6 Chapter 6

Sesampainya didepan rumah Syalendra, Miska keluar dari mobil Randy berjalan ke samping pintu kemudi.

"Terimakasih sudah mengatarkanku pulang, hmm…terimakasih juga telah menyelamatkanku dari penculik-penculik itu. Aku akan balas kebaikanmu, apa kau mau sesuatu?" tanya Miska memandang wajah Randy yang masih duduk di dalam mobil.

"Tidak perlu, kau masuklah aku akan menunggu disini." Jawab Randy mengamati sekeliling perumahan.

"Baiklah, aku masuk dulu."

Memasuki pekarangan rumah, Miska sesekali melihat ke belakang untuk melihat Randy.

"Yaampun perasaan apa ini, stop. Aku harus fokus mencari bukti orang yang telah membunuh Michael, bukannya malah mengurusi hati." Gerutu Miska pada dirinya sendiri.

Saat akan membuka pintu ternyata pintu tersebut telah dibuka oleh Mina, asisten rumah tangganya.

"Nona Miska, anda sudah ditunggu Nyonya Almira diruang keluarga." Ucap Mina mengambil jaket yang dikenakan Miska.

Miska berjalan kearah ruang keluarga, ia melihat seluruh keluarganya sudah berada disana. Ternyata mereka semua sudah tahu Miska pulang karena ruangan tersebut mengarah langsung ke arah taman yang ia lewati tadi.

"Ada apa ini?" tanya Miska melihat seluruh keluarganya.

"Kau dari mana saja? Kenapa semalam tidak pulang? Dan seharian tidak ada dikantor, dari mana saja kamu Miska?" Tanya Almira melihat putrinya yang sedikit pucat.

"Seharusnya aku yang bertanya kepada kalian semua, kemana saja kalian saat aku menghubungi kalian. Aku diculik dan hampir mati, tapi lihatlah kalian disini sedang berkumpul." Jawab Miska sedikit emosi mengingat kejadian ia menelpon keluarganya saat diculik.

"Apa?" teriak seluruh keluarganya dengan raut wajah terkejut.

"Sudahlah aku sangat lelah, aku ke kamar dulu." Ujar Miska menuju lantai atas kamarnya.

Melodi yang cemas melihat kakaknya dengan wajah pucat, menyusul Miska ke kamarnya.

Tok…Tok.... bunyi ketukan pintu, tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Melodi langsung memegang gagang pintu tersebut dan membukanya.

Bunyi pintu berderit pertanda ada yang masuk. Miska mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya, tetapi ia terlalu malas untuk membuka matanya, ia sudah sangat mengantuk dikarenakan dua hari tidak bisa tertidur.

"Kak… apa kau baik-baik saja?" tanya Melodi melihat punggung kakaknya berbaring diatas tempat tidur.

Miska berbalik menghadap ke arah Melody.

"Kau bisa menilainya sendiri apakah aku baik-baik saja atau tidak." Jawab Miska dengan wajah sayu.

"Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi denganmu selama dua hari ini, kau butuh suntik vitamin?" tanya Melodi mencemaskan kakaknya yang sangat terlihat kelelahan.

"Tidak perlu, aku hanya butuh istirahat. Bisa kah kau keluar?" ucap Miska memandang ke arah pintu agar Melodi segera keluar dari kamarnya.

"Baiklah, jaga kesehatanmu kak." Ucap Melodi berjalan keluar kamar Miska.

Setelah kepergian Melodi, Miska menegakkan tubuhnya menyender di kepala ranjang, ia memikirkan apa motif para penculik tersebut. Selama dua hari ia diculik sama sekali tidak ada ancaman apapun yang keluar dari mulut penculik tersebut.

"Siapa yang menyuruh mereka? Bahkan mereka sama sekali tidak mengatakan apapun alasan aku berada disana."

Dengan mata yang sudah lelah akhirnya Miska memutuskan untuk tidur saja daripada harus memikirkan penculik itu.

***

Pagi hari Miska bersiap untuk datang ke kantor polisi, berjalan menuruni tangga ia menuju ke arah ruang makan.

"Pagi semua." Sapa Miska sambil mengecup pipi Ayah dan Ibunya.

"Pagi sayang, kamu mau ke kantor seperti ini?" tanya Almira melihat pakaian putrinya yang memakai celana jins hitam, kaos dan jaket kulit. Tidak biasanya Miska berdandan seperti ini saat pergi ke kantor.

"Aku mau ke kantor polisi mom, ada yang harus diurus mengenai masalah penculikan itu." Ucap Miska sambil meletakkan selai diatas rotinya.

