1 Eternal love

Desclaimer : I'm not own onepiece, onepiece is originally owned to Eichiro Oda.

.

.

.

-The Flower With Her Shunsine-

.

.

.

Setelah beberapa saat meninggalkan G8 kini mugiwara ichimi tiba disuatu pulau di Shin Sekai, mereka membagi kelompok untuk memenuhi kebutuhan pelayarannya.

"Minna Aku akan membagi kelompok untuk menelusuri pulau ini, pertama Zoro kau temani Chopper membeli peralatan medisnya. Kedua Brook kau dan franky pergilah untuk mencari supplay cola untuk Sunny. Ketiga sanji kau beli bahan makanan sekaligus menjaga Nami dan Usop. Terakhir Robin, kamu bersamaku mencari informasi!" Ujar Luffy memerintahkan

"Yah" jawab Zoro

"Yohohoho okay Luffy-san." Timpal Brook menjawab.

"Okayyy Luffy,, Aku pasti menjaga

Nami-SWAANN.." ujar Sanji happy.

"Okey let's go!!" Order Luffy.

.

.

.

Di jalanan tengah kota, Luffy dan Robin sedang berjalan kembali ke Thousand Sunny setelah mereka meninggalkan bar.

Wanita jangkung dan cantik ini memiliki kantong kertas besar berisi sayuran yang bersandar di dadanya, sementara captain muda yang menyeringai itu membawa dua kantong yang dipenuhi daging.

Di tengah jalan, Luffy melihat sekuntum bunga putih di dekat jalan. Ia menjadi penasaran karena kemunculan kuncup itu baru baginya. Segera, dia mendekat dan berjongkok di depannya.

"Hei, Robin, lihat ini! Bukankah ini cantik?" Tanya Luffy.

"Ya, Aku ingin tahu bunga apa itu?" Ucap Robin setuju.

"Kamu tidak tahu?" Tanya Luffy sedikit terkejut.

"Iya,ini pertama kalinya aku melihat bunga semacam itu." Jelas Robin.

"Hmmm. Kupikir kamu akan segera mengetahuinya mengingat kamu sangat pintar." Kata Luffy sambil memuji Robin.

Luffy menatap bunga itu dengan saksama dan menatap lebih dekat ketika bunga itu mengeluarkan aroma yang menggoda.

"Ayo pergi, Luffy. Yang lain mungkin sudah menunggu kita." Ajak Robin.

"Baiklah, oke." Jawab Luffy.

Ketika Luffy hendak berdiri, dia melihat sesuatu yang aneh sejak awal. Dia memeriksanya. Tiba-tiba, kuncup itu mekar, mengeluarkan asap tipis serbuk sari keemasan ke wajahnya. Itu memasuki paru-parunya, dan dia tiba-tiba merasa aneh.

Dia menoleh ke Robin dengan mata bertanya.

"Ada apa, Luffy?" Tanya Robin khawatir.

Untuk beberapa saat, Luffy tidak berbicara.

"Luffy?" Robin mulai curiga dengan tatapannya.

"Robin, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Ujar Luffy Tiba-tiba.

"Hmm Ada apa memangnya, Luffy-kun?"tanya robin

"Mendekatlah." Balas Luffy.

Robin melihat kantongnya berpikir sejenak, dan kemudian memutuskan untuk menggunakan kemampuan Buah Iblis Hana Hana untuk menumbuhkan lengan dari tanah. Dia meletakkan kantong kertas itu ke lengan Hana Hana dan mengembalikan perhatiannya pada Luffy. Untuk sesaat, dia tidak bergerak.

"Robin, mendekatlah." Seru Luffy pelan.

Robin, menyimpulkan bahwa Luffy hanya ingin membisikkan sesuatu padanya, mendekat.

"Ada apa, Luffy?" Tanya Robin kembali.

Jawaban yang diberikan Luffy padanya adalah ciuman lembut. Robin menarik diri karena terkejut, tersipu meski tidak mau. Itu jauh dari yang dia harapkan.

"Kamu sangat cantik, Robin-chan bahkan lebih cantik dari dua tahun yang lalu." Tegas Luffy mendeklarasikan kekagumannya terhadap Robin.

Luffy tidak menunggu jawaban. Dia berdiri, meregangkan lengannya, mengisyaratkan sesuatu pada Robin, dan mulai berjalan pergi.

Robin mengikutinya dengan sepasang mata tidak percaya. Baginya, itu sama sekali bukan Luffy.

