8 Chapter 8 Perjanjianku Dengan Iblis

Yuki jadi tampak anggun dan berwibawa. Ia berkata sambil mondar-mandir di depan pintu.

"Kalau kau hidup kembali, maka aku harus mengambil semua yang sudah ku berikan kepada bapaknya Jessy."

"Ambilah! Itu urusan mu. Yang penting, aku minta tolong pada mu untuk mengembalikan roh ku pada raga ku!" ucap Yuuto dengan ketus.

Setelah mempertimbangkan sekali lagi, Yuki berkata "Baik. Aku akan mengembalikan roh mu, tapi kau juga harus mengabdi pada ku."

Alis Yuuto berkernyit tajam. "Mengabdi? Enak saja. Aku nggak ada ikatan apa-apa dengan mu."

Sekarang ganti Yuuto yang berpikir mempertimbangakan perjanjian itu. Ia merenung sampai beberapa saat, setelah puas menimbangkan langkahnya ia pun berkata,

"Baik. Aku mau mengabdi kepada mu, tapi aku minta imbalan! Kau harus membuat ku kaya, sehingga aku bisa membantu orang tua ku. Kalau kau setuju begitu, aku mau mengabdi pada mu!"

Kembali suatu pertimbangan menimpa pikiran Yuki. Tapi ia tetap kelihatan tenang, dingin, anggun dan berwibawa.

"Baik. Ku berikan kekayaan kepadamu, tapi dalam batas waktu tertentu! Satu tahun. Setelah itu, kau tidak akan bertambah kaya, dan kau harus menjadi budak ku." ucap Yuuki.

"Satu tahun?" Yuuto jadi bingung sendiri. "Bagaimana kalau tiga tahun?"

"Hanya satu tahun! Setelah itu, hidup dan mati mu adalah milik ku. Setuju atau tidak?! Begitu saja!" ucap Yuki ketus.

Yuuto garuk-garuk kepala. Sama sekali tak menyangka kalau akhirnya suatu kematian membawanya dalam kebimbangan yang aneh. Akhirnya Yuuto setuju.

"Oke! Aku setuju. Nah, sekarang kembalikan rohku pada ragaku."

"Tidak bisa sekarang. Karena aku harus mencarikan cincin kehidupan. Cincin itu yang akan membuat mu hidup. Kalau cincin itu di cabut, kau akan mati selamanya dan tak bisa kembali lagi. Aku berhak mencabutnya sewaktu-waktu tanpa seizin mu." ucap Yuki.

Agak kesal juga Yuuto mendengar kata-kata itu. Ia merasa terlalu diikat.

Belum lagi Yuuki menambahkan kata. "Dalam kekayaan mu itu aku akan selalu ada sampai pada masanya perjanjian kita berakhir."

"Maksud mu, bagaimana? Jangan macam-macam dong kalau mau membantu!" Yuuto bersungut-sungut.

"Kau ada dalam kendali ku. Artinya, apa yang kau kerjakan tidak akan berhasil jika kau tidak menuruti perintah ku" ucap Yuki.

"Apakah bapaknya Jessy juga kau atur begitu?!" tanya Yuuto.

"Mau atau tidak? Kalau mau, aku akan pergi mencari cincin kehidupan itu. Kalau tidak, aku akan segera menyeret mu sebagai budak hina!" ucap Yuki ketus.

"Ya! Aku mau!" jawab Yuuto.

Perjanjian antara Yuuto dengan Yuki pun telah di buat.

***

Suatu kematian yang aneh. Yuuto sempat membayangkan saat-saat indah bersama Jessy, juga saat-saat pahitnya terkenang kembali. Yuuto masih ingat, mengapa ia putus hubungan dengan Jessy. Gara-gara cemburu.

Waktu itu, Yuuto sudah gemar memotret. Pergi ke sekolah pun ia selalu membawa tustel kecil. Tustel tanpa blitz itu digunakan untuk pemotretan usil. Cewek lewat di depan sekolah, asal cantik, langsung di potret. Temannya sedang bengong, atau ngupil, dipotret. Guru sedang marah- marah dalam ekspresi lucu, dijepret secara diam-diam. Sampai pada suatu saat, Jessy menemukan koleksi foto-foto milik Yuuto. Satu di antaranya ada foto Sherina. Ini cewek kece yang menjadi rivalnya.

