webnovel

The Fractured Reality: A Journey to Another Worlds (Indonesia)

Author: writer_cinqs
Fantasi
Ongoing · 1.6K Views
  • 1 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

[Indonesian Language] Terdapat tiga sesosok bayangan yang membawa Ray dari rumah sakit ke pegunungan menggunakan sihir teleportasi, Ray yang tidak sadarkan diri di beri sihir heal oleh salah satu sesosok bayangan tersebut. Beberapa jam berlalu, Ray yang telah disembuhkan dengan sihir heal tersebut, lambat laun mulai sadar. Matanya secara perlahan terbuka, dan penglihatannya pun masih samar-samar. “Dimana ini… Apa gue di alam baka?” pikir Ray sembari mengedipkan matanya beberapa kali dengan pandangan mata ke langit. Salah satu sosok tersebut membuka tudung yang menutupi seluruh tubuhnya dan memperlihatkan bahwa dirinya seorang wanita. Sang wanita tersebut secara refleks langsung mendekatinya dan memperhatikan wajah Ray dan muncul dalam pandangan Ray dari arah atas kepalanya. Ray yang melihat hal tersebut, terkejut dan seketika bangun dari posisi tidurnya. “Ka-kamu siapa?” tanya Ray sembari memperhatikan sang wanita dari ujung kaki sampai kepala. Wanita tersebut sekarang tersenyum melihat wajah Ray. Ray pun memperhatikan pergerakan sang wanita, yang sekarang seluruh jemari di tangannya membentang dan memposisikannya pada tengah dada wanita tersebut. “Nama ku Cassia Flavia, petarung dan pengawal nomor 1 di kerajaan Ambrosius! Yang sekarang ditugaskan untuk membawa kamu ke kerajaan kami!” seru Cassia kepada Ray dengan bangga. Ray semakin bingung dengan apa yang dikatakan oleh wanita ini. Ray pun akhir menyadarkan diri dari lamunannya dan berpikir bahwa situasi yang dialaminya sekarang tidaklah hal yang normal. Ray pun tidak tahu dan tidak mengerti apa maksud dari ini semua, firasatnya bahwa hal yang terjadi saat ini dapat merubah takdir dari kehidupan Ray.

Tags
10 tags
You May Also Like

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasy
Not enough ratings
89 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews

SUPPORT

More about this book

Report