1 A. Keinginan Yang Membara

Monster hidup di area yang tidak dapat dijangkau oleh manusia biasa namun ada beberapa orang terpilih yang memiliki kekuatan besar dan mampu melawan monster, mereka adalah penyihir. Di sebuah desa yang damai dan tenang, seorang pemuda yang masih sangat muda, berusia 14 tahun tengah dilatih mati-matian oleh pria paruh baya.

Pemuda itu bernama Ariya Pino, seorang laki-laki yang memiliki bakat yang akan mengejutkan Benua Ils, ia hidup bersama pria paruh baya yang tengah melatihnya. Meski memiliki mana yang luar biasa besar, Pino belum mengetahuinya, dia hanya dilatih secara fisik oleh pria paruh baya bernama Ariya Balam, ayahnya sendiri.

Dilatih habis-habisan tanpa ada jeda waktu untuk beristirahat, fisiknya di tempa dengan hebat. Balam yang dulu hidup di medan perang, menjadi seorang prajurit yang tangguh dan pandai menggunakan pedang. Dia telah melalui kejamnya peperangan melawan manusia ataupun melawan para monster.

Meski di Benua Ils para penyihir sangat diagung-agungkan, para pejuang seperti Balam juga mendapatkan perhatian yang besar. Kekuatannya yang juga didukung oleh sihir menjadi sesuatu yang unik, inti sihir yang dimiliki Balam sendiri berwujud pedang sama seperti senjata yang sering kali ia gunakan, sehingga kemampuannya juga berasal dari sihir, hanya saja berbeda dari pengguna sihir kebanyakan.

Pino belum membentuk inti sihir, padahal dia memiliki mana yang sangat besar. Membentuk inti sihir bukanlah perkara mudah, banyak yang telah mencobanya namun gagal dan terpaksa menghilang dari dunia sihir sendiri. Mengetahui hal tersebut, Balam melatih Pino sangat keras, terkadang dia akan membentak dan marah hanya karena keteledoran yang ditunjukkan oleh Pino.

"Ayah... ini sungguh sulit, aku tidak bisa melakukannya terus menerus. Berapa lama lagi, aku harus berlatih seperti ini? Sudah bertahun-tahun, Ayah melatihku dengan pelatihan militer seperti ini, apa aku belum memenuhi syarat untuk berlatih sihir? Mau sampai kapan Ayah melarangku melakukannya?" begitu banyak pertanyaan yang ada di dalam benak Pino, dia sudah berlatih sejak umur 8 tahun dengan pelatihan seperti seorang prajurit, ia merasa jika dirinya sudah pantas untuk berlatih sihir.

Balam tidak ingin mengatakannya, namun dia paham betul apa yang dirasakan oleh Pino, bukannya dia tidak mengizinkan Pino untuk berlatih sihir, namun dia tidak ingin Pino mengalami kejadian yang sama dengan ibunya. Balam hanya bisa memperlambat Pino dalam berlatih sihir dengan cara mengajarinya ilmu pedang yang dia miliki.

Mau bagaimanapun darah lebih kental daripada air, dia yang memiliki bakat besar serupa dengan ibunya, tidak dapat dikekang lagi oleh Balam. Mau tidak mau, Balam pun mengizinkan Pino berlatih sihir namun dia harus bisa melewati ujian akhir, yakni melawannya dan menghindari salah satu serangannya, jika Pino mampu melakukannya, Balam tak memiliki hak untuk melarangnya lagi.

"Baik, kalau kamu bisa menahan serangan Ayah. Ayah akan mengizinkanmu berlatih sihir, kamu sudah berlatih di bawah bimbingan pejuang besar selama 6 tahun lamanya, kamu harusnya sudah bisa menunjukkan perkembangan yang lebih besar daripada pertarungan kita beberapa waktu lalu, ini tantanganmu yang ke 4, kamu sudah paham tentang kekuatan Ayahmu ini, tunjukkan perkembanganmu, Nak!!" ucap Balam, dia menarik keluar pedangnya, lantas mengacungkannya tepat ke wajah Pino. Walaupun Pino masih muda, dia sudah cukup tinggi dan hampir menyamai tingginya.

"Tentu, Ayah. Aku pasti jauh lebih baik dari sebelumnya, bersiaplah... aku akan memberikan yang terbaik," ujar Pino, dia mengambil pedang yang baru saja ia taruh di sebuah batu. Wajahnya sangat serius, sesaat setelah ia menggenggam pedang, ia mengeluarkan aura yang berbeda dari sebelumnya.