"Mama akan hubungi pengacara untuk urus kasus penculikan kamu sayang."

"No, tidak perlu mom. Aku bisa handle sendiri."

Miska memakan rotinya dengan terburu-buru, setelah ia menghabiskan roti dan susunya ia segera bangkit dari kursi.

"Dad, Mom aku pergi dulu bye." Ucapnya berjalan keluar rumah menuju basement mobilnya. Saat memasuki mobilnya ponsel Miska berdering, segera ia menjawab panggilan tersebut.

"Hallo"

"Miska…Miska, kau tidak akan lolos begitu saja."

Dengan panik Miska melihat nomor panggilan tersebut, tetapi tidak ada nomor yang tertera.

"Siapa ini?"

Tut…tut..tut. panggilan terputus.

"Sial bagaimana ini, kalau aku mengendarai sendiri bisa jadi mereka datang dan menculik ku lagi." Ujar Miska dilanda kepanikan. Buru-buru ia memanggil sopirnya.

Diperjalanan menuju kantor polisi, Miska duduk dengan gelisah sepanjang jalan ia melihat kebelakang mobilnya takut jika ada yang mengikuti mereka.

Sesampainya di Gedung kantor polisi, Miska segera masuk ia ingin melaporkan nomor yang telah menguhubunginya tadi. Dengan langkah terburu-buru ia menuju langsung ke arah ruangan Randy tanpa melapor terlebih dahulu.

Mengetuk pintu tiga kali, Miska langsung membuka pintu ruangan tersebut. Ia melihat Randy yang duduk di balik meja kerjanya lalu segera menghampirinya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?" tanya Randy dengan dingin.

Dengan gugup Miska menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

"Hmmm… tidak ada, tadi aku terburu-buru langsung masuk kesini ada sesuatu yang ingin ku sampaikan." Ucap Miska melihat ke arah Randy yang hanya tertunduk mengerjakan sesuatu yang ia tidak tahu itu apa.

"Kau tidak boleh masuk kesini sebelum diizinkan, ini bukan ruangan yang bisa seenaknya orang luar bisa masuk kesini." Randy menegakkan kepalanya menghadap Miska dengan sorot mata tajam.

Baru saja Miska ingin mengucapkan sesuatu, tetapi seorang polisi masuk kedalam ruangan tersebut dan duduk di meja disamping Miska berdiri.

"Hey pagi sekali kau datang." Tanya polisi tersebut yang Miska ketahui namanya Andre.

Miska tidak ingin menjawab pertayaan Andre, saat ini ia ingin mengatakan ancaman orang yang menelponnya tadi.

"Saat aku ingin menuju kesini seseorang menelponku dan mengancamku. Aku yakin dia orang yang menculik ku."

"Kau punya bukti apa sampai yakin yang menelponmu itu penculik?" tanya Randy.

"Aku tidak tahu mengapa tidak ada nomor panggilannya, tapi kau bisa melacaknya." Jawab Miska sambil menyodorkan ponselnya ke arah Randy.

Randy menerima ponsel Miska dan segera menguhubungi pihak IT untuk melacak nomor tersebut. Sesampainya polisi wanita yang sepertinya ahli IT yang dihubungi Randy tadi, akhirnya polisi tersebut melacak nomor ponsel yang tadi menelponnya.

Hingga dua jam lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melacak nomor panggilan tersebut dan tidak membuahkan hasil, nomor tersebut tidak terdeteksi sama sekali.

"Aku yakin yang menelpon ku tadi adalah pemimpin penculik itu, suaranya sama." Ucap Miska dengan penuh keyakinan.

"Baiklah kita akan memaksa mereka untuk mengatakan siapa bos mereka, Andre kau paksa lagi mereka untuk mengakui." Ucap Randy menulis sesuatu di papan tulis mini yang ada di belakang kursinya.

"Aku rasa mereka tidak akan mengakui siapa bos mereka. Mereka seperti sudah di ultimatum jika tertangkap tidak boleh berbicara apapun." Jawab Andre mendekati meja Randy.

"Kita harus bicarakan masalah ini dengan ketua." Ujar polisi wanita yang bernama Ranti.

"Oke baiklah nona, kau bisa pulang sekarang. Jika ada perkembangan kasus akan kami hubungi." Ucap Randy memandang pintu agar Miska segera pergi.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi." Ujar Miska segera pergi dari ruangan tersebut.

Andra menepuk Pundak Randy.

"Kau ini bagaimana sih cuek sekali dengan wanita cantik."

Randy tidak menanggapi ocehan Andre dan memilih melanjutkan pekerjaannya.

avataravatar
Next chapter