Luffy langsung pergi ke dapur ketika dia tiba di Thousand Sunny. Alis keriting Sanji sudah lurus karena kesal.

"Kau dari mana saja, karet sialann?"Teriak sanji kesal.

 "Kau terlambat lima belas menit. Sup yang aku siapkan sebelumnya benar-benar tidak sempurna." Lanjut marah sanji.

Luffy menyeringai. "Maaf. Di mana sup yang kau buat?" Tanya Luffy sambil tetap menyeringai.

"Kenapa kau meminta itu sekarang?" Sanggah Sanji yang masih kesal.

"Kauu marah padaku karena kau tidak ingin menyia-nyiakan makanan, kan? Aku akan memakannya." Ujar Luffy sambil meletakkan kantongnya.

"Jadi di mana itu?" Lanjut Luffy bertanya.

Sanji tidak menyangka itu. Dia menatap Luffy, menghela nafas, lalu tersenyum. 

"Sobat, aku suka sisi dirimu yang itu. Baiklah. Aku memaafkanmu kali ini. Tapi jangan pernah melakukan ini lagi, oke. Waktu sangat berharga bagi koki sepertiku." Kata Sanji mengalah.

"Kau bisa mempertaruhkan hidupmu untuk itu."jawab Luffy kalem

"Kau boleh pergi sekarang. Huss, huss! masih banyak yang harus kulakukan di sini." Usir Sanji.

"Baiklah. Tapi, Sanji, mana supnya?" Tanya Luffy kembali.

"Aku sudah meminumnya! Sekarang keluar!" Tegas Sanji.

"Hai… tapi aku ingin mencicipinya." Rengek Luffy kemudian.

Robin bertemu Nami saat Nami sedang berjalan ke kamarnya. Nami memperhatikan bahwa Robin sedang memikirkan sesuatu.

"Oi, Robin!" Panggil Nami sedikit keras.

Robin tersentak.

"Hei, ada apa denganmu? Kau hampir menabrakku, tapi sepertinya kau tidak menyadarinya, katakan padaku apa yang kau pikirkan neee Robin." Ujar Nami heran akan tingkah Robin.

"Oh, maaf. Apakah aku menabrakmu?"tanya Robin innocent.

"Apa kau tak mendengarkanku? Aku bilang kau baru saja akan menabrakku." Jelas Nami 

"Apakah benar begitu?" Tanya Robin dengan tampang yang ia buat senormal mungkin.

"Y-ya." Balas Nami lelah.

Robin sepertinya menunggu Nami berbicara lebih banyak.

"Apa itu?" Tanya nami kemudian.

Robin menghela nafasnya.

 "Oh, tidak ada apa-apa. Aku ingin memeriksa sesuatu di kamarku. Permisi, Nami?" Jawab Robin 

"Y-ya. Tentu saja."balas Nami.

Robin memaksakan senyum, lalu mulai pergi.

"Apa yang terjadi padanya?" pikir Nami bertanya-tanya.

Saat itu, Luffy berjalan keluar dapur, bersiul. Nami menoleh padanya.

"Hei, Luffy!" Panggil Nami.

Merasa dipanggi Luffy berhenti kemudian menengok kearah suara tersebut.

"Nami, ada apa?"tanya Luffy 

"Kamu tadi bersama Robin, kan?"tanya Nami sambil mendekat kearahnya.

"Ya!" Tegas Luffy.

"Apa yang terjadi?" Tanya Nami curiga

"Dia tampak sibuk dengan sesuatu. Apakah sesuatu yang aneh terjadi di sepanjang jalan?" Lanjut Nami bertanya meminta kejelasan.

"Ummm. Saat itu aku tidak bisa mengendalikan diriku dia tampak begitu indah! Dan tanpa sadar aku menciumnya!" Jelas Luffy sambil memasang poker face.

Nami tidak bergerak seolah dia tidak mendengar apa-apa. 

"K-kkauu?? Apaa? Bisa kau mengulangi apa yang kau katakan?" Balas Nami terkejut.

"Saat kami berjalan kembali ke sini, aku blank, dan dipikiranku aku hanya ingin menciumnya. Aneh memang. Kenapa aku bisa melakukan itu ya?" Jawab Luffy dengan wajah yang ia buat innocent.

"Kauu,,, MENCIUMNYAA??— idiot!" Teriak Nami marah. Kemudian Nami berlari meninggalkan Luffy.