"Bagus... tatapan yang mantap. Kamu sudah berkembang, Nak, kamu bisa mengeluarkan aura pejuang di usia muda, bakatmu cukup baik. Sekarang tunjukkan seberapa jauh kamu telah berkembang, Nak, aku akan memberikan pukulan nyata," balas Balam, dia sedikit terkejut ketika melihat Pino mengeluarkan aura pejuang, yang mana itu tidak mudah untuk dilakukan.

Mereka berada di sebuah hutan, tepatnya di pinggiran Hutan Ashmoss. Hutan yang terbilang cukup berbahaya karena menjadi tempat tinggal beberapa monster yang cukup berbahaya, tempat ini dipilih Balam sebagai tempat tinggal karena dia ingin menjauhkan sihir dari Pino, dia tidak ingin mengalami hal yang sama seperti dulu, juga tidak ingin Pino mengalami nasib yang sama seperti teman dan pujaan hatinya.

Berada tak jauh dari rumah sederhana, di halaman depan rumah ada beberapa batu yang diambil dan disusun oleh Pino. Balam dan Pino saling berhadap-hadapan dan mengacungkan senjata, semilir angin yang cukup kencang menerpa mereka berdua, pepohonan yang rindang membuat suasana menjadi lebih hidup. Balam tidak menggerakkan tubuhnya, dia hanya diam dan menatap Pino, akan tetapi aura yang muncul dari tubuhnya memberikan tekanan pada Pino.

Itu bukan aura biasa namun aura yang telah ditempa melalui pengalaman hidup dan mati, ratusan pertempuran telah Balam lalui sampai dia bisa mendapatkan aura yang kuat seperti ini. Pino memantapkan hatinya, sudah berkali-kali dia berhadapan dengan Balam dan selama itu pula dia bisa merasakan betapa kuatnya Balam. Mengingat pertarungan pertamanya, Pino merasa sudah berkembang, pada pertarungan pertama saja, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan runtuh seketika, dia ingat betul pertarungan itu terjadi empat tahun lalu.

Selama waktu tersebut, Pino berlatih dengan sangat keras, ia menyembunyikan perasaannya yang ingin berlatih sihir dan memilih memperkuat tubuhnya seperti yang Balam minta, namun perasaan itu sama sekali tidak menghilang dan semakin kuat seiring waktu berjalan. "Ayah... kamu tahu, aku tidak akan bisa mengalahkanmu, dari dulu aku sangat ingin mempelajari sihir... namun Ayah selalu melarangku dan menjauhkanku dari sihir, sekarang aku akan menunjukkan hasil kerja kerasku selama ini yang mengikuti arahanmu, Ayah. Demi berlatih sihir aku akan melakukan semuanya, maaf aku harus mengalahkanmu, Ayah."

Pino melesat seperti panah, dia mengayunkan pedangnya dan menyerang Balam habis-habisan. Lima gerakan beruntun Pino lakukan, namun ia tak kunjung membuat Balam bergerak dari posisinya. Pino merasa tak berdaya, ia sudah mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam lima serangan itu, namun dia tidak bisa menggerakkan kaki Balam, Pino terus berusaha, dia menyerang dengan lebih gencar dan kuat lagi.

Setelah bertukar serangan sebanyak 20 kali, Pino mulai kelelahan, dia tidak sanggup menahan aura yang keluar dari Balam terlalu lama, apalagi dia harus menahan serangan balas dan waspada pada gerakan Balam yang tiba-tiba. Pino terdorong jauh dan terlempar setelah dia menahan sebuah ayunan kuat dari Balam. Pino menekuk lututnya dan menatap Balam dengan marah, dia tidak tahu sampai kapan lagi dia harus menahan keinginannya.

"Kamu berkembang tapi tidak terlalu pesat, Nak. Akan tetapi, semuanya sudah cukup, aku mengerti seberapa besar keinginanmu itu, aku akan memberikanmu izin untuk berlatih sihir namun kamu harus melewati sebuah ujian sebelum belajar... kamu harus membangunkan inti sihirmu terlebih dahulu, Ayah akan membawamu ke tempat itu," ucap Balam yang membalikkan badannya menahan air mata, dia tidak bisa melihat Pino yang tak berdaya, melihat tekadnya yang begitu kuat, Balam terpaksa mengizinkannya.

avataravatar
Next chapter