8 Chapter 8

Langit mulai menggelap, saat ini Miska sedang berada di parkiran kantor polisi. Sudah tiga jam lebih ia berada disini untuk menunggu seseorang yang tak kunjung keluar, ia sudah seperti penguntit saja. Semenjak kejadian tadi siang dikantornya, Miska mulai khawatir dengan dirinya sendiri dan juga keluarganya, bisa saja pria itu membunuh anggota keluarganya lagi. Maka dari itu tidak akan ia biarkan lelaki itu membunuh keluarnganya lagi, ia akan meminta bantuan Randy untuk menangkap pria itu, selama pria tersebut masih belum ditangkap ia rasa kehidupannya akan dibawah ancama pria tersebut.

Miska tahu Randy sepertinya tidak suka jika ia berada didekat pria itu, sikap ketus lelaki itu membuat Miska sedikit takut untuk mendekatinya. Tapi apa boleh buat, ia harus berani meminta pertolongan dari Randy, karena ia yakin Randy bisa menolongnya dari ancaman pria penculik itu.

Seseorang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya keluar juga, pria itu berjalan kearah parkiran menuju mobilnya, buru-buru Miska keluar dari mobil dan berlari ke arah Randy. Baru saja lelaki itu akan menutup pintu mobilnya tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kaca jendela mobilnya.

"Kamu? Ngapain disini?" Randy keluar dari mobilnya.

Miska menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hmm… ada sesuatu yang ingin ku sampaikan." Jawab Miska dengan suara pelan, entah kenapa saat ini ia sangat gugup sekali berhadapan dengan Randy.

"Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu." Jawab Randy dengan ketus melihat jam yang ada ditangannya.

"Bisakah aku meminta tolong padamu?" tanya Miska menaikkan kepalanya menghadap Randy.

"Minta tolong apa?"

"Aku ingin meminta bantuanmu, seorang pria tadi datang ke kantorku dia mengancamku. Orang itulah yang telah membunuh kakakku dan dia juga orang sama yang telah menculikku. Aku takut dia akan membunuh keluargaku juga." Ujar Miska dengan menggenggam tangan Randy.

"Kau tahu darimana pria itu yang telah membunuh kakakmu? Apakah kau punya bukti? Kau tahu polisi saja sudah menutup kasus kematian Michael karena tidak dapat menemukan siapa yang telah membunuh kakakmu, lalu bagaimana bisa kau bilang kalau kau bertemu dengan si pembunuh itu, tidak masuk akal. Kau terlalu parno mengenai penculikan itu, tenanglah mereka semua masih dipenjara." Ujar Randy Panjang lebar, kemudian ia masuk kembali kedalam mobilnya.

"Tunggu, aku tidak parno. Itu semua benar adanya kau harus membantuku, penjahat itu sangat dekat denganku ia selalu mengawasiku, aku yakin polisi dapat menangkapnya." Ujar Miska berusaha meyakinkan Randy.

"Kau membuang-buang waktu ku."

"Apa? Huh…kau pikir ini masalah sepele? Nyawa keluargaku menjadi taruhannya dan kau tidak mau membantu? Apakah kau tahu tugas polisi? Aku jadi tidak yakin kalau kau ini seorang polisi, kau sama saja dengan penjahat tidak punya hati." Setelah meluapkan emosinya, Miska pergi berlalu dari hadapan Randy. Ia akan berusaha mencari tahu sendiri siapa pelakunya, ia tidak membutuhkan bantuan polisi.

***

Saat ini ia berada di dalam mobilnya. Baru saja ingin menyalakan mobil tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

"Hallo, siapa ini?" ucap Miska saat ia menjawab panggilan telepon.

"Mencari bantuan huh… jauhi polisi itu, tidak ada yang bisa membantumu." Ucap seseorang dibalik panggilan tersebut.

Miska melihat ke sekeliling jalan, ia mencari keberadaan si penelpon. Bagaimana pria itu tahu ia sedang mencari bantuan, apakah pria itu mengikutinya terus? Miska merasa sangat ketakutan.

"Kau? Apa mau mu sialan, kenapa kau mengikutiku."

"Tenanglah, ingat jika kau berani meminta bantuan polisi lagi maka salah satu keluargamu akan menerima akibatnya."

"Aku tidak akan membiarkanmu bajingan, mati saja kau." Umpat Miska kesal, ia langsung mematikan panggilan tersebut.

"Apa yang harus ku lakukan, dimana aku harus mencari kotak hitam yang diinginkannya itu."

"Arghhhhh…..sial…sial, kenapa hidupku jadi seperti ini, Michael apa yang telah kau lakukan, mengapa kau memiliki musuh." Ucap Miska frustasi membayangkan kehidupannya.

