webnovel

Meet Hila

Di sinilah Ghani, duduk berhadapan dengan gadis berambut panjang yang tak berponi. Sudah hampir tiga puluh menit mereka duduk berhadapan namun hanya Ghani yang berbicara, sedangkan gadis itu hanya menjawab 'hm' 'iya'. Ghani menyesal menerima tawaran orangtuanya kalau ternyata Hila sekaku ini. Pantas saja tidak ada laki-laki yang mendekatinya. Hila saja diamnya kayak di lem pakai alteko.

Kesal karena diabaikan, Ghani langsung meloncat duduk disamping Hila. "Hil, ngomong dong. Gimana sama pernikahan kita? Kamu mau nggak?" Cecar Ghani sekali lagi dan jawaban tetap sama.

"Kalau kakak mau aku juga mau" Tuh jawabanya singkat padat dan jelas. Sungguh pasrah sekali hidup Hila. Pantas saja Tante Lastri memaksanya untuk menikahi Hila, melihat Hila yang super introvert ini.

Ghani tidak tahu sejak kapan Sahila yang dulu waktu kecil berisik tiba-tiba jadi pendiam seperti ini. Dulu waktu SD gadis disampingnya ini tidak pendiam seperti ini, bahkan menurut Ghani, Sahila dulu gadis biang onar. Namun entah sejak kapan tepatnya, setelah SMP Sahila tiba-tiba menjadi gadis pemurung dan penghuni rumah abadi.

Konon katanya Aira sih, Sahila kena bullying sampai nggak berani keluar rumah. Tapi Ghani nggak terlalu tahu karena dulu, Ghani sibuk sekolah dan main bersama teman-teman barunya. Jadi jarang main sama tetangganya, apalagi tetangganya cewek kanan kiri.

Ghani jadi bingung sendiri mau ngomong apalagi, kalau jawaban Hila kalau ditanya kayak robot program. "Hil, kamu mau jalan-jalan nggak? kemana gitu? biar kita makin dekat? mumpung cutiku masih beberapa hari lagi" Tawar Ghani.

Hila menggeleng cepat, raut wajahnya terlihat cemas, "maaf aku nggak bisa" jawabnya cepat lalu menunduk. Ghani jadi canggung sendiri, susah banget dekatin Hila.

Akhirnya yang Ghani lakukan hanyalah menemani Hila yang menggambar draft karyanya. Oh iya, kalian belum tahu kan? Kalau Hila ini adalah kreator kartun online dan juga penulis novel online.

•••

Ghani menyandarkan tubuhnya disofa lalu kedua orang tuanya tersenyum menggoda, "Gimana pacaranya, Ghan?" Selidik Ibunya.

Ghani menelan ludah, mana bisa itu dikatakan kencan? yang Ghani lakukan sejak tadi hanyalah memandangi Sahila yang fokus menggambar mirip cctv.

"Mama yakin mau nikahin aku sama patung kayak Sahila?" Tanya Ghani sekali lagi. Ratmi mengangguk pasti. Ghani menghela napas sepertinya sia-sia membujuk orang tuanya.

Entahlah, bagaimana nanti pernikahanya, Ghani tidak tahu. Sejak diputuskan Nala karena dia pengangguran, Ghani sudah tidak ada keinginan lagi untuk menjalin hubungan dengan perempuan apalagi menikah. Sudah cukup dia ditinggal nikah Nala yang ia temani selama tujuh tahun. Ghani ingat betul bagaimana Nala memilih Polisi daripada dirinya.

Tujuan Ghani saat ini hanyalah ingin membalas dendam pada Nala bahwa Nala akan menyesal karena telah meninggalkanya. Meskipun dengan memanfaatkan Sahila. Lagipula Sahila nggak jelek-jelek amat kok buat dijadiin istri. Dia juga penulis terkenal meskipun sifatnya minus.

"Sudahlah Ghan. Terima saja Sahila, lagian kan kamu juga udah kenal dia dari bayi malah. Nggak usah pendekatan lagi. Minggu depan kita lamar Hila, bulan depanya kamu nikah sama Hila. Nggak usah lama-lama nanti Hila diambil anak desa sebelah" Ujar Ratmi yang membuat Ghani mendelik kaget dengan ucapan Ratmi.

"Ma ini nikah loh, cepat amat kayak diikejar kolektor. lagian Hila juga nggak hamidun kok, ngapain sih cepat-cepat aku kan juga masih sibuk-sibuknya kerja" Protes Ratmi.

Kini giliran Ja'i yang mendekat, "masalahnya, anak Pak Ipung juga mau lamar Hila dari kemarin" Ujar Pak Ja'i.

Ghani terdiam. lalu kenapa dia harus menikahi Hila kalau ternyata ada yang melamar Hila?

Next chapter