1 Prolog

1897.

Sinar matahari merekah perlahan lahan memancarkan cahaya hangatnya. Derus suara ombak yang merdu ditemani suara burung burung camar yang terbang kesana kemari. Tapi ketenangan itu mendadak terpecah oleh suatu kapal layar yang besar. Kapal itu memiliki dua tiang utama yang menjulang tinggi. Terdengar langkah kaki para awak kapal yang berjalan kesana kemari.Terdengar pula sahut-sahutan sepanjang geladak kapal itu. 

"Lapor kapten nampak nya ada sebuah daratan kira kira 1 mil dari sini." Teriak salah seorang anak buah kapal yang berada di tempat memantau. 

"Bagus! Kita sudah dekat." Sahut seorang pria dengan pakaian kapten.

 "Segera lipat sebagian layar dan angkat sauh jika kalian tidak ingin tanpa sengaja menabrak salah satu batu karang." Perintah pria tadi. 

"Siap kapten Jacob." 

Ya, pria dengan pakaian kapten tersebut adalah  Jacobus Hubertus. Para kelasi segera sibuk melipat layar dan bersiap-siap untuk melepas sauh. Dari arah dermaga, terlihat para perwakilan dari kerajaan Kutai dengan iring-iringan nya yang megah untuk menyambut kedatangan mereka. Kapal perlahan lahan merapat dengan mulus di pelabuhan. Sesudah kapal benar-benar berlabuh dan mantap, mereka segera mengikat sauh. Papan segera di taruh sebagai jembatan antara kapal dan dermaga. Jacob beserta rombongannya segera turun dari kapal disambut oleh para perwakilan kerajaan. 

"Willkommen Mr Hubertus.." Sambut salah satu lelaki gagah perwakilan dari kerajaan. 

"Ah terimakasih mungkin lebih baik kita menggunakan bahasa kalian?" Tanya jacob pada lelaki tua tersebut. 

"Baiklah kalau begitu tuan jacob, izinkan saya memperkenalkan diri saya. Saya adalah salah satu pangeran pertama kerajaan Kutai. Nama saya adalah Aji Muhammad Yasin." Jawab pangeran itu kepada Jacob sambil membungkukkan sedikit badannya.

 "Oh! Saya merasa sangat tersanjung bisa bertemu dengan seorang pangeran disini." Jacob mengulurkan tangan nya ke arah sang pangeran. Namun sang pangeran nampak bingung untuk sesaat ragu-ragu apa yang harus dia lakukan. 5 detik yang sangat canggung pun terlewat,

 "Maafkan saya, saya lupa anda tidak melakukan nya disini." Jacob segera menarik tangannya kembali.

"Kalau begitu izinkan saya memandu anda ke istana sultan Aji." Tawar sang pangeran sambil mengarahkan tangannya mempersilahkan Jacob lewat. Tanpa basa basi Jacob segera mengangguk dan menyuruh salah satu anak buah nya membongkar muatan. Jacob segera berjalan mengikuti pangeran itu ke arah sebuah kereta kuda. Kereta itu disiapkan khusus untuk tamu penting kerajaan. Pangeran Yasin segera mempersilahkan Jacob naik duluan. Tidak berselang beberapa lama kereta kuda segera berangkat meninggalkan ujung dermaga menuju sebuah gerbang keluar. Sesekali Jacob melihat keluar dan menyadari dermaga yang agak sepi.

Jacob segera bertanya "Maaf pangeran tapi kenapa dermaga ini agak sepi?" 

Pangeran yang tengah melamun segera menoleh ke arah Jacob dan menjawab "Oh itu karena dermaga ini milik Kerajaan Kutai jadi bisa dibilang tidak sembarangan orang bisa kemari."

 Mereka pun bercakap cakap ringan sepanjang perjalanan hingga sampai di sebuah kedaton atau biasa disebut istana. Kedaton tersebut memiliki dua lantai dan terbuat seluruh nya dari kayu ulin dengan gaya khas Kutai. Kereta kuda tersebut berhenti di depan pintu masuk yang besar di sana berdiri 2 orang dengan mandau dan perisai di tangan satunya. Jacob segera turun sembari merapikan rambut dan pakaiannya. Sang pangeran mempersilahkan Jacob masuk ke dalam tetapi dia tidak ikut masuk. Jacob menoleh sekali lagi ke arah pangeran memberikan isyarat untuk memastikan apa yang dia lakukan. Pangeran pun memberi isyarat kepada Jacob untuk masuk ke dalam ruangan itu   untuk menemui raja. Dengan satu tarikan nafas yang penuh Jacob pun memberanikan dirinya dan mendorong pintu kayu yang penuh dengan ukiran ukiran adat Kutai. Jacob segera melayangkan pandangan nya menyisir seluruh ruangan yang ada di depannya. Ruangan itu berbentuk persegi dengan banyak pilar penuh ukiran dari kayu. Di tengah-tengah ruangan duduk seorang dengan pakaian seorang raja dan memakai sebuah mahkota emas penuh ukiran. 

"Ah... dia pasti Raja Kutai." Pikir Jacob dalam hati. Raja pun mempersilahkan Jacob masuk. Segera Jacob berjalan menyusuri karpet terbentang halus yang panjang. 

"Your Highness, maafkan saya hadir di waktu yang tidak tepat." Sambil berlutut di depan raja. 

"Ah, anda pasti Mr.Jacob ya kan? Berdirilah, Jadi ada urusan apa anda kesini?" Jacob dan sang raja segera berdir dan saling berpandangan. Sebelum Jacob sempat menjawab sang raja segera mengisyaratkan Jacob untuk mengikutinya keluar. Mereka berjalan di sekitar keraton sambil bercakap cakap. "Ya, jika Yang Mulia tahu siapa saya, Yang Mulia juga pasti tahu apa yang saya wakili?" Ujar Jacob memecah keheningan. "Tentu, Perusahaan Mathilda. Bukan?" Jawab sang raja sambil terus berjalan menikmati keindahan taman bunga di samping kedaton. Mereka pun berhenti dan duduk di sebuah pendopo dari kayu ulin. "Ya, saya disini untuk memberi tahu atas penemuan minyak di Balikpapan dan untuk meminta izin pembangunan kilang minyak disana." Ucap Jacob sambil melihat ke arah raja yang sedang menatap langit. Tanpa menoleh ke arah Jacob raja pun menjawab "Kilang minyak? Hmmm baiklah. Tapi apa untungnya bagi saya?" Jacob menyeka keringat yang ada di dahi nya sambil mengingat ingat apa tawaran untuk sang raja. "Tentu saja anda akan mendapat 60.000 gulden perbulan jika dijumlahkan dengan perjanjian sebelumnya." Raja pun menunduk memejamkan matanya dan berpikir sejenak. "Hmm.., Baiklah, Surat keputusan akan siap pada 10 Februari 1897. Di hari itulah perusahaan anda boleh memulai pengeboran minyak." Tampak senyum merekah di muka Jacob. "Terima kasih, Yang Mulia." Jacob segera berdiri di ikuti sang raja. Mereka pun berjabat tangan dan Jacob berpamitan dengan sang raja. Setelah surat keputusan dibuat. Pada tanggal 10 Februari 1897 pengeboran pertama terjadi di Balikpapan. Dan Belanda tidak hanya membangun kilang minyak tetapi Belanda juga mendatangkan pekerja dari Eropa dan Asia dan membuat Balikpapan menjadi sebuah kota paling modern dimasanya dan mendapat julukan Oil City.

avataravatar
Next chapter