1 Chapter 1 Kematian

Kerumunan orang di tengah jalan sangat menarik perhatian Yuuto. Jalanan menjadi macet, hanya kendaraan yang ada pada jalur jalan tol saja yang masih lancar. Dari jalan tol itulah Yutoo bebas memandang kerumunan di jalan bawah. Ia berdiri di situ dengan dahi berkerut-kerut.

"Kecelakaan..., "gumamnya. "Kayaknya sih parah. Banyak darah yang berceceran di dekat motor itu. Hm.... Pasti korbannya pengendara motor yang suka ngebut di jalanan!"

"Yuuto masih tetap berdiri di tepi pagar pengamanan jalan tol. Ia melihat massa makin banyak mengerumuni korban. Sebuah mobil sedan berwarna hitam yang berhenti tak jauh dari motor yang ringsek itu juga di kerumuni orang. Yuuto sempat geleng-geleng sambil bergumam sendirian.

"Pasti mobil sedan itu yang menabrak pengendara motor. Jangan-jangan supirnya enggak punya SIM.... "

Pandangan mata Yuuto mulai dipertajam dengan sedikit menyipitkan mata. Pada saat itu, seorang petugas lalu lintas berusaha menertibkan massa agar tidak berkerumunan di tengah jalan, sehingga mengganggu kelancaran kendaraan yang sedang lewat. Pada saat itulah, keadaan korban pengendara motor terlihat jelas dan membuat Yuuto terkejut.

Pengendara motor itu mengenakan baju kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Yuuto melirik pakaiannya sendiri, Oh... Sama. Dia juga mengenakan baju kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam.

Makin tajam penglihatannya makin jelas dugaannya, dan Yuuto mulai berdebar-debar sambil menggumam cemas.

"Korban itu...? Korban kecelakaan itu kok mirip aku?!"

Yuuto buru-buru mencari jalan turun untuk melihat dari dekat keadaan korban. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba ia mempunyai suatu keberanian untuk melompat dari jalan tol ke jalan di bawahnya. Wuuuus…! Tubuh Yuuto terasa ringan dan dapat mendarat dengan tanpa cedera sedikit pun.

Jarak antara tempat berdirinya dengan korban yang tergeletak itu hanya empat langkah. Hal itu membuat Yuuto dapat melihat wajah korban yang terlentang di aspalan dengan jelas sekali. Dan ia sangat terkejut setelah tahu persis, bahwa wajah korban yang terkapar itu adalah wajahnya sendiri.

"Oooh... Kenapa wajahnya bisa serupa dengan wajahku? Pakaiannya, sepatunya, sama persis dengan milikku. Dan... Dan tustel yang terlempar di sampingmya itu... Oh, itu juga tustelku, kan?"

Orang-orang yang ingin mendekati korban di dorong oleh petugas lalu lintas untuk menepi. Tetapi, petugas itu membiarkan Yuuto mendekati korban. Dalam kebingungannya yang mecekam, Yuuto masih sempag berseru kepada massa.

"Siapa orang ini? Ada yang tahu, siapa namanya?!"

Orang-orang di sekelilingnya tidak ada yang mau menjawab pertanyaab Yuuto. Mereka tampak acuh tak acuh kepada Yuuto, mungkin karena tidak di izinkan melihat korban dari dekat. Orang-orang itu merasa iri, begitu menurut jalan pikir Yuuto.

Masalah itu segera dilupakan. Ada saty masalah yang lebih menarik bagi Yuuto, yaitu sepeda motor yang ringsek. Mata Yuuto sempat berkedip memperhatikan sepeda motor itu.

"Astaga...! Bukankah itu motorku sendiri? Nomor serinya sama persis. Sama persis dengan motor ku."

Seorang polisi memungut barang-barang milik korban yang berceceran, karena takut di manfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Barang-barang itu antara lain; tustel yang pecah, tas dari bahan seperti ransel, lampu blitz, buku-buku, album-album berisi beberapa foto, juga foto-foto yang sudah di cetak dalam keadaan bertebaran, dompet, hp dan lain sebagainya.

"Ya, ampuuun... Itu barang-barang ku! Foto-foto langganan ku dan dompet ku juga ada di situ?! Oh, apa yang terjadi pada diri ku sebenarnya?"

Yuuto mendengar seorang petugas lalu lintas bicara kepada temannya.

