1 PROLOG

Aku mengangkat kepalaku melihat kearah orang-orang yang berteriak-teriak dibangku penonton.

Kenapa?

Kenapa mereka melihat kami dengan tatapan seperti itu. Padahal kami sudah mati-matian berjuang untuk kalian, tapi kenapa? kalian menatap kegirangan pada kami saat ini.

"Hukum mereka!"

"Bunuh para bajingan itu!"

Kenapa?

Kalian berkata seperti itu, bukan hal seperti itu yang seharusnya kalian katakan.

Aku benar-benar tidak mengerti padahal masing-masing dari kami sudah berkorban banyak untuk kalian, tapi kenapa?! Kenapa hal ini yang kami dapatkan?

Aku mengalihkan pandanganku, aku menatap kearah para 'bajingan' yang saat ini berada tepat ditengah arena di depanku. Mereka digantung dengan kedua tangan diikat dengan rantai dan seluruh tubuh mereka dihiasi dengan berbagai macam luka dan lumuran darah.

Aku Menggertakkan gigiku berusaha menahan mataku agar tidak menangis. Hatiku terasa terkoyak-koyak melihat penampilan mereka.

Kenapa?

Seharusnya bukan semua ini yang kami dapatkan. Seharusnya sebuah perayaan dan pesta untuk para pahlawan yang kami dapatkan. Namun kenapa? Kenapa malah semua ini yang kami dapatkan?!

Aku menundukkan kepalaku karena tidak tahan dengan rasa sesak di dadaku dan mataku yang sejak tadi terasa panas pun mulai mengeluarkan air mata.

Kenapa?

Sebenarnya apa yang salah, padahal aku sudah melakukan semuanya dengan benar persis seperti yang 'dia' lakukan. Tapi kenapa kami, tidak mendapatkan hal yang sama sepertinya.

Kenapa?

Aku terus menanyakan itu pada diriku sendiri, tapi aku tidak dapat menemukan jawabannya. Pada saat aku masih terhanyut dalam depresi tiba-tiba...

"Hei bodoh!"

Dari samping kudengar sebuah teriakan kasar. Aku pun mengangkat kepalaku dan menatap kearah sumber suara itu.

Ah dia ya, aku benar-benar melupakannya. Bahkan sampai sekarang kau masih menunjukkan wajah yang sama. Wajah yang penuh dengan kesombongan dan kebanggaan yang menyiratkan kalau dia tidak akan tunduk kepada siapapun.

"Cih! Sialan! Rantai ini benar-benar menyebalkan! Ini membuatku bahkan tidak bisa mengendalikan sedikitpun sihirku."

Jika saja aku mendengarkan perkataannya waktu itu, kami mungkin tidak akan mengalami semua ini. Jika saja dialah yang menjadi pemimpin dan bukannya aku pasti kami sedang berpesta saat ini bukannya disini.

Setelah terus berusaha untuk membebaskan ikatan tangannya selama seperempat jam tapi tidak membuahkan hasil, ia pun berhenti lalu menghela nafas pasrah.

"Hei bodoh, Apakah kau masih dapat berlari?" Ia berkata dengan lirih.

Aku yang mendengarnya pun langsung berpikir, kalau dia menemukan jalan keluar dari masalah ini seperti biasanya.

"Jika cuma beberapa puluh meter, aku masih bisa melakukannya." Aku pun menjawabnya dengan lirih agar tidak menarik perhatian.

"Itu cukup, kalau begitu bersiaplah." Dia pun mulai menggerak-gerakkan mulutnya seolah-olah sedang mengunyah sesuatu.

"Bersiap untuk apa?" Tanyaku karena masih bingung dengan apa rencananya kali ini. Tapi dia tidak mempedulikanku dan terus mengunyah lalu setelah beberapa saat ia meludah ke arahku

"Apa yang kau lakukan sialan!"

Aku tidak percaya ini, dia meludahi wajahku. Apa yang sebenarnya kau lakukan sialan! Kukira kau memiliki rencana atau apa, tapi ... Yang benar saja sialan!

Tidak mempedulikan ekspresi penuh kemarahan diwajahku, ia kemudian menghentakkan kakinya.

"Ini... "

Setelah kuperhatikan dengan seksama aku melihat sebuah permata kecil seukuran kacang berwarna biru. Permata itu kini mengeluarkan cahaya terang yang mulai menyelimutiku.

"Apa yang kalian lakukan!"

Karena cahaya yang dikeluarkannya para prajurit mulai meneriaki aku, tapi aku tidak mempedulikannya. Mataku terbelalak karena saat ini aku menyadari apa rencananya.

"Seseorang cepat hentikan dia!"

Para prajurit masih berteriak-teriak karena mereka juga menyadarinya, dari warna cahaya yang dikeluarkannya aku tahu kalau ini adalah sihir ruang.

Dari sampingku aku kembali mendengarnya berbicara dengan lirih,"kuharap kau tidak mengulangi kesalahan yang sama lain kali."

"Tu-"

Belum selesai aku berbicara ditengah pandangan semua orang cahaya yang menyelimuti menghilang bersama dengan diriku dari sana.

Aku tidak mengerti kenapa dia malah memilih untuk menyelamatkan seorang sampah sepertiku daripada dirinya sendiri, padahal jika dia yang selamat. Pasti dalam waktu singkat ia pasti bisa kembali untuk menyelamatkan kami semua.

Kenapa?

Padahal aku hanyalah seorang sampah yang tidak pernah mencapai apapun dan bahkan aku juga yang menyebabkan semua ini.

Jika saja aku bisa mengulang segalanya dari awal, jika saja semua ini bukanlah kenyataan dan cuma sebuah mimpi.

avataravatar
Next chapter