14 Sebuah persaankah???

LingLing berjalan menuju ruang Rozer. Ia melihat ada seorang wanita tengah duduk, pasti itu seorang sekretaris. LingLing melirik wanita bergelar sekretaris itu dari ujung kepala sampai kaki. Pakaian yang tidak lazim, kemeja putih yang terlalu ketat dan rok pendek yang kurang bahan. LingLing menilai semua pakaian yang dipakai sekretaris itu.

Memang, wanita itu bagus body nya, ia sedikit kagum pada wanita sekretaris itu, kagum memiliki body bagus.

"Permisi, Bu boleh saya nanya apa benar ini ruang Pak Rozer?" Tanya LingLing sopan. "Apa! Ibu. Jangan panggil saya ibu, memangnya saya ini ibu kamu. Huh" Protesnya tak terima LingLing memanggil Ibu.

"Maaf. Terus saya harus panggil apa.. " Tanya LingLing polos. "Panggil saya kakak atau nyonya besar" Balasnya mengeja kata bagian Nyonya besar.

"Huh?"

LingLing semakin dibuat bingung dengan omongan wanita itu, makin ngawur. Ia memutar bola matanya jengah. Tingkah skretaris ini sungguh mengjekelkan.

"Tunggu. Kamu siapa? Ada perlu apa sama Calon Suami saya!!"

LingLing tersentak mendengar wanita itu berkata Calon Suami. Ia tersenyum miris pada wanita itu, dengan santainya wanita itu percaya diri memanggil Rozer dengan sebutan Calon Suaminya.

"Terserah Tante cantikk.." Ucap LingLing panjang bagian kata yang terakhir.

"Apa Tante! Kenapa kamu memanggil saya Tante, memangnya saya ini Tante kamu apa!!"

Lagi. Wanita itu marah tak jelas. Hanya LingLing memanggil Tante, wanita itu berang tak karuan. LingLing memutar bola matanya malas rasanya ingin sekali menjambak wanita itu.

LingLing sungguh kesal ia dibuat serba salah oleh sekretaris gila itu. Panggil dengan Ibu salah, Tante juga salah. Mungkin Nenek jelek kali ya baru mau. LingLing terkekeh dengan penilai terakhirnya itu.

Wanita ini hanya seorang sekretaris biasa tapi songongnya papan atas sekali. LingLing berdecak ingin sekali menendang wanita itu sampai ke laut, tidak peduli dimakan paus. Syukur, ucap batinya membuncah kesal.

LingLing sungguh ingin meluapkan kemarahannya juga dihadapan wanita ini. Ingin menyebutkan dirinya lah Calon Istrinya yang asli.

LingLing sudah mengumpat wanita itu. Tetapi hanya di batinnya. Mana mungkin ia ungkapkan didepan wanita gila itu, mungkin dia sudah diusir, dan niatnya pun gagal.

LingLing berang ia memaki-maki dalam batinya. 'Siapa sih wanita ini? kenapa Rozer merekrut wanita macam kaya gini jadi sekretaris di perusahaan nya' Ucap dalam hatinya ia memaki-maki lelaki yang sebentar lagi jadi suami resminya. Rozer Alfindo.

LingLing sudah pegal berdiri dari tadi dan ia sudah bosan melirik arlojinya. LingLing tidak mau membuang waktu terlalu lama disini bersama wanita gila ini.

Pintu berwarna cream itu terbuka lebar oleh seorang lelaki tampan yang terlihat arogant. Lelaki itu adalah Rozer calon suaminya. Rozer melihat LingLing calon istrinya datang ke kantornya dengan membawa Tagbag berisi makanan yang ia yakini.

Jika itu benar makanan, lalu untuk siapa? Untuk dirinya kah?. Mustahil sekali karena calon istrinya itu sangat membencinya.

"Kamu ngapain ke kantor saya?" Tanya Rozer dengan muka datar, "Aku mau antarkan ini saja." Balas LingLing cepat dengan memberikan Tagbag berisi makanan itu.

"Untuk saya?" Tanya Rozer ingin memastikan.

"Untuk... Calon Suamiku lah!" Ucap LingLing sambil tersenyum sinis pada sekretaris Pede itu. Sontak Rozer terbelak kaget bersamaan dengan sekretaris Pede yang tidak percaya dengan didengarnya.

Apa Rozer tidak salah dengar. Takut jika dia punya masalah pendengaran, tapi itu nyata ditelinganya sangat jelas.

