14 Chapter 14

Melody berhasil kabur keluar dari bangunan kecil yang ada di tengah hutan saat penculik itu lengah dalam mengawasinya, ia berlari dengan tergesa melewati pohon-pohon di dalam hutan, melihat kebelakang berharap tidak ada yang mengejarnya.

"Aww…sakit sekali." Ujar Melody saat telapak kakinya tertancap duri, ia tidak mengenakan alas kaki apa pun.

"Bagaimana ini, dimana jalan besarnya. Kenapa dari tadi disini saja." Ia masih berusaha untuk mencari jalan raya.

Melody tidak mengetahui siapa orang yang telah menculiknya, apa sebenarnya motif mereka menculiknya. Apakah mereka orang yang sama yang telah menculik Miska saat itu?

Saat berusaha berlari dengan tertatih, Melody tidak melihat di depannya sudah ada banyak sekali pria berseragam hitam yang menghadang jalannya, ia masih berjalan sambil melihat kebawah mengawasi langkahnya agar tidak tertancap duri lagi. Saat matanya melihat ke depan betapa terkejutnya ia saat melihat sudah banyak pria yang mengelilinginya menutup celah ruang untuknya kabur.

"Ternyata kau hebat juga ya bisa kabur dari anak buah ku, atau anak buah ku yang terlalu lemah menjagamu." Hardik seorang pria yang Melody yakini itu pemimpin penculik-penculik itu.

"Mau apa kalian, tolong bebaskan aku. Apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku."

Jerry melangkah mendekati Melody, saat sudah berada didepan wanita itu dengan gerakan cepat Jerry menarik rambut Melody.

"Kau tidak akan lolos begitu saja sebelum apa yang ku inginkan ada ditanganku."

"Ahhh…sakit, lepaskan." Ucap Melody hampir menangis saat rambutnya ditarik dengan kuat.

"Angkat dia, jangan sampai dia kabur lagi atau kalian akan tahu akibatnya."

"Baik boss."

Seorang pria menggendong Melody diatas pundaknya seolah sedang mengangkat sekarung beras.

Tiba di sebuah rumah kecil yang sudah hampir satu minggu ini Melody tempati sebagai sandera, tubuhnya dihempas begitu saja oleh seorang pria saat ini tenangannya sudah hampir habis, ia sudah tidak bisa lagi melawan mereka. Luka di kakinya sangat menyiksa.

"Sekali lagi kau kabur, akan ku habiskan kakak mu."

"Jangan ku mohon, jangan sakiti kakak ku. Aku janji tidak akan kabur lagi." Ucap Melody sambil menangis.

Jerry mengeluarkan ponselnya, jemarinya menekan angka yang berada di ponsel itu menghubungi seseorang. Saat panggilan sudah terhubung, jari telunjukknya menekan tombol speaker.

"Hello Miska, kau tidak merindukan adikmu?" ia tersenyum mengejek saat melihat Melody, saat ini mulut Melody sedang di tutup agar ia tidak bisa berteriak.

"Apa mau mu."

"Hoaa…sudah tidak sabar rupanya, apa kau ingin mendengar suara adikmu?" tanya Jerry, ia memberi kode kepada anak buahnya untuk membuka penutup mulut.

"Kakak…bebaskan aku." Melody berteriak saat kain penutup mulutnya terlepas.

"Melody, kau baik-baik saja?"

"Bagaimana? sudah puas mendengar suara adikmu?"

"Ku mohon bebaskan adik ku, aku akan memberikan apa yang kau inginkan."

"Waktu mu tinggal enam hari lagi, jika kau tidak membawa kotak itu bersiaplah menerima akibatnya."

Setelah itu Jerry memutuskan panggilannya. Sementara disisi lain, Miska menangisi keadaannya kenapa hidupnya serumit ini.

***

Saat ini Miska baru tiba di hotel, ia berjalan dengan gontai masih memikirkan bagaimana caranya agar ia mendapatkan kotak itu.

Membuka pintu kamar hotel, Miska di kejutkan dengan kehadiran Randy yang tiba-tiba sudah berada di depannya.

"Kau, buat kaget saja." Ujar Miska mengelus dadanya.

"Darimana saja kamu?"

"Aku sudah bilang kan bertemu dengan teman lama, kenapa masih bertanya."

"Aku tahu kamu sedang berbohong, jujur padaku kau bertemu dengan pria itu kan?" tunjuk Randy menuntut jawaban dari Miska.

"Aku sangat lelah, tolong biarkan aku beristirahat sebentar saja, nanti akan ku jawab semua pertanyaanmu." Ujar Miska berjalan ke arah kamar mandi, saat ini ia butuh menyegarkan pikirannya.

Hampir satu jam Miska berada di dalam kamar mandi membuat Randy cemas dengan wanita itu, mengapa wanita itu lama sekali berada di dalam kamar mandi? Apakah dia tertidur?

