5 Chapter 5

Di kediaman Syalendra, semua keluarga berkumpul di ruang makan.

"Kemana Miska? Kenapa semalam ia tidak pulang?" tanya Almira pada semua orang yang berada di meja makan.

"Tidak tahu ma, mungkin dia ada pekerjaan di luar kota." Ucap Melody sambil memainkan ponselnya.

"Aku rasa dia kembali bekerja menjadi model." Ujar Ardi menatap semua mata keluarga yang sedang memandangnya.

"Apa maksudmu Ardi." Ucap Sarah menggenggam garpu.

"Tadi pagi aku ke kantornya dan kata sekretarisnya ia tidak ada di kantor sejak semalam, kita tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Aku rasa dia bosan menjadi direktur." Ujar Ardi mengambil minumannya di atas meja sambil menaikkan alisnya.

"Diamlah, Miska sudah bekerja cukup keras, jangan samakan dia denganmu."

"Harusnya mama mempercayakan perusahaan kepadaku, Miska belum memahami segalanya. Ia bisa saja merusak segalanya yang telah dibangun."

"Kau tidak lebih hebat dari siapapun, kalaupun bukan Miska yang menjadi direktur, aku tetap tidak akan menyerahkan hartaku kepadamu."

"Kenapa? karena aku bukan anakmu? kau selalu saja seperti itu, aku bagian dari keluarga ini juga, kenapa kau tidak pernah menganggapku. aku muak dengan sikapmu." ujar Ardi menghentakkan tangannya ke meja yang menimbulkan suara nyaring.

"Jaga bicaramu, jangan melewati batasmu Ardi."

"Sudah cukup, kau Ardi lebih baik pergilah." ucap Almira menengahi pertikaian antara keduanya.

"Ya ya anak tiri lebih baik di luar, kalian lihat saja aku tidak akan tinggal diam dengan sikap kalian semua."

"Kau merusak mood ku saja." Ucap Sarah berdiri, ia sudah tidak berselera untuk makan.

"Oma, mau kemana? makanannya belum habis."

"Aku sudah tidak berselera lagi." melangkah pergi meninggalkan ruang makan.

***

Disisi lain, di rumah kecil tidak berpenghuni dengan di kelilingi pohon-pohon lebat. Para polisi yang sedang bertugas untuk menyelamatkan seorang wanita yang sedang di sandera, mereka berpencar untuk mengepung ruang gerak penjahat-penjahat tersebut.

Dengan gerakan hati-hati seorang polisi melihat situasi di dalam rumah tersebut, lalu ia mengarahkan tangannya pertanda untuk memulai tindakan penyelamatan. Dengan gerakan cepat seorang polisi mendobrak pintu tersebut, berpencar untuk mencari keberadaan wanita yang disandera, baku hantam terjadi antara polisi dengan kawanan penculik.

Sementara seorang polisi terus mencari tempat dimana wanita itu disandera. Setelah menemukan target, polisi tersebut langsung mendobrak pintu tersebut, tetapi perempuan tersebut dijaga oleh lelaki bertubuh besar yang sedang menyodorkan pistol ke arah kepala Miska. Maka polisi tersebut harus lebih berhati-hati untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut.

"Angkat tangan, tempat ini sudah dikepung. Kau tidak akan bisa lolos dari sini." Ucap polisi tersebut.

"Hahaha…. Kau mau mengancamku? Jika aku mati, maka wanita ini pun akan mati." Ujar lelaki tersebut masih menggenggam pistol di kepala Miska.

Miska sangat ketakutan dikarenakan pistol tersebut tepat berada di samping kepalanya, saat lelaki tersebut tertawa menjawab polisi tersebut, pistol itu bergerak di kepalanya membuat Miska merasa sangat takut apabila pelurunya keluar.

Dengan gerakan cepat polisi tersebut menembak tangan kanan penculik tersebut saat lelaki itu lengah. Tepat peluru tersebut mengenai tangan lelaki itu, pistolnya jatuh ke lantai. Tetapi, tangan kiri lelaki tersebut langsung menarik leher Miska.

Miska sangat ketakutan saat lehernya di cengkram kuat oleh penculik itu, penglihatannya langsung menghitam saat ia mulai merasa kehabisan oksigen.