"Sialan ..." gumamnya. Suaranya begitu pelan sehingga dia sepertinya tidak ingin ada angin atau dirinya sendiri mendengar kata-kata nya sendiri.

"Kau mengacaukan Nami-swann lagi, eh" kata Sanji hampir pada dirinya sendiri.

 

"Sebaiknya kau tidak melakukannya. Dia sangat gelisah beberapa hari terakhir ini." Ujar sanji terdengar sedikit jelous dinadanya.

.

.

.

Nami berlari ke kamarnya. Dia naik ke tempat tidurnya dan membenamkan wajahnya di bantal. 

Teriakan tertahan datang darinya saat dia mengeluarkan rasa frustrasinya. 

Dia meremas selimutnya seolah-olah itu adalah jeruk keprok yang sudah mengering untuk dijadikan jus.

Robin berjalan ke dapur tanpa tahu kalau Luffy sedang tidur di sana. 

Sanji telah menurunkan Luffy di kursi dan meletakkan kepalanya di atas meja. 

Si juru masak baru saja meninggalkan dapur kesayangannya menuju kamarnya untuk segera tidur.

Luffy tergerak saat merasakan kehadiran Robin. 

Robin memperhatikan ini dan akan pergi ketika Luffy memanggilnya. Dia berpaling padanya. Mata mereka bertemu.

Luffy merasakan perasaan melonjak lagi. 

"Kamu benar-benar cantik, Robin. Aku sangat bersyukur telah menjadikanmu Nakamaku." Ucap Luffy gentle.

Mendengar pujian dari orang lain tidak sedikitpun mempengaruhi Robin, tapi jika itu adalah Luffy…

"A-Seharusnya aku yang berterima kasih, Luffy, kamu menyelamatkanku dari segela keinginan untuk mati karena rasa kesepianku." Ujar Robin pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Apakah kamu benar-benar bersyukur?" Tanya Luffy sambil mulai berjalan ke arahnya.

Robin dengan malu-malu membuang muka.

 "Y-ya." Kata Robin malu-malu.

Kegiatan mereka terganggu karena ada seseorang yang tiba tiba masuk sambil berteriak.

"Hei, alis bodoh apa kau di sini?" Teriak Zoro tiba-tiba masuk ke dapur.

"Oi, Zoro!" Seru Luffy sedikit kesal.

"Luffy, di mana si ero-cook itu?" Tanya Zoro tanpa tahu situasi.

"Tidak tahu. Mungkin dia keluar." Jawab Luffy kesal.

"Bukankah dia keluar?" Kata Robin.

Zoro menoleh ke Robin. 

"Keluar? Serius?"tanya Zoro memastikan

"Sebaiknya kau lihat sendiri." Jawab Robin menyarankan.

Zoro keluar. Beberapa saat kemudian, 

Robin dan Luffy kembali terkena situasi menyeramkan yang disebut keheningan.

Resah dengan yang ia rasakan Luffy kemudian mengambil inisiatif untuk membuka topik pembicaraan.

"Dimana kita?" Luffy bertanya.

"A-aku lupa." Jawab asal Robin 

Luffy menatapnya. Dia tidak mencoba untuk balas menatap. Mendapat respond seperti itu Luffy bisa merasakan dadanya sakit. Sakit, bahkan rasa ini lebih dari sakit ketika terkena magma Akainu.

Dengan menundukkan kepalanya, menahan segala yang ia rasakan Luffy berbalik dan berjalan keluar dari dapur mencoba untuk menemukan ketenangan dirinya dilain tempat.

Robin bersandar di pintu dapur dan perlahan duduk. Dipikirannya terpenuhi hal hal tentang sang captain. Dia mencintai Luffy tapi dia tidak tahu harus bagaimana.

.

.

.

Nami dan Robin keluar pada waktu yang sama dari kamar yang mereka tempati. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Mereka akhirnya duduk sejajar di balkon jembatan navigator, menatap langit biru.

"Robin, aku ingin mengetahui sesuatu, apa kau pernah punya pacar?" Tanya Nami.

"Tidak. Aku tidak pernah mempercayai orang sampai aku bertemu Luffy-kun. Dia orang pertama yang aku percayai sejak insiden Ohara." Jawab Robin pelan.

"Bagaimana menurutmu tentang Luffy?" Tanya Nami kembali

Robin sambil melamun menatap laut. "Aku tidak tahu, Nami. Aku tidak bisa menjawabmu saat ini. Kenapa kau bertanya padaku?" Jawab Robin diakhiri dengan berbalik bertanya.

