12 Kidnapping

Seorang pemuda terlihat sedang memanjatkan do'a didepan sebuah makam, setelah sebelumnya ia meletakkan rangkaian bunga lily putih didepan makam tersebut. Ainsley Brianna Koch, itulah nama yang tertera di batu nisan tersebut.

"Hai Tante Ainsley, bagaimana kabarmu?" Ucap Xean didepan makam Ainsley, Xean sedikit berjongkok untuk mengelus batu nisan Ainsley. Pemuda itu tersenyum hangat, senyuman teduh yang selalu ia tunjukkan untuk orang-orang yang ia kasihi.

"Maaf baru mengunjungi anda sekarang Tante Ainsley, padahal sudah cukup lama saya berada diRusia." Ucap Xean lagi, ia lalu melirik Varsha. Gadis itu hanya diam, dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Dan juga, aku minta maaf karna tidak bisa menjaga Vy dengan benar Tante. Sekarang ia sedang sakit dan ia kehilangan kempampuan untuk berbicara karna trauma. Ini semua karna saya yang tidak becus menjaganya, saya benar-benar minta maaf Tante Ainsley." Lirih Xean, hatinya benar-benar sakit saat mengingat kejadian yang menimpa Varsha. Pemuda itu kembali tersenyum seraya berkata,

"Tapi Tante jangan khawatir, sekarang aku akan menjaga Vy dengan nyawaku sendiri. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukainya." Ucap Xean penuh tekad, pemuda itu kembali berbicara ringan dengan makam Ainsley.

Sementara itu, Varsha hanya melihat Xean dengan tatapan kosong. Pikiran gadis itu sedang tidak berada di raganya ternyata, terlihat saat Xean memanggilnya tapi hanya kesunyian yang didapati pemuda tersebut. Tidak ada respon apapun yang diterima Xean.

Hingga akhirnya Xean menyentuh pundak Varsha, barulah gadis itu menatap Xean bingung.

"Apa yang kepala kecilmu ini pikirkan, Vy?" Ucap Xean tersenyum geli

"Aku sudah selesai berbicara dengan Tante Ainsley, sekarang giliranmu. Aku tahu pasti banyak yang ingin kau sampaikan, bukan?" Tanya Xean lembut, ia lalu mengusap kepala Varsha sayang. Varsha menatap lekat pemuda dihadapannya ini, mendapati tatapan seperti itu Xean menjadi bingung. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Jangan menatapku seperti itu Vy. Kau pasti ingin berbicara berdua dengan Tante Ainsley kan? Baiklah, aku akan meninggalkanmu disini. Akan ku tunggu dimobil. Take your time." Setelah mengatakan itu Xean pergi meninggalkan Varsha, pemuda itu berpikir mungkin Varsha membutuhkan waktu berdua dengan ibunya.

Varsha menatap lekat punggung Xean yang semakin menjauh dari pandangannya.

'Jangan terlalu merasa bersalah Xean, karna aku akan segera membalas semuanya. Tanpa terkecuali.' Ucap Varsha dalam hati.

Sekarang pandangan gadis itu beralih ke bunga mawar hitam yang ada di tangannya. Ia lalu menghampiri makam sang ibu tercinta, gadis itu bersimpuh untuk mengelus batu nisan sang ibu.

'Aku datang Mom.' Ucap Varsha dalam hati

'Maaf jika aku tidak mengunjungimu selama ini, dan juga maaf karna aku datang dengan penampilan seperti ini.' Batin gadis itu seraya meraba area bibirnya yang masih terdapat beberapa bekas luka bakar.

'Tapi jangan khawatir Mom, karna mulai sekarang aku akan baik-baik saja. Bukan karna Xean yang akan menjagaku, tapi aku akan menjaga diriku sendiri. Dan akan ku cari keadilan untuk kematianmu yang tidak adil ini. Aku bersumpah untuk itu, Mom.' Tekadnya

Saat Varsha sedang mengelus ukiran nama ibunya dibatu nisan, tiba-tiba seseorang membekap Varsha. Gadis itu terkejut dan mencoba untuk melepaskan diri. Tapi sayang tenaganya kalah jauh dari pria yang berniat menculiknya.

Perlahan kesadaran Varsha menghilang, pria tersebut langsung membopong tubuh mungil Varsha menuju sebuah mobil yang sedang menunggunya tidak jauh dari tempat makam Ainsley.

"Apa ada yang melihat?" Tanya seorang pria yang menunggu didalam mobil

"Tidak ada, pemuda yang bersama gadis ini meninggalkannya sendiri dan menunggu dimobil. Jadi pekerjaanku lebih mudah." Jawab pria yang membekap Varsha.

