1 Chapter 1

Prolog

Sebuah kehilangan yang sangat mendalam untuk keluarga Syalendra. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya, kematian sang kakak laki-laki satu-satunya tepat di hari ulang tahun sang kakak. Disaat semua mata tertuju pada sosok yang sedang memotong kue ulang tahunnya, tiba-tiba sebuah dentuman senjata api menggelegar menghebohkan acara yang sedang berlangsung, semua orang panik melihat sosok yang terkulai lemah bersimbuh darah.

Satu tahun menunggu hasil yang tidak pasti mengenai siapa yang telah membunuh sang kakak, Miska Aluna Syalendra bertekat untuk mencari tahu sendiri siapa yang telah membunuh kakaknya. Bahkan polisi sudah menutup kasus kematian sang kakak tanpa mengetahui siapa dalang dari kasus kematian sang kakak.

Mencari bukti-bukti apakah selama ini kakaknya memiliki musuh, Miska melihat riwayat panggilan telepon kakaknya berharap ia mendapatkan bukti. Ditengah pencarian pelaku penembakan kakaknya, Miska di culik oleh orang bayaran yang menembak sang kakak. Berusaha mencari pertolongan, akhirnya ia bisa mengambil salah satu ponsel orang yang menyekapnya. Miska berusaha menghubungi keluarganya tetapi tidak ada satu panggilan pun yang terjawab, alhasil ia menghubungi kantor polisi untuk menyelamatkannya dari kawanan penculik tersebut. Ditengah proses penyelamatan, Miska merasakan perasaan yang tidak wajar saat melihat sosok polisi yang dengan hebatnya melawan kawanan penculik. Miska berusaha untuk membuang perasaannya terhadap sosok polisi yang menyelamatkannya yang ia ketahui bernama Randy Pramono, akhirnya ia berusaha menjelaskan kepada Randy agar dapat membantunya untuk mengungkapkan kematian kakaknya.

Disisi lain Randy yang bertugas sebagai polisi ingin sekali membantu gadis berambut hitam panjang tersebut, tetapi dari instansi kepolisian melarangnya untuk membuka kembali kasus kematian lelaki yang menjadi korban penembakan itu, entah apa yang di tutupi para tertinggi kepolisian tersebut, membuatnya semakin penasaran untuk membantu Miska.

***

"Happy birthday my bro" peluk Miska Aluna Syalendra sambil mengecup pipi kakaknya yang sedang berulang tahun. Miska menyempatkan diri untuk mengunjungi kantor kakaknya karena lokasi pemotretannya tidak jauh dari gedung kantor Michael.

"Kenapa kamu cuman ucapin selamat doang? Tidak mengucapkan wish untukku heh?" gerutu Michael Abraham Syalendra.

"Hmm apa ya yang bagus wish nya?" Miska memasang wajah seolah sedang berpikir.

"Kakak sih semuanya sudah terwujud, jadinya aku bingung mau kasih wish apa. Ah yeah i know, semoga anak kakak cantik seperti aku." Miska mengedipkan mata menggoda sang kakak.

Mendengar wish adiknya, Michael mencubit pipi adiknya. Terlahir dari keluarga Syalendra yang kata orang-orang sudah kaya tujuh turunan membuat Michael hidup dalam gelimangan harta. Apalagi ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan satu-satunya laki-laki, oleh karena itu hampir semua perusahaan keluarganya saat ini ia yang pegang dikarenakan sang ayah terkena stroke. Kedua adiknya tidak mau melanjutkan usaha keluarga dan memilih mewujudkan cita-cita mereka, Miska yang menjadi model professional yang saat ini akan menjadi salah satu ikon model fashion yang akan di adakan di Paris. Sementara adiknya satu lagi Melodi Andrea Syalendra menjadi Dokter bedah.

Miska tidak memiliki minat menjadi seorang pebisnis, menurutnya menjadi seorang entrepreneur sangatlah sulit dibandingkan berjalan di atas catwalk. Miska lebih tertarik menjadi seorang model, dimana semua mata tertuju padanya mengikuti setiap langkahnya. Selama ini ia sudah sering mendengar Ayah nya mengeluh mengenai clien yang bermasalah, saham yang turun dan banyak hal lainnya, oleh karena itu Miska tidak ingin terlibat didalam dunia bisnis, ia merasa tidak akan sanggup jika diposisi sang ayah.

"Kamu jadi kan malam ini datang ke pesta kakak?" tanya Michael sambil mengelus kepala adiknya.