Mengemudikan mobilnya tanpa tujuan yang pasti, Miska tidak tahu ia harus kemana. Saat ini ia ingin sekali menghilangkan beban pikirannya.

Melewati gelapnya malam, ia masih mengelilingi kota tanpa tujuan, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke club malam.

Memarkirkan mobilnya di depan gedung club malam terkenal di kotanya, Miska keluar dari mobilnya. Ia memasuki pintu club yang dijaga ketat oleh penjaga keamanan club itu. Dengan masih mengenakan pakaian kerja, ia duduk di depan meja bar memesan minuman yang dapat menghilangkan beban pikirannya saat ini.

Matanya menyusuri para pengunjung club yang sangat penuh dengan para wanita berpakaian minim, ia melihat ke sebelah kiri sofa di ujung sana di penuhi dengan banyak lelaki dan ada satu wanita ditengah para pria-pria itu, ia sangat muak melihat wanita jalang seperti itu mencari pria kaya untuk dimanfaatkan dan akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Seperti ibunya paman Ardi yang menjadi perusak ketenangan keluarga Syalendra, bisa-bisanya kakeknya berselingkuh dengan wanita licik seperti itu.

Miska meminum minumannya hingga tandas, ia kemudian berjalan kearah dance floor rasanya ia ingin sekali menari melepaskan penat ditubuhnya. Dengan kesadaran yang mulai menipis ia menari ditengah kerumunan, banyak tangan-tangan nakal yang mencoba menyentuhnya saat ini. Hingga ia merasa ada seseorang yang menyentuh bokongnya, dengan kesadaran yang menipis ia mencoba mendorong pria itu dengan tenaganya. Pria tersebut jatuh tersungkur ke lantai diantara banyaknya manusia yang ada di dance floor itu, tiba-tiba suara kegaduhan terdengar ternyata pria itu sedang dihajar oleh seorang pria yang Miska tidak tahu itu siapa karena pria itu membelakanginya.

"Stop stop." Ujar Miska yang melihat pria yang tadi ia dorong sudah babak belur. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh pria yang tadi menghajar lelaki mesum itu.

Dengan tertatih-tatih melangkah mengikuti langkah pria yang menarik tangannya hingga menuju keluar club. Saat berada diluar tangannya dihempaskan oleh lelaki itu hingga tubuh Miska tersungkur ke mobil yang terparkir. Dengan cepat ia menoleh ke depan untuk melihat pria yang sudah berbuat kasar padanya, betapa terkejutnya ia ternyata lelaki tersebut adalah orang yang menculiknya, lelaki yang tadi siang datang ke kantornya dan mengancamnya saat ini berada didepannya.

"Kau…apa yang kau lakukan huh." Ucap Miska berusaha berdiri kembali.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kau lakukan disini. Apa kau sudah gila?" ucap lelaki itu dengan emosi.

"Terserahku aku mau kemanapun itu bukan urusanmu, kenapa kau selalu mengikutiku."

"Jika tidak ada aku tadi disana, kau pasti sudah berada di kamar hotel saat ini jadi berterima kasihlah pada ku." Ucap pria itu dengan sombong.

"Apa kau sudah gila? Aku berterimakasih pada seorang penculik." Tunjuknya pada lelaki itu.

"Ku peringatkan padamu berhentilah mengikutiku atau aku akan melaporkanmu pada polisi." Ucap Miska berjalan mencari keberadaan mobilnya.

Saat berjalan tangan Miska kembali ditarik pria itu.

"Lepaskan aku bajingan, lepaskan." Miska berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman tangan pria itu.

"Jika kau berani melaporkanku ke polisi, maka adikmu yang akan menerima akibatnya." Ancam pria itu masih mencengkram kuat tangan Miska.

Miska diseret kembali menyebrangi jalan menuju mobil yang berada disebrang jalan.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan mereka, pintu mobil itu terbuka dan keluarlah seseorang yang sangat Miska harapkan muncul sejak tadi. Randy berjalan dan menghajar pria yang masih mencengkram tangannya. Pria tersebut jatuh ke aspal jalan dan cengkraman dipergelangan tangan Miska akhirnya terlepas. Seorang wanita keluar dari mobil yang tadi dikendarai Randy, wanita itu berlari kearah Miska berusaha melindungi Miska dari pria penculik itu.

"Are you okay?" tanya wanita itu melihat pergelangan tangan Miska.

"Siapa wanita ini, kenapa ia berada di mobil yang sama dengan Randy. Apakah wanita ini adalah kekasih Randy, baru saja aku merasakan cinta ternyata yang dicintai sudah memiiki orang lain, sakit sekali hatiku." Batin Miska di dalam hati.

"I'm okay, thanks." Ucap Miska setelah sedari tadi hanya berdiam diri.

avataravatar
Next chapter