"Miska kau masih lama di dalam?" Randy menggedor pintu kamar mandi.

Sementara Miska yang berada di dalam kamar mandi sedang menangis dibawah shower, ia tidak sadar sudah berapa lama ia menangis. Dengan cepat Miska memakai bathrobe dan keluar, saat membuka pintu kamar mandi lagi-lagi ia dikejutkan dengan keberadaan Randy yang berada tepat didepan pintu kamar mandi.

"Kau kenapa sih hobi sekali mengagetkanku." Omel Miska berjalan melewati Randy.

"Kenapa kau lama sekali di dalam sana, tidur?" ucap Randy mengikuti Miska memasuki ruang ganti.

Miska lalu berbalik menghadap Randy.

"Kau mau apa disini? Aku mau berganti pakaian." Ucap Miska mengusir Randy agar keluar dari ruangan.

"Matamu kenapa? Kau habis menangis?" tanya Randy saat melihat mata bengkak Miska.

"Randy, aku mau berganti pakaian. Bisakah kau keluar?"

Dengan malas Randy melangkah keluar ruang ganti.

Saat sudah memakai pakaian, Miska berjalan ke arah tempat tidur tubuhnya sudah sangat lelah seharian mencari tahu keberadaan kotak hitam itu. Baru saja matanya terpejam, tangan Miska di tarik paksa hingga ia terbangun kembali.

"Kau mau apa sih, kenapa selalu mengganggu ku. Aku ingin tidur."

"Jelaskan padaku kemana saja kau hari ini, dan kenapa matamu bisa bengkak?"

"Please Randy, aku sangat lelah bisakah kau membiarkanku terlelap sebentar saja, nanti akan ku jelaskan padamu semuanya." Setelah itu Miska kembali membaringkan tubuhnya, badan nya sudah sangat lelah tapi kenapa pikirannya tidak bisa diajak bekerja sama untuk mengistirahatkan tubuhnya. Pikirannya masih berputar mengenai ucapan di telepon tadi, bagaimana caranya agar ia bisa dengan cepat menemukan kotak itu, dimana ia bisa mendapatkan petunjuk.

Seketika ia memiliki ide, mengapa tidak memanfaatkan Randy siapa tahu pria itu bisa mencari tahu dimana kotak hitam yang dimaksud jerry.

Dengan cepat Miska membangunkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Randy yang sedang berada di balkon.

"Randy"

"Tadi kata mu mau tidur, kenapa disini." Sindir Randy menatap Miska sekilas.

Miska berjalan kesamping Randy dan mendudukan tubuhnya disamping Randy. Selama beberapa menit mereka berdua hanya terdiam.

"Emmm… aku tidak tahu harus memulai darimana, tapi yang jelas semua yang kau tanya padaku itu benar. Ya tadi aku berjumpa dengan Jerry penculik itu, dia mengancamku." Ucap Miska terbata-bata karena harus menahan tangis.

Sementara Randy hanya terdiam menunggu kelanjutan cerita Miska.

"Dia hanya memberiku waktu satu minggu untuk mendapatkan kotak itu, aku benar-benar tidak tahu harus mencari kemana kotak itu."

"Kotak apa yang kamu maksud?"

"Aku tidak tahu apa isi kotak hitam itu, dia hanya memberi tahu ku bahwa kotak itu berisi senjata."

Miska menjelaskan semuanya dari awal saat Jerry datang ke perusahaannya dan mengancamnya untuk memberikan kotak hitam itu, hingga saat terakhir kali pria itu menghubunginya.

"Lalu kau mau mencari dimana kotak itu? Sementara waktumu hanya tersisa enam hari saja."

"Aku tidak tahu, oleh karena itu aku ingin kau membantu ku untuk mencari kotak itu."

"Apa kau mendapatkan petunjuk dimana kotak itu berada?"

"Ya, aku merasa bahwa kotak itu ada di Jepang, soalnya Michael sangat sering pergi ke Jepang mengurus pekerjaannya dan isi ruangan kerjanya juga penuh dengan hal-hal yang berbau Jepang. Saat itu aku mencoba mencari tahu sebenarnya dimana Michael menyembunyikan kotak itu, hingga aku menemukan sebuah dokumen dengan Bahasa Jepang di ruang arsip. Aku coba untuk mentranslate kan dokumen itu, dan disana ada membahas mengenai senjata, aku pikir itu adalah petunjuk bahwa sebenarnya kotak itu ada di Jepang." Ujar Miska Panjang lebar.

"Baiklah, kita harus Menyusun strategi untuk mendapatkan kotak itu sekaligus menangkap pria-pria itu dan kau bisa mendapatkan adikmu kembali."

Setelah itu Randy menggambarkan sesuatu di ponselnya yang ia tahu sedang mencoba menggambarkan bagaimana keterkaitan semua peristiwa yang sedang dialami Miska.

avataravatar
Next chapter