Rozer tidak percaya calon istrinya yang sangat membencinya tiba-tiba berkata ia calon suaminya. Ya, itu wajar memang benar kebenarannya. Tetapi ia masih shock saja, tumbenan gadis manja itu menyebut dirinya calon suami dengan enteng.

Enteng tidak ada beban, biasanya dia enggan memanggil kata yang berhubungan suami istri. Namun sekarang gadis itu mudah mengatakannya.

Rozer mendengar kata LingLing yang menyebut dirinya Calon Suami. Apa tidak salah dia dengar, bukannya dia tidak suka, justru ia senang terharu dalam hatinya.Hanya saja heran, kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu didepannya dan sekretarisnya. Rozer menerka-nerka pemikirannya.

Sekretaris memiliki nama Dong xi itu, kesal setengah mati mendengar ucapan LingLing menyebut Bosnya, Rozer. Dengan panggilan calon suami. Dia melototkan matanya yang mematikan yang diberikan pada LingLing seorang. Dibalas tatapan LingLing dengan tersenyum kemenangan.

Jadi anak ini adalah calon istri bos, ucap batinya. Dong xi terasa sakit tapi tidak berdarah. Hatinya terasa perih tapi tidak berluka. Sungguh tak menyangka, dan dia ada rasa tak terima dengan kenyataan ini.

Setelah LingLing memberikan bekal pada Rozer. Ia undur pamit karena harus segera pergi bekerja di tempat kerjanya.

Rozer masih terpaku dengan tangan yang mencekal bekal makanan yang diberikan LingLing tadi.

"Rozer, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Dong xi heran, karena bosnya itu masih diam semula tidak berkutip sehabis gadis itu pergi. Dong xi sangat malas menyebu gadis itu adalah calon istrinya bosnya.

Rozer membalasnya dengan gelengan kepala tidak berkata apa pun.

Rozer baru tersadar setelah LingLing sudah tidak ada ditempat.

"Kamu bertugas saja. Jangan ganggu saya!!" Tegas Rozer dengan nada merintah.

Rozer masuk lagi keruangan nya. Dia menyimpan bekal makanan yang diberi LingLing tadi di meja kerjanya. Rozer duduk dikursi kebesarannya dengan menunduk merenung pikiran kemana mana. Dia tercengkat memegang dada nya bereaksi berlebihan. Merasakan debaran yang tidak dari biasanya. Debaran kuat seperti mau perang.

Perlahan tangannya menyentuh kotak bekal makanan. Lalu membuka kotak bekal makan dan mencium bau sedap makanan itu.Rozer mencicipi sampai ketagihan.

"Rasanya enak... Apa ini masakan buatan gadis itu.." Gumam Rozer melirik makanan yang tersaji dalam kotak Tupperware.

-CAFE BINTANG 5-

👨👩🙀🙀🙀

LingLing sedang bekeraja bersih-bersih didalam. Dia sibuk melakukan tugasnya dengan telaten. Tanpa dia sadari Bunda dan Ayahnya datang sedang duduk dikursi meja paling ujung.

LingLing memekik saat menyadari pelanggan yang tengah memanggil Tip cafe, untuk memesan. Untung saja suaranya tidak kedengaran, karena LingLing cepat kilat menutup mulutnya.

"Gawat! Kenapa Bunda sama Ayah ada disini? kalau sampai mereka tau aku kerja disini. Bisa lebih gawat dan aku...

Langsung cepet di kawinin sama si Mahluk es itu." Lirih LingLing pasrah.

LingLing dengan terburu menyelesaikan kerjanya bersih-bersih. Dan pergi ke belakang meninggalkan tempat itu. Namun, malah ia menabrak orang saking ketakutannya, sungguh ceroboh.

"Aduhh.. Sakit" erang orang jatuh.

"Hei kalau jalan lihat-lihat dong. Punya mata gak sih lo.." Ketus seorang wanita yang berambut pendek dan berponi terjatuh tertabrak LingLing.

"Maaf. Maaf.. " LingLing terus menundukan kepala dengan tangan yang dibentuk permohonan.

Sontak semua pengunjung disana melihat ke arah datangnya kerusuhan yang dibuat dua wanita berbeda usia itu.

Nia dan YongYong menengok ke arah sumber kerusuhan itu terjadi. Lagi, LingLing menundukan kepala meminta maaf. Dan segera pergi dari sana.

Namun, nasibnya berkata lain orangtuanya mengenalinya. Menghampirinya.

