2 Chapter 2

Di dalam ambulance perjalanan menuju rumah sakit, Tasya terus menangisi suaminya yang terbujur kaku dibawah penanganan medis.

"Sayang aku mohon bukalah matamu, bayi kita sebentar lagi akan lahir aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri." Ucap Tasya melemah di samping telinga Michael.

"Kak kamu harus kuat, aku akan menyelamatkanmu tolong tetap bertahan bayi kalian akan lahir." Melodi berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pertolongan pertama kepada kakaknya, ia menekan titik aliran darah luka di dada Michael yang terkena tembakan.

"Aku mohon kamu harus selamatkan kakakmu dan suamiku, jangan biarkan ia pergi dari dunia ini, aku mohon Melodi."

"Pasti kak, aku akan menyelamatkan kak Michael, kakak harus tetap berdoa." Ujar Melodi meyakinkan Tasya agar tetap tenang.

Disisi lain di dalam mobil range rover yang mengikuti mobil ambulance, Miska menenangkan Almira yang menangis histeris.

"Mom tolong tenanglah, kita harus kuat agar kak Michael juga kuat jangan perlihatkan kesedihan saat dia sadar nanti." Ujar Miska berusaha menenangkan ibunya.

"Bagaimana kalau kakakmu tidak sadar Miska, Mom tidak sanggup jika kakakmu pergi." Almira menggenggam erat tangan Miska.

Sementara ayahnya duduk di kursi depan disamping pamannya yang mengemudikan mobil, Benny Abraham Syalendra hanya diam terpaku memandangi jalan. Miska tahu ayahnya sama shocknya dengan mereka semua.

"Aku akan berusaha mencari tahu siapa yang telah berani menembak kakak, Mom tenang saja. Tidak akan ku biarkan penjahat itu berkeliaran, aku akan menjebloskannya kedalam penjara." Pikiran Miska mengingat kejadian yang secepat kilat merenggut kebahagiaan mereka, ia menerawang bagaimana sosok pria yang ia lihat tadi di taman.

Sementara itu Ardi melihat Miska dari kaca spion tengah mobilnya.

Saat ambulance tiba di rumah sakit, Michael dipindahkan ke brankar, semua perawat yang bertugas berlari menuju ruang gawat darurat sementara Melodi menuju ruang operasi.

Berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit menunggu kepastian keselamatan Michael, semua orang tampak gelisah menanti kabar yang akan disampaikan dokter.

Lampu indikator ruang operasi padam menandakan operasi yang dilakukan telah selesai, tidak lama kemudian dokter-dokter yang menangani Michael keluar dari ruang operasi.

Dengan tergesa Almira bangkit dari kursi menghampiri dokter

"Dok bagaimana anak saya, Michael baik-baik saja kan? Pelurunya bisa dikelurakan dok?" serbu Almira tanpa jeda sambil mengguncang tangan salah satu dokter yang menangani Michael.

"Maaf bu, kami tidak bisa menolong anak ibu dikarenakan beliau sudah kehabisan darah saat menuju rumah sakit dan peluru tersebut mengenai jantungnya sehingga sangat sulit untuk membantu Michael untuk tetap hidup, sekali lagi kami semua minta maaf." Serempak kedua dokter tersebut menunduk hormat kepada seluruh keluarga Syalendra.

"Tidak mungkin… kakak saya masih hidup, tidak mungkin dia tiada. Kak melodi masih disana kan? Dia pasti sedang berusaha untuk membangunkan kak Michael aku yakin itu." Dengan suara bergetar Miska tertunduk lemah diatas lantai marmer rumah sakit, kedua lututnya tidak mampu menopang tubuhnya saat ini.

"Maaf pak,bu, semuanya kami mohon pamit." Kedua dokter beserta perawat tersebut pamit saat brankar yang menopang Michael diatasnya dibawa menuju ruang mayat. Keluarga Syalendra telah meminta polisi untuk menulusuri kasus penembakan tersebut.

"Michael bangun ini aku istri kamu, bayi kita akan lahir aku mohon temani aku disini, jangan pergi Michael ku mohon buka matamu." Jerit Tasya mengikuti perawat yang akan membawa Michael menuju ruang mayat.

Semua keluarga melarang Tasya untuk masuk keruang mayat dikarenakan ia sedang hamil besar, sementara Almira telah di bawa perawat karena jatuh pingsan. Miska masih terdiam di atas lantai sambil menangisi keadaan, ia merasa pundaknya di elus oleh sesorang, melihat keatas ia menemukan manik mata adiknya Melodi dengan bersimbuh darah mengenai baju operasinya.

