita bisa berteman baik, setelah acaraku selesai nanti."

Berteman? Persetan dengan kata-katamu! Aku tidak ingin menjadikan kau teman baikku, karena kau terlanjur menjadi musuh bebuyutan!

Ayu tidak ingin main hati lagi. Tapi Michael menginginkan hal itu terus terjadi.

***

avataravatar
Next chapter