"Kau salah mengambil langkah yang salah pak polisi, aku sudah memperingatkanmu jika aku mati disini maka wanita ini akan mati bersamaku, jika kau melukaiku maka akan kubuat dia terluka juga." Ucap lelaki tersebut dengan senyuman smirknya.

Tiba-tiba polisi tersebut menerjang kaki lelaki tersebut hingga tersungkur, cengkraman di leher Miska pun terlepas. Polisi tersebut menghajar lelaki tersebut, walaupun tangan penculik tersebut sedang terluka tetapi kekuatannya masih ada untuk melawan polisi tersebut. Baku hantam antara polisi dan penculik itu masih berlangsung, hingga penculik tersebut berhasil menggenggam kembali pistolnya yang sempat terjatuh dan akan menembakkannya pada polisi tersebut.

Dengan tangan yang masih diborgol, Miska mencari alat untuk melawan penculik tersebut, hingga ia menemukan besi yang lumayan berat untuk ia angkat. Dengan sekuat tenaga ia angkat besi tersebut hingga mengenai kepala penculik tersebut, tepat saat itu terjadi pistol tersebut mengeluarkan peluru yang menembak sudut lengan polisi tersebut. Sementara penculik tersebut pingsan terjatuh ke lantai.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Miska memegang lengan polisi tersebut.

"Tidak apa, ini bukan luka yang dalam." Ujar polisi tersebut melihat sekilas wajah Miska.

"Ayo kita keluar dari sini, teman-temanku akan mengurus bajingan ini." Tunjuknya pada lelaki yang masih tak sadarkan diri itu.

Mereka berdua kemudian pergi dari ruangan tersebut, pergi menuju mobil polisi yang berada di depan rumah kecil ini.

"Kau tidak apa komandan?" ucap salah satu polisi yang bertugas menjaga situasi di luar rumah tersebut.

"I'm okay, kau bawalah lelaki yang berada diruangan disana." Ucap polisi tersebut pada temannya.

***

Di kantor kepolisian, lima orang yang menculik Miska telah diintrogasi. Dari kelima penculik tersebut, Miska tidak melihat pemimpin penculik tersebut yang biasanya mengancam Miska.

"Ada satu orang yang belum di tangkap, pemimpin mereka." Ujar Miska pada polisi yang berada di depan mejanya.

"Randy Pramono, nama yang bagus." Ucap Miska di dalam batinnya, seketika dia mengagumi sosok lelaki yang berada di depanya, saat Randy berkelahi dengan penculik itu untuk menyelamatkannya pada saat itu ia mulai merasakan kagum pada sosok polisi tersebut.

"Apa kau yakin? Seperti apa wajah pemimpin yang kau bilang tadi?" ucap Randy pada Miska, pada saat investigasi dirumah kecil itu mereka hanya melihat lima orang saja yang berada di dalam rumah tersebut.

"Ya, aku yakin." Ucap Miska dengan yakin karena tidak melihat sama sekali pemimpin penculik tersebut.

"Kalau begitu aku akan meminta keteranganmu, apakah kau masih ingat dengan wajahnya?"

"Ya aku sangat ingat wajah pria itu."

"Baiklah jika kau bersedia, aku akan memanggil seseorang untuk melukis wajah pria itu." saat jemari Randy baru saja menyusuri tombol angka yang berjejer di telepon, salah satu polisi lain bersuara.

"Komandan, ku rasa wanita ini lelah saat ini, biarkan ia beristirahat. Apakah kau bisa datang kembali besok?" tanya polisi lain yang sedari tadi berada disamping meja Randy.

"Ya, aku bisa kembali kesini besok. Tapi, apakah pemimpin mereka tidak akan menculik ku lagi? Karena hanya dia yang belum ditangkap." Ucap Miska takut jika pemimpin penculik itu menangkapnya lagi.

"Bro lebih baik kau antar wanita ini pulang." Ujar seorang polisi menyuruh Randy untuk mengantarkan Miska.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang." Ucap Randy bangkit dari kursinya dan segera memakai jaket kulitnya.

"Terimakasih semuanya sudah menyelamatkan ku, by the way nama ku Miska." Ujar Miska pamit keluar dari ruangan yang berisi polisi tersebut.

avataravatar
Next chapter