"Mudah-mudahan jadi soalnya tadi aku sudah menyuruh managerku untuk mengatur jadwalku, aku tidak janji ya kalau bisa datang." Miska memasang wajah lesu karena mengingat jadwal pemotretannya yang cukup padat.

"Selalu saja seperti ini, setiap kakak mengadakan pesta ulang tahun pasti kamu tidak pernah hadir. Pokoknya kakak tidak mau tahu kamu malam ini harus datang, kakak tidak terima alasan."

"Hmm yaudah oke, siap pak bos" gerutu Miska sambil memutarkan bola matanya.

***

Malam hari di kediaman Syalendra, semua orang yang hadir di acara ulang tahun Michael sekaligus baby shower anak pertama yang sedang dikandung Tasya Khiel istri dari Michael Abraham Syalendra.

Temaram langit hitam yang disinari rembulan serta dihiasi lampu-lampu taman membuat acara yang sedang berlangsung begitu meriah sekaligus hikmat, suara alunan music mengiringi mereka yang sedang berdansa. Sementara di balik pintu menuju taman belakang kediaman Syalendra, Miska dan yang lainnya sedang menata kue ulang tahun yang akan dipersembahkan kepada Michael.

Suara langkah kaki teredam oleh alunan music yang menggelegar, Miska berusaha menghalau hembusan angin pada lilin kue ulang tahun kakaknya dengan menggunakan satu tangan. Saat akan mendekati Michael tiba-tiba suara nyaring gelas pecah terdengar, dengan cepat Michael menoleh pada sumber suara, alhasil kejutan kecil dari Miska gagal terlaksana diakibatkan gelas pecah.

"Hufttt….gagal deh surprise dari aku kak." Ujar Miska dengan suara kecewa.

"Siapa yang bilang gagal? Tadi aku sangat terkejut bahkan semua orang yang ada disini juga terkejut." Michael mengusap kepala adiknya dengan sayang, ia sangat bahagia karena kali ini adiknya Miska hadir di acara ulang tahunnya.

"Baiklah kalau begitu Michael kamu tiup lilinnya segera sebelum lilin-lilin itu meleleh habis." Ujar ibu mereka Almira Syalendra.

Gemuruh tepuk tangan menghantarkan Michael untuk meniup lilin-lilin dari puluhan kue ulang tahun yang terletak di meja. Michael memegang pisau yang akan digunakannya untuk memotong kue, baru saja tangannya memotong satu slice kue tiba-tiba sebuah dentuman senjata api menggelegar menghebohkan acara yang sedang berlangsung, semua orang panik melihat sosok yang terkulai lemah bersimbuh darah. Seolah terhipnotis semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut membisu tidak bergerak beberapa detik, Miska yang melihat Michael tersungkur kelantai segera membangunkan kakaknya.

"Cepat panggilkan ambulance." Teriak melodi sambil memberikan pertolongan pertama untuk kakaknya.

Kepaniikan melanda seluruh orang yang berada di sekitar mereka, sementara keluarganya histeris menyaksikan putra sulung mereka terkulai lemah bersimbuh darah. Dengan Gerakan tiba-tiba Miska berdiri dan berlari menyusuri sekitaran taman berusaha mencari pelaku penembakan kakaknya.

"Dimana dia… dimana orang yang telah menembak kakaku." Dengan sorot mata tajam yang di aliri air mata yang terus menetes, Miska berusaha mencari sosok yang mencurigakan. Saat matanya menuju kearah yang bersebrangan dari kejadian penembakan kakaknya, ia melihat laki-laki berbusana serba hitam menatap kearahnya, tanpa pikir panjang Miska berlari menuju pria tersebut yang tiba-tiba menghilang dibalik jejeran bunga.

Tiba-tiba Miska merasa ada yang menepuk pundaknya.

"Miska kamu sedang apa disini, ambulance baru saja tiba apakah kamu tidak ingin melihat kakakmu?" taya Ardi Syalendra adik dari ayahnya.

"Paman aku mohon tolong carikan laki-laki yang tadi berdiri disini, aku yakin dia yang menembak kakak." Miska memohon sambil memegang tangan pamannya.

"Baiklah nanti paman akan menyuruh orang suruhan paman untuk mencari siapa penembak Michael, kamu tenang saja saat ini kakakmu lebih membutuhkanmu disisinya pergilah." Ardi mengelus puncak kepala keponakannya.

avataravatar
Next chapter