"LingLing" Sebuah suara dari seseorang memanggilnya. LingLing pun berbalik ke arah suara tersebut. Dan tercengo, seperti murid ketahuan gurunya menyontek.

"Bunda, Ayah.." Kata LingLing dengan tergagap. Dia melototkan matanya kaget melihat datangnya orangtuanya.

"LingLing kamu--" Nia melihat anaknya memakai baju layaknya pekerja ditempat tersebut. "Bunda Ayah. Nanti LingLing jelasin--"

"Pulang!" ucapan LingLing belum terselesaikan, Nia memmotong pembicaraannya dengan ketegasan penuh tekanan.

"LingLing" tiba-tiba seniornya itu datang memanggil dirinya yang sedang tegang-tegangnya suasana.

"Apa yang terjadi?" Tanya Karley bingung. "Apa kamu baik-baik.. "Tanya Karley lagi karena melihat seseorang yang dibencinya datang ditempat kerjanya.

"Aku baik-baik kak.."

"LingLing, mereka ini siapa?" Tanya Karley bingung melihat dua orang yang berbeda terpaut jauh usia dengannya.

"Ini Bundaku sama Ayahku Kak." Ucap LingLing menunjuk mereka salah satu.

"Oh. Halo Tante Om." Ucap Karley dengan ramah.

"Hm. Kamu siapa?" Tanya Nia memicingkan mata.

"Saya Karley teman kerjanya LingLing, Tante"

"Apa. Teman kerja!!

Jadi kamu kerja disini. Sejak kapan?" Nia tersulut emosi dia memarahi anaknya yang tidak memberitahu nya.

YongYong menenangkan istrinya untuk tidak meluapkan kemarahannya di tempat umum seperti ini. Sebab akan malu dilihat oleh muka bumi.

LingLing hanya menundukan kepala bundanya tengah memarahinya.

"Bunda Kita omonginnya ini baik baik dirumah jangan disini. Malu Bun" tutur YongYong membantu anaknya yang sudah siap mengeluarkan air mata.

"Dirumah kamu nanti jelaskan semuanya. Tapi dengar baik baik. Mulai besok pernikahan kamu akan Bunda percepat!!" Kata Nia dengan muka yang sudah merah padam.

Tebakan nya benar. Dia sudah pasrah bila ini sudah terjadi. Hidup LingLing miris, dia sudah dipermalukan perbuat bundanya yang memarahinya apalagi ditempat umum. Dan hidupnya lebih miris lagi akan menajalani hidup bersama pria yang dibencinya Rozer.

Nia dan YongYong berlenggang pergi meninggalkan tempat. Sedang LingLing berlari ke belakang. Dia termenung duduk di kursi yang ada. Dia menahan air matanya yang tidak bisa dibantah untuk tidak keluar, tapi dia tidak bisa mengontrolnya air mata yang sudah bersikeras ia tahan muncul begitu saja.

-KANTOR ROZER-

😍😍😍

Rozer melirik benda pipihnya itu yang menampilkan sebuah foto yang memotretnya sebelumnya. Gambar makanan yang ada di kotak bekal makan dari sang calon istri, LingLing.

Potretan tersebut ia sudah diunggah di sosmed. Sekali-kali Rozer melirik kotak makan dengan muka mengulum senyum.

Rozer menyadarkan diri dengan menggeleng keras.

"Ada apa dengan ku? Kenapa aku senyum melihat kotak makan dari gadis manja itu?" Tanya dirinya.

"Apa aku sudah gila. Aku menyukainya.."

"Chh. Rozer sadar! Jangan sampai kau luluh pada gadis manja itu!!" Tegas Rozer mengutuk dirinya, supaya tidak timbul lain pada gadis manjanya.

Kring!! Kring!!

Ponselnya berdering saat sibuk dengan pikirannya itu. Nada telepon yang masuk di benda pipihnya. Rozer melihat nomor yang ia tidak kenali. Rozer merasa heran, tak lama ia pun mengangkat telepon tersebut.

"Halo"

"Rozer ini Tante Nia. Rozer, Tante mau bilang kalau besok pernikahan kamu sama LingLing akan berlangsung dipercepat. Ayah kamu dan Tante juga suami tante semuanya sudah sepakat dengan keputusan ini."

Tut. Telpon sambung terputus. Rozer belum sempat bicara mendengus kesal. Dia hanya terpaku diam mendengar ucapan dari telponnya, ialah dari Calon Mertuanya, Nia.

Jangan lupa BatuKuasa dan Komentar💋

avataravatar
Next chapter