29 Karma

Hospital Sant Rafael, Barcelona. 21.00 PM

Puluhan pria berpakaian serba hitam terlihat berjalan dengan cepat menuju sebuah ruangan ICU mengawal Yohanes Sanders dan keluarganya, acara pertunangan Diego Alvarez Sanders pun terpaksa dihentikan dengan cepat saat sebuah telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau Julian Sanders jatuh pingsan setelah mengalami serangan jantung.

"Dimana suamiku, dimana suamiku??"

Vanessa Sanders berteriak seperti orang gila mencari suaminya ketika tiba di depan ruangan ICU yang sudah sepi karena disterilkan atas perintah Patrick.

"Putraku..Julian dimana Julian??"

Yohannes Sanders dan istrinya Barbara saling bersahutan menimpali perkataan menantu mereka mencari keberadaan Julian, Patrick yang baru keluar dari ruangan ICU nampak menghela nafas melihat keluarga sahabatnya datang. Setelah melepas masker Patrick pun mendekati rombongan keluarga sahabatnya.

"Patrick, bagaimana kondisi Julian?"Yohanes Sanders langsung memberikan pertanyaan pada Julian.

"Tenang Tuan, lebih baik anda duduk terlebih dahulu,"

Vanessa mendengus. "Bagaimana kami bisa tenang di saat kami belum tahu apa yang terjadi pada Julian!"

Patrick menghela nafas panjang, ia kemudian menceritakan apa yang terjadi pada Julian. Patrick yang tahu kisah cinta Julian-Sandra yang tak direstui kemudian menceritakan apa yang terjadi, meskipun tak semuanya ia ceritakan.

"Jadi wanita pelacur itu sudah mati, baguslah kalau begitu,"sahut Vanessa ketus merespon perkataan Patrick yang menceritakan kematian Sandra.

Sementara itu Yohanes Sanders dan istrinya diam, sepasang suami istri itu tak bicara apa-apa. Tak ada yang tahu apa yang ada dibenak pasangan suami istri lanjut usia itu.

Selena dan Rosa yang tak tahu siapa Sandra Garcia nampak bingung, kedua kakak adik yang terpaut umur satu tahun itu kemudian mendekati ibunya yang duduk disamping kakek dan neneknya.

"Sandra Garcia itu siapa, Mom?"tanya Selena penasaran.

Vanessa Sanders melipat kedua tangannya di dada. "Pelacur murahan yang menggoda Daddy, dia bahkan memiliki anak haram yang dia sebut sebagai anak Daddy kalian."

"What? Daddy pernah berselingkuh dari Mommy!"pekik Rosa dengan keras.

"Iya, dia Daddy menghianati Mommy,"sahut Vanessa asal bicara.

"Kenapa Mommy baru menceritakan hal ini pada kami?"tanya Selena penuh emosi, ia sangat marah sekali saat mengetahui sang ayah yang sangat ia cintai ternyata pernah menghianati ibunya.

Vanessa Sanders menghela nafas panjang. "Mommy menyimpan ini rapat-rapat demi kebahagiaan kalian, jadi Mommy sudah melupakan semuanya."

Selena dan Rosa langsung bangun dan menatap ke arah kakek neneknya yang duduk disamping sang ibu.

"Grandpa dan Grandma tahu akan hal ini bukan? Kenapa kalian tidak memberitahu kami, kenapa kalian menyimpan rahasia ini dari kami berdua? Padahal seharusnya kalian beritahukan kepada kami sehingga kami bisa memberikan pelajaran pada wanita pelacur yang sudah menggoda Daddy itu, Grandma,"pekik Selena dengan keras.

"Iya, kalian berdua jagat. Kalian bersekongkol menyakiti Mommy, aku benci Grandma dan Grandpa!!"imbuh Rosa tak mau kalah.

Setelah berkata seperti itu kedua kakak beradik itu lantas pergi meninggalkan tempat itu sambil berlari, kedua gadis itu sangat marah sekali saat ini. Melihat kedua putrinya pergi Vanessa kemudian menyeka air mata palsunya, air mata buaya yang ia buat-buat.

Melihat apa yang dilakukan Vanessa membuat Patrick geran, ia kini semakin menyadari apa alasan Julian masih sangat mencintai Sandra setelah bertahun-tahun mereka dipisahkan secara paksa oleh kedua orang tuanya.

"Julian pasti akan sangat marah kepadamu karena kau sudah berbicara bohong seperti ini, Vanessa,"ucap Patrick pelan.