"Dia orang Gang Sakura. Namanya, Yuuto Hiroshi. Ini ada KTP nya... "

"Yuuto Hiroshi itu nama saya, Pak!" teriak Yuuto dengan kearah petugas itu.

"Polisi lalu lintas itu cuek saja. Yuuto lebih mengeraskan suaranya, "Pak....! Yuuto Hiroshi itu nama saya! Rumah saya di Gang Sakura. Hei, Pak...! Pak..?!"

Rasa takut Yuuto menghentak kan jantung. Terasa jantungnya tidak berdenyut lagi. Ia menjadi gemetar dan serba gugup.

Yuuto sesekali melihat korban yang kepalanya berdarah, sesekali memandang massa yang saling berkasak-kusuk, sesekali juga memperhatikan petugas yang sibuk mengurus keadaan sekeliling.

"Apakah betul korban itu adalah aku sendiri? Kalau begitu...? Kalau begitu aku ini sudah mati?!"

Ada seorang lelaki tua yang memperhatikan mobil sedan berwarna hitam itu. Supir mobil itu duduk di rerumputan bagai mengalami shock. Yuuto mendekati lelaki tua berbaju putih itu dan bercelana hitam itu.

"Pak, bapak bisa melihat saya?" tanya Yuuto kepada lelaki tua itu.

Lelaki berbaju putih itu mengangguk dan menjawab, "Bisa! Kenapa?"

Yuuto sedikit lega, tapi masih gugup. "Bapak mendengar saya bicara?"

"Mendengar!" jawab lelaki itu lagi.

Ia tidak merasa heran dengan pertanyaan itu, karena dia segera sibuk mendengarkan keluhan supir sedan berwarna hitam itu. Yuuto mengajak bicara bapak itu lagi.

"Pak, apakah menurut Bapak, korban yang mengendarai motor itu mirip saya?" tanya Yuuto lagi.

"Kenapa kamu tanya-tanya melulu sih?" jawab lelaki tua itu kesal.

Bapak itu agak jengkel dengan pertanyaan Yuuto, maka Yuuto tidak berani mengajaknya bicara lagi. Tetapi, ia merasa sedikit lega, karena ternyata ia masih dilihat orang dan suaranya masih bisa di dengar orang.

"Mobil ini menabrak motor itu ya, Bang?" Yuuto bertanya kepada seorang lelaki berkaos biru muda. Lelaki yang masih duduk diatas Vespa-nya sambil memegang helm. Lelaki itu diam saja, memperhatikan supir mobil sedan yang terbengong melompong.

Yuuto mulai sangsi pada dirinya. Dua orang tidak memberi jawaban, bahkan tidak mau mendengar kata-katanya. Kenapa? Kok aneh? Karena penasaran, Yuuto mendekati seorang gadis yang rupanya sudah sejak tadi memperhatikan kesibukan petugas dan massa di sekeliling tempat kejadian. Dua gadis yang berdiri agak jauh dari mobil sedan itu sempat memandang Yuuto, lalu keduanya saling berbisik sambil menyembunyikan lirikan matanya.

"Hai...,"sapa Yuuto. "Kenapa bisik-bisik? Ngomongin saya ya?" tanya Yuuto kepada dua gadis itu.

"Hmm... Ge'er!" jawab gadis bergaun kuning sambil mencibir.

Yuuto kembali lega, berarti suaranya memang masih bisa didengar orang.

"Kalian tadi lihat sendiri kecelakaan itu, ya?" tanya Yuuto.

Gadis bergaun kuning menggeleng. Yang ber T-shirt merah menjawab, "Kita baru datang kok."

"Kamu sudah lihat keadaan korban yang mengendarai motor itu?" tanya Yuuto.

"Memang kenapa kalau sudah lihat ke sana?" celetuk yang mengenakan T-shirt merah dengan gaya centilnya.

"Wajahnya mirip aku, nggak?" tanya Yuuto.

"Mirip!" jawab gadis berT-shirt merah itu.

"Pakaiannya mirip aku, Ya?" tanya Yuuto lagi.

"He, eh! Kenapa tanya-tanya segala sih? Mau kenalan ya?"

Yuuto tersenyum. Yang bergaun kuning berkata kepada temannya, "Kasihan ya, ganteng-ganteng kok matinya tragis begitu?"

"Berarti aku ganteng dong!" sahut Yuuto sengaja memperpanjang percakapan untuk menghibur hatinya yang tadi kebingungan.

***

Bersambung…

avataravatar
Next chapter