"Melodi katakan padaku apa yang terjadi, kenapa kak Michael pergi kenapa kamu tidak menyelamatkan kak Michael, kenapa?" Miska memukul bahu adiknya dengan lemah ia sudah tidak bertenaga untuk mengeluarkan amarahnya.

"Maaf kak, aku tidak bisa menjaga kak Michael, aku telah gagal semuanya karena aku kak Michael pergi, maafin aku." Tangis Melodi pecah, sudah dari tadi ia menahan tangisnya agar tidak keluar tetapi ia tidak bisa menahannya.

Keduanya hanyut berpelukan, sementara keluarga yang lain menangis di Lorong rumah sakit menangisi kepergian Michael.

***

Satu hari setelah kepergian Michael polisi menyelidiki kasus penembakan Michael, jenazah Michael telah di kubur setelah proses otopsi, semua dilakukan dengan cepat agar jenazah Michael tidak membusuk.

"Pak saya mau pelakunya cepat ditangkap." Ujar Miska kepada pihak kepolisian yang sedang memeriksa TKP.

Sementara diruang keluarga, semua keluarga besar telah berkumpul untuk merundingkan siapa pengganti pemimpin perusahaan Syalendra Company selanjutnya.

"Baiklah aku rasa kita mulai saja sekarang, karena aku tidak punya banyak waktu." Keluh Ardi melihat jam ditangannya.

"Tunggu sebentar Miska dan Melodi belum datang, kita harus menunggu mereka." Sanggah Sarah wanita tertua dikeluarga Syalendra.

"Kami disini nek, maaf sudah menunggu." Ucap Melodi saat ia dan Miska memasuki ruang keluarga.

"Oke semua sudah berkumpul, Michael telah pergi meninggalkan kita semua. Kita tidak bisa membiarkan perusahaan tanpa ada yang memimpin, Benny tidak mungkin memimpin Syalendra Company lagi karena ia masih stroke." Ucap Sarah membuka topik pembicaraan, ia memandang seluruh orang yang berada diruangan tersebut.

"lalu ibu mau mengusulkan siapa untuk menjadi pemimpin, kalau ibu memilihku aku tidak keberatan. Aku bisa mengurus dua perusahaan sekaligus." Ujar Ardi dengan membetulkan letak jasnya.

"No, kamu sudah tahu jawabannya, yang menjadi pemimpin Syalendra Company harus pewaris pertama dan itu bukan kamu Ardi." Jawab Mira membenarkan kacamatanya.

��Lalu siapa yang mau ibu tunjuk? Melodi? Come on dia seorang dokter tidak mungkin dia menjabat diperusahaan sebesar ini." Ucap Ardi menunjuk Melodi.

"Miska, nenek rasa kamu yang paling tepat untuk menggantikan kakakmu Michael." Ucap Sarah sambil meminum teh.

"What… ibu bercanda kan? Miska tidak mungkin memimpin perusahaan, dia tidak mempunyai pengalaman sama sekali." Ardi berdiri menunjuk Miska.

"Kamu bisa kan Miska? Nenek percaya denganmu." Ujar Sarah menghampiri Miska, mengelus kepala cucunya.

"Benar kata paman nek, aku tidak memiliki pengalaman sama sekali." Miska menunduk memilin ujung bajunya.

"Tidak sayang nenek percaya pada kemampuanmu, keluarga ini berharap penuh kepadamu." Sarah menatap mata cucunya untuk memberikan kekuatan.

"Come on mom, dia hanya bisa berlenggak-lenggok di cat walk. Apa jadinya perusahaan kalau dia yang pegang." Sela Ardi yang mulai emosi karena tidak diberikan kepercayaan untuk memimpin perusahaan keluarganya.

"Diam kamu Ardi, ibu lebih percaya pada Miska dibandingkan kamu." Ujar Sarah, ia benar-benar muak dengan anak tirinya itu. Ardi bukanlah darah dagingnya, ia adalah anak selingkuhan suaminya yang telah menjadi istri kedua. Suaminya dan ibu Ardi kecelakaan sepuluh tahun yang lalu mengakibatkan kedua orang tersebut meninggal ditempat.

"Apa karena aku bukan anak ibu? Ibu selalu seperti ini tidak pernah mempercayakan kemampuanku, aku muak dengan semua ini." Ardi pergi berlalu dari ruang keluarga meninggalkan semua orang.

Setelah berpikir keras akhirnya Miska menerima untuk memimpin Syalendra Company, walaupun ia tidak memiliki pengalaman sama sekali tapi ia bisa belajar dari awal. Ayahnya memiliki banyak sekali buku, ia dapat belajar darisana.

avataravatar
Next chapter