Vanessa terkekeh. "Untuk apa suamiku marah? Apa yang aku katakan adalah sebuah kenyataan, faktanya perempuan itu adalah seorang pelacur yang sudah menggoda suamiku. Bahkan Mommy dan Daddy juga tahu apa yang dilakukan perempuan itu di London, jadi Julian tak punya alasan untuk marah padaku,"sahut Vanessa penuh percaya diri.

"Kau…"

"Lebih baik kau segera pergi dari tempat ini Patrick, kehadiranmu disini sudah tidak dibutuhkan karena sudah ada kami." Yohanes Sanders yang sejak tadi diam tiba-tiba bicara, memotong perkataan Patrick dengan kasar. Seperti biasanya.

Wajah Patrick memerah, ia tak menyangka Yohanes Sanders masih sama seperti 19 tahun yang lalu. Masih kejam dan tak berperasaan.

"Tenang Tuan, saya juga akan segera pergi dari tempat ini. Saya juga sudah sangat muak sekali berada di tempat ini, berhadapan dengan menantu kesayangan anda yang sudah memutar balikan fakta ini. Kalau bukan karena Julian mungkin saya tak akan mau bertemu dengan anda semua, saya benar-benar tak menyangka setelah puluhan tahun berlalu sikap anda masih sama seperti itu. Masih egois dan kejam, Julian adalah anak kalian satu-satunya. Anak yang sangat berbakti karena rela meninggalkan istrinya yang sedang mengandung demi menikahi seorang janda beranak satu yang tak tahu malu, seorang janda yang berlagak seperti gadis. Perlu kalian ketahui, pengorbanan Sandra sangat besar. Ia bahkan meninggal dalam kesakitannya tanpa memberitahukan sakitnya pada Julian, suaminya yang tak pernah menemuinya. Sandra yang setia dan sangat mencintai putra kalian itu pergi selama-lamanya meninggalkan putrinya sendiri di dunia yang keras ini tanpa saudara, saya benar-benar tak menyangka anda masih sekejam ini. Meskipun kalian membenci Sandra tapi seharusnya kalian tak bisa membenci putrinya, darah daging kalian. Sementara anak dari menantu kalian yang kalian bangga-banggakan ini bersama mantan suaminya dulu kalian jadikan anak pertama di keluarga Sanders, bahkan dibuatkan pesta yang sangat meriah padahal baru bertunangan. Sungguh anda sangat luar biasa Tuan Yohannes Sanders, saya angkat topi pada anda. Julian benar-benar anak yang sangat berbakti pada orang tuanya,"ucap Patrick panjang lebar, ia benar-benar kesal pada sikap Yohanes Sanders dan istrinya yang diam saja saat Vanessa membuat cerita palsu dengan menyebut Sandra adalah wanita penggoda.

Wajah Yohanes Sanders memerah mendengar perkataan Patrick, sementara istrinya Barbara nampak menunduk. Ia tak berani mengangkat wajahnya menatap teman putranya itu.

Setelah mengeluarkan semua unek-uneknya, Patrick pun langsung pergi dari hadapan keluarga itu tanpa berpamitan sehingga membuat Vanessa terus mengutuknya dengan berbagai kalimat cacian.

"Hentikan ucapanmu, Vanessa. Ini rumah sakit, jaga sikapmu!"hardik Yohanes Sanders pada menantu kesayangannya.

"Tapi Dad, pria itu sudah…"

"Jangan hiraukan, lebih baik kita lihat kondisi Julian,"sahut Yohanes Sanders ketus sambil berjalan mendekati ruangan ICU yang baru dibuka oleh seorang dokter.

Dengan sedikit kesal Vanessa pun mengikuti langkah sang ayah mertua, masuk ke dalam ruangan ICU. Mereka berdua pun berganti pakaian khusus di ruang ICU sebelum masuk ke dalam ruang perawatan Julian, sementara itu Barbara Sanders nampak langsung membuat simbol salip di dadanya sembari menundukkan kepalanya dengan mata terpejam.

"Tenanglah di surga anakku dan tolong maafkanlah kami,"ucap Barbara serak, mendoakan Sandra Garcia. Wanita yang sangat dicintai putra semata wayangnya yang sudah memberikan cucu cantik yang belum pernah ia temui.

Well, karma sedang berjalan pada kalian keluarga Sanders!

Bersambung

avataravatar
Next chapter