"langsung keintinya saja. Apakah kamu menyukainya?"kembali Nami bertanya.

Robin tampak bingung dengan pertanyaan itu. Dia berpaling sedikit dari Nami.

.

.

.

Setelah beberapa saat setelah percakapan dengan Nami selesai, Robin semakin bingung. Sekarang dia tahu perasaan Nami yang sebenarnya untuk captainnya, dia berpikir bahwa dia harus mengendalikan dirinya lebih baik sekarang setiap kali dia berada di sekitar Luffy atau dia akan kehilangan seorang teman baik.

Dia mulai membaca buku di kamarnya, mencoba melupakan apa yang terjadi antara dia dan Luffy sebelumnya. Tapi tidak lama sejak dia mulai, tiba-tiba Luffy menerobos masuk ke kamarnya, terengah-engah dan bersemangat. Ketika dia melihat Robin, dia menyuruhnya diam.

Robin menatap matanya — kesalahan yang seharusnya tidak dilakukannya. Luffy balas menatapnya.

"Aku sudah menunggu kesempatan seperti ini, Robin-chan." Kata Luffy serius

Robin meletakkan buku yang sedang dia baca. Dia harus dengan tenang bertindak di depannya seperti yang dia lakukan setiap saat. Itulah satu-satunya cara dia bisa berpikir secara masuk akal dalam situasi sulit seperti ini.

"Aku bisa saja bertanya apakah kamu ingin berbicara denganku secara pribadi," ujar Robin sambil mencoba mengendalikan diri.

Robin meletakkan telunjuknya di mulutnya seolah-olah menyuruhnya diam. 

"Tenang, captain kecil. Kamu masih terlalu dini untuk mencium wanita yang lebih tua, lagi pula. Lagipula, kamu baru saja mencuri ciuman dariku beberapa saat yang lalu. Satu ciuman cukup untuk seorang bayi." Ujar Robin sekasar mungkin walau sebenarnya hatinya benar-benar sakit ketika kata-kata itu terlontar dari mulutnya kepada lelaki yang ia cintai.

Luffy memegangi pergelangan tangannya dan mencium telapak tangannya. 

"Apa menurutmu aku belum cukup dewasa?"Tanya Luffy dengan ekspresi yang tidak pernah lihat sebelumnya.

Robin tersenyum. 

"Belum. Kamu masih punya banyak makanan sebelum bisa melakukan sesuatu seperti yang kamu pikirkan saat ini. Aku berjanji akan memenuhi fantasimu saat kamu besar nanti." Ujar Robin yang mencoba sekalem mungkin

Luffy mendekat. 

"Seorang captain seharusnya tidak memiliki hubungan seperti ini dengan krunya." Ujar Robin sambil berpura-pura sedang mencari judul.

"Tapi, bagaimana aku bisa melakukan itu ?" tanya Luffy dengan nada yang berbeda.

Robin kaget saat merasakan Luffy memeluknya. Dia buru-buru berbalik.

"Ini cukup, senchou! Aku tidak bisa melakukannya denganmu." Tolak Robin 

"Aku mencintai Monkey D. Luffy. Meskipun itu hanya sepihak untuk saat ini, aku yakin dia akan menatapku suatu hari nanti." Batin Robin berusaha tegar.

Robin mendorongnya. 

"Senchou, hentikan ini! Aku sudah cukup dewasa untuk menjadi ibumu!" Kembali Robin melepaskan pelukan Luffy.

"Kamu hanya memikirkan itu. Yang aku tahu kamu anggun dan cantik." Ujar Luffy sambil mentapnya lagi.

"Tidak, tolong, Senchou. Ini salah." Tegas Robin.

Robin berjuang dengan dirinya sendiri melihat lelaki yang sangat dicintainya menatapnya dengan datar membuatnya sakit, namun Robin tetap dengan pendiriannya untuk saat ini.

"Dengar Robin, ini mungkin menjadi kata-kata terakhir ku dimalam ini. Kamu tahu aku tidak berpikiran untuk berbuat apa yang kau maksudkan, aku tidak mungkin merusak wanita yang kucintai dengan nafsu hewani! Aku kesini hanya ingin Mengatakan kalau aku Mencintaimu!

Bukan seperti apa yang kau katakan kau sudah cukup menjadi seorang ibu? Kau tahu bagiku itu adalah hal yang paling menyakitkan karena ketika kata itu terlontar kupikir kau lebih nyaman dengan para revolusionarist tolol itu? Atau bahkan kau menjadi mata-mata untuk organisasi sialan itu? Kau tahu aku melihatmu sebagai satu-satunya wanita yang kelak aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya.

