1 |1| The Fairy Tales Tree - 1

"Dimana tas kerja ku?! Suaminya mau kerja bukan disiapkan kek semua perlengkapan. Dasar istri tak berguna." Seorang pria yang berumur sekitar 27 tahun itu mengobrak-abrik isi kamarnya hingga layaknya kapal pecah karena telah telat bekerja. Ia menjatuhkan semua barang-barang yang ada di atas meja, segala parfum, skincare, serta alat makeup istrinya, maksudnya calon mantan istrinya, berjatuhan hingga ada yang pecah.

"Heh. Kau hati-hati kalo ngomong. Kayak gak ingat aja surat perceraian sebentar lagi keluar dan kita akan pisah. Jadi jangan panggil aku pake istilah istri-istrian. Aku bukan istrimu lagi." Wanita itu menunjuk wajah pria tersebut dan langsung pergi dari kamar kapal pecah itu.

"Arghhhh!!! Dasar perempuan tak becus."

Wanita itu berbalik dan kembali berkata, "Apa?! Kau yang tak becus! Dasar tukang selingkuh! Pergi aja sana dengan selingkuhanmu! Aku tak perduli. Lagian sebentar lagi aku gak akan ada beban pikiran lagi sebagai istrimu." Air mata mengalir di pipi sang calon mantan istri. Tapi apalah daya. Semua sudah jatuh ke dalam ego masing-masing. Tak ada lagi rasa iba.

Chika, ibu Rena meninggalkan calon mantan suaminya itu.

Pria itu melempar tas kerjanya ke dinding dan mengejutkan gadis yang sedang tertidur dibalik kamarnya. Gadis itu terbangun dan bangkit dari kasurnya. Membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip keluar. Ia melihat ayahnya yang turun ke lantai bawah.

Ia pun menangis.

"Kenapa mama dan papa kayak gini? Dulu kami baik-baik aja. Apa papa dan mama benar-benar akan berpisah?" Gadis yang berumur 9 tahun itu bertanya-tanya dalam hatinya, perlahan-lahan air matanya keluar dan membasahi pipinya.

Dia memberanikan diri untuk keluar dan berlari menuju kamar abangnya.

Tok tok tok...

"Ab-bang? Ini Rena. Boleh masuk?" Nampak sekali suara itu sangat dipaksakan untuk tidak terlihat bahwa ia sedang menangis. Tapi abangnya mengerti. Ia membukakan pintu kamarnya dan langsung disambar dengan pelukan erat sang adik. Ia pun merangkul adik perempuannya itu dan membawanya ke dalam kamarnya.

"Hiks hiks... Hiks hiks... Ab-bang? Ma-mah sama pa-pah gakpapa k-han? Nanti baik-kan khan?" Rena menangis tersedu-sedu sambil memeluk kakaknya. Membuat baju sang kakak basah karena air matanya.

"Eh eh... Gakpapa koq. Nanti pasti baikan. Dulu mama dan papa juga pernah bertengkar kan? Gak lama langsung baikan kan? Tenang aja. Lagian Rena ada abang koq. Abang akan selalu jaga Rena, oke?" Sang kakak~Reno berusaha menenangkan dan menghibur Rena sambil mengelus kepalanya.

๐˜”๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜™๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข. ๐˜”๐˜ข๐˜ข๐˜ง๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ. Gumam Reno.

===================

Di pagi hari dengan cuaca yang sangat tak bersahabat, suara telepon berdering di salah sebuah rumah di kota Popland.

Triingggg... Tringgg...Triingg...

"Ya, halo? Dengan siapa?"

"Mama, ini Rena. Rena rindu mama."

"..."

"Ma?"

"Ma?"

"Mama jawab Rena. Rena rindu mama."

Tup~panggilan dihentikan.

"Hiks... hiks... hiks... Kenapa mama kayak gitu sama Rena? Rena rindu mama. Huaaaa"

Melihat anak perempuannya menangis di pojokan ruang tengah, Keno~ayah Rena mendatangi anaknya. "Hei hei! Apa yang kau lakukan disana?"

"Gak ada." Jawab Rena sambil menghapus air mata dari pipinya.

"Papa harap kau tidak menghubungi mamamu itu lagi. Dia sudah tak perduli kepadamu. Kau juga sudah besar, masih pake acara nangis-nangisan." Laki-laki paruh baya itu berbicara seenaknya kepada anaknya. Ia sama sekali tak memikirkan perasaan yang sedang dirasakan anaknya itu.

Sebab ia memang tak pernah merasakan hal seperti ini di dalam hidupnya. Ayah dan ibunya~kakek dan nenek Rena sampai saat ini akur. Tak seperti rumah tangganya yang telah hancur.

"Hiks hiks. Tidak bisakah kalian baikan dan mengerti perasaan anak perempuan kalian ini?Papa bahkan tidak mengizinkan aku bertemu mama.", anak perempuan itu menangis.

"Heh. Mama mu itu ribet orangnya. Sudahlah mendingan sekarang kamu kemana kek. Hibur aja diri sendiri. Papa mau berangkat kerja." Keno meninggalkan anaknya yang masih dalam keadaan sedih.

Pit Pit~suara klakson mobil.

Rena menuju pintu depan dan melambaikan tangannya ke arah mobil yang pergi itu.

avataravatar
Next chapter