5 She had trauma

Piemento, Italy

Sebuah mobil sport berwarna hitam sedang melaju dengan kecepatan sedang, kedua sisi jalan dipenuhi dengan hutan lebat. Mobil itu memasuki gerbang yang cukup tinggi. Butuh waktu 30 menit untuk sampai disebuah kastil yang megah dan indah.

Seorang pria dengan setelan formal dan serba hitam turun dari mobil itu, ia pun berjalan memasuki kastil mewah itu. Seorang maid yang melihat kedatangannya langsung menunduk dengan hormat.

"Tuan" sapa maid itu dengan menunduk hormat

"Dimana Tuan besar bearada?" Tanyanya kepada maid tersebut.

Sang maid menjawab, "Tuan besar sudah menunggu anda diruangannya, Tuan."

Pria itupun mengangguk, kemudian ia berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Pria itu harus menaiki lift khusus yang langsung terhubung dengan ruangan yang ingin ia tuju. Sesampainya ia disana, seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan sedang duduk dikursi kebesarannya dengan ditemani secangkir kopi ditangannya.

Pria paruh baya itu menyadari kedatangannya, ia pun langsung bertanya kepada si pria,

"Apa kau sudah mendapatkan hasilnya?" Tanya pria paruh baya tersebut

Pria itu menunduk hormat dan menjawab, "Iya Tuan."

"Jadi, kapan ia akan tiba?" tanya seorang pria yang sudah tidak muda lagi itu.

"Tuan muda akan tiba sore ini, Tuan." ucap seseorang dengan hormat.

"Pastikan ia kembali dengan selamat!" Perintah pria itu.

"Sebenarnya apa yang anak itu lakukan di Madrid? Ia seharusnya sudah tiba disini tadi malam." Lanjut pria paruh baya itu.

"Tuan muda memanggil seorang pelukis terkenal, Tuan." Ujar pria itu

"Pelukis? Apa yang ingin dilukisnya? Apa dia ingin membuat lukisan dirinya sendiri?"

"Itu.... Saya kurang tahu, Tuan." Ucap pria itu, "Saya akan segera menyelidikinya."

"Tidak perlu, biarkan ia melakukan apa yang ingin dia lakukan. Kau boleh pergi."

Pria itu pun menunduk hormat kemudian keluar dari ruangan tersebut.

*********

Vladivostok, Rusia

Seorang wanita cantik tampak sangat gelisah, ia berjalan kesana kemari memikirkan apa yang harus ia lakukan.

"SIAALLLL!!" teriaknya.

"Bagaimana Xean bisa tahu? Dia selama ini berada di Swiss." ucap Oleandra.

'Ini semua gara-gara gadis kecil itu, seharusnya kubunuh saja dia seperti ibunya.' batinnya.

"Aku baru saja jadi nyonya besar di kastil ini, dan aku tidak akan melepaskannya begitu saja." Gumamnya.

Oleandra tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan Xean. Ia pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruangan Reagan. Sesampainya ia disana, Oleandra melihat suaminya sedang berkutat dengan beberapa berkas.

"Sayang apa kau sibuk?" tanya Oleandra. Reagan yang melihat istrinya tersenyum manis dan berkata,

"Aku akan selesai sebentar lagi, bisakah kau menungguku sebentar?" ucap Reagan.

Oleandra hanya tersenyum kemudian memasuki ruangan itu dan duduk di salah satu sofa yang ada disana. Tidak lama kemudian seseorang memeluknya dari belakang, dan menciumi tengkuknya dengan lembut.

"Aku sudah selesai, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Reagan dengan nada menggoda.

"Sebelum itu, aku ingin meminta satu hal padamu." ucap Oleandra, ia pun memegangi dada suaminya dengan gerakan sensual.

Reagan mengerang pelan, "Apa yang kau inginkan, Honey?" tanya Reagan sambil mengecup tengkung istrinya.

"Sudah 3 hari berlalu, bukankah sebaiknya kau melepaskan Varsha? Dia masih kecil, dia pasti sangat ketakutan diruangan yang gelap seperti itu." kata Oleandra lembut.

Reagan menghentikan aktifitasnya, kemudian menatap Oleandra.

"Apa kau yakin? Dia sudah sangat tidak sopan padamu sayang." ucap Reagan lembut.

"Dia seperti itu karena terpukul dengan kepergian Ainsley, itu hal yang wajar." ucap Oleandra.

"Baikalh jika itu mau mu, aku akan menyuruh Daniel melepaskan Varsha nanti." ucap Reagan.

Oleandra pura-pura tersenyum bahagia, dan memeluk Reagan. Padahal ia masih sangat kesal dengan Varsha. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain, pikirnya.

A few moments later. . .

Seorang pemuda berlari melewati lorong yang gelap, senyum kebahagiaan terpatri jelas diwajahnya.

"Vy!!!" Teriaknya

Varsha yang mendengar namanya dipanggil oleh seseorang langsung memalingkan wajahnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

'Xean?' Batinnya

"Vy are you oke?" Tanya Xean dengan nafas yang tidak teratur, ia terlalu bersemangat

"Tuan muda, Anda tidak perlu datang kemari. Saya akan membawa nona muda ke kamarnya." Ucap Daniel

"Tidak! Aku ingin menjemput adikku sendiri." Ujar Xean

"Ayo Vy! Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu, Aku juga sudah memanggil dokter Scotts untuk memeriksa kondisimu." Ujar Xean, ia pun kemudian mengulurkan tangannya dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

Varsha melihat uluran tangan itu dan juga wajah Xean bergantian. Haruskah ia mempercayai Xean seperti kata ibunya? Tapi apa yang sudah ia katakan pada Xean waktu itu sangat keterlaluan. Cukup lama Varsha memikirkan apa yang harus ia lakukan, sampai...