Saat di Amazon Lily, Hancock beberapa kali telanjang mencoba menarikku supaya aku mau menikahinya.

Tapi tentu saja Aku menolaknya karena dipikiranku hanya ada kamu!! Tapi jika benar kamu memilih revolusionarist daripada kami, aku memang kecewa bahkan sakit rasanya tapi aku tetap tidak bisa untuk tidak mencintaimu jadi bunuh saja aku dan biarkan Nakamaku menggapai mimpinya dan kau bisa kembali ke revolusionarist.

Mungkin itu saja yang bisa kusampaikan padamu di malam ini dan maaf aku telah menjadi captain kecil yang egois." Jelas Luffy panjang lebar dengan nada datar yang tersimpan berbagai kepedihan yang dialami Luffy saat ini.

Dengan meneteskan air mata yang sudah tak dapat ia bendung Luffy berbalik dan pergi dari kamar itu dengan luka dihatinya.

Dan meninggalkan Robin yang kini sangat shock mendengar kata-kata datar namun Robin tahu dibalik kata-kata itu tersimpan kepedihan yang mendalam didalamnya

"Aku sendirian untuk waktu yang lama. Orang-orang membenciku, mengutukku, dan ingin aku mati. Penjagaku bahkan melecehkanku.

Karena itu, aku menjadi tidak percaya pada diriku sendiri. Aku ingin mati. Aku ingin mati karena aku yakin aku terlahir dari kemalangan. Semua orang yang penting bagiku direbut dariku.

Aku diburu. Aku bahkan percaya bahwa aku benar-benar anak iblis.

Lalu kamu datang. Ketika aku memutuskan bahwa hidupku sudah tidak berarti untuk dilanjutkan, kamu menyelamatkanku. Ketika harapanku untuk mencapai impianku sudah hilang, kamu menghidupkannya kembali. Ketika aku dibawa pergi untuk menyendiri lagi, kamu berjuang untuk membawa saya kembali.

Aku pikir cerita di buku tidak mungkin benar. Cerita tentang pahlawan yang akan datang tanpa disadari untuk menyelamatkan seorang putri dalam keputusasaan yang mendalam. Aku hanya menertawakan mereka, merasa sakit hati. Sejujurnya, aku benar-benar ingin percaya. Tapi siapa yang akan menyukai iblis sepertiku?

Aku berharap tidak ada yang akan membangunkanku jika ini hanya mimpi. Aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu ...

Senchou…

Luffy-kun..

Aku juga mencintaimu, bukan revolusioner bukan juga untuk Nami. Aku benar-benar bodoh salah menilai apa yang ingin kamu lakukan kepadaku, aku benar-benar bodoh Luffy-kun mohon maafkan Aku, aku sendiri merasa sakit ketika kata-kata itu terlontar dari mulutku kepadamu.

Aku tidak pernah terpikir untuk menghianatimu. Mulai saat ini aku juga akan menjadi egois mungkin aku bisa kehilangan temanku tapi kurasa itu tidak apa-apa daripada aku kehilanganmu!

Aku mohon Luffy-kun maafkan aku yang bodoh ini." Ucap Robin sedikit berteriak dengan parau ketika melihat Luffy yang hampir keluar dari kamarnya.

Mendengar deklarasi Robin, Dada Luffy menghangat, dia berbalik kembali dan mendekat kearah Robin dan mendekapnya.

"Apakah deklarasimu benar? Apa kau juga mencintaiku? Dan maaf juga aku mengatakan hal yang tidak pantas kepada Dewi seperti mu." Ujar Luffy sambil mendekap Robin dalam pelukkannya. 

Tanpa menunggu Robin bersuara Luffy mencoba mencium wanitanya. 

Robin segera menerimanya menerima ciuman dari lelaki yang dia cintai untuknya. 

Dia membalasnya dengan semangat, penghargaan, dan cintanya. 

Lengan yang tidak bernyawa beberapa saat yang lalu menuju ke wajahnya. Perlawanan pura-pura nya telah hilang.

Matanyaya sekarang tertutup, membuatnya merasakan dengan jelas aliran listrik yang mereka bagi di dalam mulut mereka. 