Dari situlah timbul pertengkaran. Jessy dongkol melihat foto Sherina. Sebab Yuuto memotret Sherina dalam keadaan Sherina sedang ngongkong. Kelihatan celana dalam Sherina. Bahkan pemotretan dilakukan berulang-ulang, terlihat dari pose kaki Sherina yang berbagai ragam. Juga ada foto Sherina yang kancing bajunya terbuka sebagian, kelihatan kesekalan dadanya yang terbelah dua itu. Ada pula foto Sherina yang sedang mengedipkan mata genit, sengaja menghadap ke arah kamera. Itu semua membuat Jessy panas hati. Sedangkan Yuuto melakukan hal itu hanya sekedar iseng. Yuuto tidak suka terlalu di curigai yang bukan-bukan. Maka putuslah hubungan mereka tepat pada saat mereka lulus sekolah.

Tapi di balik semua itu, Yuuto sama sekali tidak menduga kalau fotonya yang di berikan kepada Jessy itu di jadikan bahan pemburu tumbal kekayaan. Sejauh ini Yuuto belum mengetahui, apakah Jessy yang memberikan foto Yuuto kepada bapaknya untuk di jadikan korban, atau bapaknya Jessy yang menemukan foto Yuuto tanpa setahu Jessy? Yang jelas Yuuto menjadi geram dan menyimpan dendam kepada bapaknya Jessy, karena dialah yang membuat pandangan mata Yuuto terganggu pada waktu mengendarai motor. Ia seperti melihat jalan sepi saja, tapi tahu-tahu motornya sudah di hantam sebuah mobil sedan berkecepatan tinggi dari arah samping.

Kecelakaan itu ternyata bukan semata-mata keteledoran Yuuto maupun supir sedan tersebut. Kecelakaan itu rupanya sudah ada yang mengatur, yaitu Yuki. Sebagai korban yang di unggulkan oleh bapaknya Jessy, roh Yuuto seharusnya menjadi budak Yuki. Tetapi, kenyataannya justru antara Yuki dengan Yuuto terlibat suatu perjanjian baru. Dan, Yuuto pada akhirnya tidak bisa menolak syarat-syarat perjanjian itu, sebab keinginannya untuk bisa hidup kembali begitu kuat. Rasa ingin membantu orang tuanya itulah yang membuat Yuuto nekad menandatangani perjanjian itu dengan anggukan kepala.

Itulah sebabnya, pada saat jenazahnya di mandikan pagi hari, Yuuto berusaha berbisik pada omnya.

"Om, jangan kuburkan dulu jenazah ku. Jangan, Om." bisik Yuuto di telinga Omnya.

Om Ripto clingak-clinguk. Ia merasa mendengar bisikan aneh tanpa ujud. Bisikan itu seperti dari suara Yuuto. Om Ripto merinding, namun tidak mau memberitahukan kepada siapa pun.

Kepada pamannya, Yuuto pun berbisik, "Paman, saya akan hidup lagi. Jangan makamkan dulu mayat saya, Paman."

Sama dengan Om Ripto, Paman Sam juga clingak-clinguk dengan hati berdebar-debar. Paman Sam bahkan menegur Mas Tristan, "Kau bicara pada ku, Ya Tris?"

"Nggak, Paman. Dari tadi saya diam saja." jawab Mas Tristan.

"Siapa yang bicara ya?" gumam Paman Sam.

Kepasa Mas Tristan, anaknya Tante Mirna sebagai adik dari ayah itu, juga di bisikan kata, "Mas Tristan, saya akan hidup lagi. Tolong jenazah saya jangan di makamkan dulu. Pasti saya hidup lagi deh!"

Mas Tristan melirik samping kanan-kirinya. Hanya ada beberapa tetangga yang ikut menyaksikan pemandian jenazah Yuuto itu. Mas Tristan tak yakin kalau tetangga Om Ripto itu melakukan keusilan dengan membisikan kata-kata tadi. Pasti ada sesuatu yang tidak beres, menurut Mas Tristan. Tapi ia diam saja. Menyimpan kecamuk dalam hatinya.

Hampir semua orang mendengar bisikan Yuuto secara pribadi. Tante Mirna, Tante mayumi, Om Jhony, Pak RW, Yohan, Sunny dan yang lainnya, sama-sama mendengar bisikan kalimat serupa. Sayangnya, mereka ragu-ragu untuk membicarakan itu.

Yohan sendiri sebenarnya ingin membicarakan suara bisikan itu kepada Sunny, tapi ia malu. Takut di anggap mengada-ada. Sunny pun beranggapan serupa. Malahan Tante Mirna menganggap sedang mengalami hulusinasi. Akibatnya, tak satu pun dari mereka yang membahas suara bisikan Yuuto. Mereka menganggap tak pernah mendengar suara aneh itu.

***

Bersambung…

avataravatar
Next chapter