"Ayolah Vy, tanganku sudah pegal." Ucap Xean dengan wajah puppy eyesnya

'Baiklah! Aku akan mempercayaimu sekali lagi Xean." Ujar Varsha dalam hati

Ia pun meraih tangan Xean dengan sedikit tersenyum, Xean memapah Varsha perlahan. Ia sebenarnya sangat terkejut saat melihat keadaan Varsha, tapi ia sembunyikan kekhawatirannya. Ia tak ingin Varsha mengingat kembali kejadian itu dengan menanyakan kondisi Varsha lebih jauh, lebih baik ia mengetahuinya dari dokter nanti, pikirnya. Walaupun ia tahu, gadis kecil disampingnya ini tidak akan pernah melupakan kejadian itu.

Setelah mereka sampai dikamar Varsha, Xean pun membaringkan Varsha dengan sangat hati-hati. Ia takut menyakiti adiknya itu, mengingat lebam yang ada ditubuh Varsha.

"Apakah dokter Scotts sudah tiba?" Tanya Xean pada seorang maid

"Aku disini." Ucap seseorang

Ia adalah Eveelyn Scotts, wanita muda berusia 25 tahun. Ia adalah dokter keluarga Koch, keluarganya sudah turun temurun melayani keluarga Koch dalam hal medis. Eveely cukup dekat dengan Xean dan Varsha, ia sudah menganggap mereka seperti adiknya sendiri, ia sering datang untuk memeriksa kondisi Ainsley dulu.

"Bagus! Bisakah kau memeriksanya sekarang Ms.Scotts?" Tanya Xean

"Sure! Itu sebabnya aku berada disini Xean, and just call me Ev." Ucap Eveelyn

Eveelyn pun langsung memeriksa kondisi Varsha, ia cukup shock melihat lebam yang ada ditubuh gadis kecil dihadapannya ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi Xean? Kenapa Varsha mendapat luka lebam sebanyak ini? Dan juga luka bakar dibibirnya. Oh God!" Serunya, lalu memeriksa mulut Varsha.

"Is it bad?" Tanya Xean dengan nada khawatir

"You think? Whats happend to her?" Tanya Eveelyn lagi. Ia juga khawatir dengan Varsha

"Di-"

"Dia jatuh dari tangga, dan tidak sengaja minum air panas." Sela seorang pria paru baya

"Dad? Apa yang ka-"

"Bagaimana kondisinya?" Sela Reagan lagi

Ia datang karna khawatir Xean akan mengatakan yang tidak-tidak kepada Eveelyn. Ia pun menatap Varsha dengan tatapan dingin, begitu pun Varsha melihat Reagan. Keduanya saling menatap beberapa saat

"Kondisinya cukup buruk Tuan." Ujar Eveelyn. "Varsha, cobalah berbicara secara perlahan. Jangan dipaksakan." Lanjutnya

Varsha mencoba berbicara, tapi ia tak mampu mengeluarkan suaranya.

"Its oke. Jangan dipaksakan, Aku akan meresepkan beberapa obat dan salep untukmu." Ujar Eveelyn kemudian

"Lebam ditubuh Varsha cukup parah, dan ia tidak mendapatkan perawatan yang tepat pada waktunya. Dan juga, Varsha mengalami kebisuan sementara."

Lanjutnya

"Kebisuan sementara? Maksudmu Vy tidak akan bisa berbicara lagi? Apa dia bisa sembuh? Apa yang menyebabkannya menjadi bisu?" Tanya Xean khawatir

"I think... She had trauma. Jika Varsha mendapatkan perawatan dan melakukan terapi sesegera mungkin, kemungkinan kesembuhannya lebih besar." Jelas Eveelyn "Jangan khawatir, Vy gadis yang kuat. Tebuslah obat ini, dan pastikan Varsha meminum obatnya tepat waktu." Lanjutnya seraya memberikan resep obat kepada Xean

Eveely pun pergi setelah menyelesaikan tugasnya, setelah kepergian Eveelyn Varsha mencoba membaringkan tubuhnya dengan posisi miring, ia tidak ingin melihat Reagan.

"Setidaknya ia tidak akan berbicara kurang ajar lagi mulai sekarang." Gumam Reagan, perkataannya masih bisa didengar oleh Xean dan Varsha

"Dad, what are you talking about?" Tanya Xean kesal

Reagan tidak menjawab dan langsung keluar dari kamar Varsha.

"Jangan dipikirin perkataan Daddy barusan Vy, aku akan pergi menebus obatmu. Tunggu sebentar, oke?" Ucap Xean lembut. Setelah itu ia keluar dari kamar Varsha

Varsha mencoba untuk tidur, mulai sekarang apapun yang Reagan katakan, akan dianggapnya sebagai angin lalu. Ia sudah menganggap ayahnya mati saat Reagan memukulnya hari itu. Saat Varsha mencoba menutup matanya, tiba-tiba ponsel yang ia sembunyikan dibalik bajunya bergetar

Drrrtt... Drrtt... Drrtt

Ia pun membuka ponsel itu, dan membaca pesan yang tertera disana

avataravatar
Next chapter