Perasaan itu asing baginya karena ini adalah ciuman pertamanya yang sebenarnya. Namun, hasratnya untuk merasakan pria itu melalui lidah membuktikannya lebih baik daripada siapa pun yang melakukannya selama bertahun-tahun. 

Dia menuangkan dirinya padanya. Semua terima kasihnya. Semua cintanya. Sepanjang hidupnya. Dia sekarang menyadari betapa bagusnya menjadi wanita yang sedang jatuh cinta.

Luffy dikalahkan oleh rasa lapar Robin akan cinta. Dia berhasil mendorongnya ke tempat tidur. Tapi, meski ada perubahan posisi, dia tidak pernah berhenti. Tak lama kemudian, napas Luffy menjadi sesak juga seperti miliknya.

Ketika mereka berpisah, mereka membatukkan persediaan udara di paru-paru mereka. 

Robin berhenti batuk dulu. Dia berbaring di tempat tidur, merasa panas, lelah, dan sangat baik. Dia berpikir untuk mengulangi pengalaman itu setelah hanya beberapa menit istirahat. Dia yakin Luffy juga siap untuk ronde berikutnya.

"Maafkan aku, Nami… tapi aku juga seorang wanita. Dan akulah wanita yang menemani Luffy hingga akhir hidup kami…" ujar deklarasi batin Robin

Luffy berhenti batuk. Tiba-tiba, dari mulut dan hidungnya, partikel serbuk sari emas melayang keluar.

Ketika dia berbalik, dia terkejut melihat Robin terkapar di tempat tidur. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Robin seperti wanita. Dia menatapnya.

Robin menoleh sedikit padanya. Dia akan mengatakan sesuatu, tetapi dia menyadari bahwa matanya sangat berbeda dari sebelumnya. Menyadari itu, dia melihat ke langit-langit dan melihat partikel serbuk sari yang mengambang.

mimpiku sudah berakhir…

Air mata mulai mengalir dari matanya. Bukan air mata sedih kok. Lebih dari air mata kebahagiaan.

"Lebih baik begini. Lebih baik begini, selamanya. Aku akan selalu berada di sisimu, Luffy-kun. Kamu akan selalu menjadi pahlawanku, idolaku, captainku dan lelaki ku!!" Deklarasi Robin bahagia.

Tiba-tiba, Luffy memindahkan wajahnya ke wajah Robin. Dia terkejut. Mata mereka hanya berjarak beberapa inci. 

Dahi mereka bersentuhan, hidung mereka saling membelai. Nafas mereka menari satu sama lain. 

Listrik mulai berdenyut lagi di dalam kewanitaannya, memberinya perasaan paling menyenangkan yang pernah dia alami sebelumnya.

"Senchou… Luffy-kun." gumam Robin membuat darah Luffy berdesir.

"Robin, maukah kamu mengizinkanku untuk mencicipi bibirmu lagi shishishishi?" Pinta Luffy.

"Ufffufufu… dengan senang hati…" balas Robin.

Luffy menciumnya. Dia menerimanya tanpa perlawanan. Lidah mereka sekali lagi bertarung seperti pendekar pedang hebat. Campuran jus yang berharga. Nafas mereka hidup menjadi satu.

Sekali lagi, Robin berharap selamanya, meski takut berharap itu membawa kebalikannya. Namun, dia tahu bahwa itulah kenyataan.

Duduk di tempat tidurnya, Robin melihat captainnya pergi. Dia memiliki senyum puas di wajahnya.

Ketika Luffy hendak keluar dari pintu, dia menoleh ke belakang, mengenakan topi jerami yang tergantung di lehernya, tersenyum, dan berkata,

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu…" ucap Luffy menggantung.

"Karena kamu adalah wanitaku yang berharga. Good night Robin-hime." Lanjut Luffy menegaskan kehadiran Robin untuknya.

Luffy keluar kamar.

Robin terkikik. 

"Teman-temanku yang berharga … tapi kamu  yang paling berharga. Good night too Luffy-kun." Jawab Robin.

Robin mengulurkan tangannya ke udara, membatin,

 

"Raksasa ada, Raja laut ada, dan bahkan Pulau Langit ada. Segalanya mungkin di dunia ini ada. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku hari ini. 

Waktu yang tidak pernah aku alami sebelumnya. "Gumam Batin Robin sebelum tertidur dengan senyum bahagia diwajahnya.

Mimpiny menjadi kenyataan.

Kebagian telah datang kepadanya.

Bersama pahlawannya, idolanya, captainnya dan dia yakin suami masa depannya.

The End

avataravatar