"Bagus, kita ke markas sekarang." Mobil itu pun pergi meninggalkan area pemakaman.

**********

Piemento, Italy

"Aku tidak akan mau melakukan pemotretan ditempat yang sama lagi dengan gadis itu, Kell." Ucap seorang gadis.

"Easy Zel, aku tahu kau marah dengan Valerie. Tapi apakah harus sampai seperti ini?" Tanya seseorang yang bernama Kelly, ia adalah managernya Hazel.

"i don't care, keputusanku sudah bulat. Suruh sutradara itu memilih, tapi yang jelas aku tidak akan bergabung jika masih ada gadis itu." Putus Hazel.

"Fine. Aku akan mengurus semuanya, sekarang kau pulanglah dan istirahat. Kau kelihatan lelah." Ucap Kelly lembut.

Hazel hanya mengangguk, lalu ia berjalan untuk menghampiri Drystan yang sudah menunggunya dimobil.

"Ayo Zael, kita pulang." Ucap Hazel dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Maaf." Ucap Drystan pelan, namun itu masih bisa didengar oleh telinga Hazel.

"Hm? Kau minta maaf untuk apa Zael?" Tanya Hazel bingung

"Well, aku sudah membuat onar ditempat kerjamu Princess." Ucap Drystan, ia sedikit merasa bersalah mengingat ini adalah tempat kerja Hazel.

Hazel tergelak, ia tidak menyangka jika Drystan akan minta maaf padanya padahal ini bukan salah Drystan.

"It's oke Zael, ini bukan salahmu. Lagipula siapa yang bisa menolak pesonamu, huh?" Goda Hazel

Drystan tersenyum geli, "Termasuk dirimu kan?"

"Hell no ya, aku tidak termasuk. Aku sudah cukup bosan melihat wajahmu." Ucap Hazel dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Tapi sepertinya, hubunganmu dengan gadis bernama Valerie itu tidak baik. Apa kau ada masalah dengannya, Princess?" Tanya Drystan penasaran, karna ia tahu Hazel adalah tipe gadis yang humble dengan semua orang berbanding terbalik dengannya.

Hazel menarik napas lelah, hubungannya dengan Valerie memang tidak bagus. Itu semua bermula saat Hazel memenangkan Award dalam kategori model cilik pendatang baru terbaik. Bahkan saat itu Hazel sudah membawa pulang 3 penghargaan sekaligus padahal ia baru satu tahun berada di Dunia modeling.

Sejak saat itu Valerie selalu mengganggunya bahkan sampai merusak pakaian yang akan ia kenakan. Hazel sengaja tidak memberitahu keluarganya masalah ini, bagaimanapun ia tidak ingin Valerie kehilangan pekerjaannya hanya karna rasa iri yang ia miliki. Karna Hazel tahu apa yang akan Daddy nya perbuat jika dia tahu masalah itu. Itu sebabnya Hazel hanya memberi sedikit peringatan kepada Valaerie, dan sepertinya itu berhasil, karna gadis itu tidak pernah menganggu Hazel lagi.

"Hhhmm, bukan masalah besar Zael. Kau tidak perlu khawatir."

"Benarkah?" Tanya Drystan lagi, ia memicingkan matanya. Hazel tidak pandai berbohong, jadi dia yakin pasti ada sesuatu.

"Iya benar. Sudah ayo, Mamma menyuruh kita pulang cepat. Dia pasti sudah menunggu kita Zael." Hazel mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Fine, let's go home." Lalu Drystan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan yang sudah mulai gelap.

'Jika kau tidak ingin mengatakannya, aku akan mencaritahu sendiri, Princess.' Batin Drystan dengan senyum misteriusnya.

************

Seorang wanita memasuki kamar disebuah rumah sakit, disana ada seorang gadis tengah berbaring lemah dan juga seorang perawat.

"Kau sudah menyutikkannya sesuai dosis?" Tanya wanita itu

"Sudah Dok, saya melakukannya sesuai arahan Anda." Jawab perawat tersebut.

"Lalu bagaimana kondisinya?"

"Seperti dugaan Anda, kondisinya semakin melemah."

'Obat ini bekerja dengan baik, lalu apa yang salah? Aku bahkan sudah melakukan uji coba terhadap manusia juga. SHIT!' Batin wanita itu kesal

"Perhatikan terus perkembangannya dan laporkan padaku." Perintah wanita itu, lalu ia pergi meninggalkan kamar tersebut dengan perasaan campur aduk.

avataravatar
Next chapter