5 Rencana -Berhasil

"LingLing.. LingLing.. cepet turun.. Lihat ayahmu nak cepet kesini.." ucap Nia menjerit dengan histeris.

LingLing sedang tengkurap membaca buku novel kesukaan nya. "LingLing".... LingLing mendengar suara yang memekikan telinganya. Dia mengenal suara tak asing itu. Siapa lagi, kalau bukan suara bunda nya. Memang dia sudah mengenal suara bundanya, lantaran bundanya selalu teriak-teriak saat membangunkan nya.

LingLing mendengar suara teriakan bundanya. Memanggilnya, seperti orang yang sedang ketakutan.

LingLing pun menghentikan kegiatan nya, berlenggang pergi segera menghampiri bundanya. Ada apa dengan bundanya? Selalu saja teriak-teriak gak jelas. Padahal rumah nya bukan dihutan.

Dengan malas LingLing pun turun ke bawah. Melihat, apa yang terjadi dengan bundanya sampai meneriaki manggil namanya.

"Bunda, ada apa? Kenapa teriak-teriak!" ketusnya, saat tiba. Nia menunjuk ke arah suaminya yang terbaring dilantai menahan nyeri di dadanya.

"Bunda, ayah kenapa?"

LingLing panik saat melihat ayahnya terdampar dilantai dengan kejang-kejang memegang dadanya, menahan rasa sakit yang luarbiasa.

Nia semakin semangat menjalankan misi bersama suaminya itu. Nia terus pura-pura menangis, saat LingLing mengeluarkan air matanya melihat ayahnya sakit seperti itu.

Sekilas YongYong melirik dengan sebelah mata. Melihat reaksi anaknya yang percaya dengan kejadian itu, YongYong pura-pura kesakitan, layaknya seperti orang sakit beneran.

Melihat situasi ini LingLing kebingungan. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Melihat kejadian ini, membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Kamu mau kemana?" tanya bundanya melihat LingLing beranjak pergi. LingLing menghentikan langkah kakinya dan menjawab pertanyaan bundanya dengan cepat.

"LingLing mau ambil handpone dulu dikamar" ucapnya berlalu pergi ke kamarnya.

"Hah. Tunggu.. "

Nia menggoyangkan badan suaminya. Dan bertanya bagaimana ini, anaknya sudah percaya dan dia akan menghubungi pihak rumah sakit, untuk membawa nya. Mereka berdua pun saling tatap dengan wajah panik satu sama lain.

***

LingLing berada dirumah sakit bersama bundanya. Dia sedang duduk dikursi tunggu sembari menenangkan bundanya yang terus nangis bawang disebelahnya.

"Bunda, udah jangan nangis terus. Ayah pasti akan baik-baik saja. Disana ada dokter dan para perawat yang sedang mengobati ayah"

Nia mengangguk mendengar nya didekapan Kaila. Walau wajah nya tegang, menunjukan gugup.

"Bunda sebenarnya, ada apa? Kenapa ayah bisa kesakitan kaya tadi bun?" tanya LingLing penasaran pada bundanya,

Nia terdiam mendengar kata putrinya itu. Dia harus menjawab apa, sungguh bingung.

"Bunda juga gak tahu"

"Tiba-tiba ayah sakit seperti itu, saat bunda menghampirinya" jawabnya,

"Terus bunda panik, jadi manggil kamu" lanjut nya sembari terisak-isak.

Setelah mengatakan kata-kata drama yang dibuatnya. Nia kembali menangis seperti anak kecil dipelukan anaknya itu, LingLing.

"Semoga ayah baik-baik aja. Udah bunda jangan nangis lagi" LingLing memeluk bundanya erat sembari menepuk pundak bundanya, seraya menenangkan nya.

Pintu berwarna putih polos itu pun terbuka menampakan seorang dokter berjas putih memakai aksesoris rumah sakit. Maksudnya, alat untuk mendengarkan keseimbangan jantung bekerja. Memasukan kedua tangan nya kedalam saku jas putihnya.

Dokter itu menjelaskan, bahwa YongYong baik-baik saja, hanya sakit biasa yang wajar dialami oleh umur seperti YongYong. Kemudian dokter itu pun pergi.

LingLing bersama bundanya masuk, setelah meminta ijin ke dokter tadi. Sebelum sang dokter itu pergi.

"Ayah gak papa kan. Ada yang sakit?"

"Bilang dong sama LingLing yah" ucap nya menasehati, sembari memegang punggung tangan ayahnya.

Bahkan LingLing mengeluarkan bulir air mata nya. Nia melihat anaknya menangisi ayahnya tidak tega membohongi nya. Tapi, terlanjur Nia sudah membohongi putrinya bersama suaminya.

"Ayah tidak papa" YongYong menghapus air mata yang ada diwajah putrinya, LingLing.

Perasaan sama, YongYong tak ingin membohongi putrinya itu. Tapi, demi rencana nya berjalan dengan lancar.

"Udah jangan nangis. Ayah gak papa, lihat ayah masih bisa lihat putri ayah yang cantik ini" ucap YongYong menghibur anaknya, LingLing.

***

Keesokan harinya YongYong sudah berada dirumah. Dia sudah diperbolehkan pulang. YongYong tengah terbaring di kasurnya. Sebenarnya dia tak enak pura-pura sakit seperti ini. Bosan rasanya dia harus dikamar, tidak boleh pergi kemana-mana.

Pintu kamar nya terbuka, dan mendapatkan anaknya datang menghampirinya, sembari membawa nampan besar berisi bubur dan sup juga air putih. Semua itu untuk diberikan pada ayahnya.

"Ayah udah baikan?" tanya LingLing duduk diatas kasur ayahnya, setelah menyimpan nampan besar ke atas meja. Lalu LingLing memegang semangkuk kecil berisi bubur ditangannya.

"Ayah makan dulu ya, biar cepat sembuh" LingLing menyuapkan satu sendok bubur ke mulut ayahnya.

Selesai menyuapi makan pada ayahnya. LingLing kembali menyimpan bekas bubur dan sup yang sudah habis ke nampan besar yang diletakkan diatas meja.

"Ayah cepat sembuh ya" lirihnya, melihat ayahnya sudah tidur.

LingLing melihat kondisi ayahnya sakit. Merasa sedih, dia menahan air matanya mati-matian karena takut ketahui oleh ayahnya. Setelah selesai dengan tugasnya LingLing berjalan bermapah keluar dengan bersikeras menahan air mata sialan.

Saat dekat pintu tak sengaja air matanya jatuh. LingLing buru-buru menghapusnya dan melanjutkan berjalan, keluar.

Setelah LingLing meninggalkan kamar ayahnya. Tidak lama Nia datang ke kamarnya membuka pintu kemudian menutupnya kembali.

"Ayah.. Yah bangun". Nia menggoyangkan badan suaminya supaya bangun. "Ada apa?" tanya YongYong sudah bangun.

"Ayah gak lihat tadi LingLing menangis"

"Dan.. Berarti rencana kita berhasil Yah"

"Bunda gak nyangka hasilnya cepat juga"

"Eh. Tapi ayah benar gak papa kan kondisi ayah yang asli"

"Oh.. ya Yah terus... Kapan Ayah mau ngomong sama LingLing tentang perjodohan nya?" lanjut Nia tak sabaran.

Nia menghampiri suaminya dengan muka kegirangan dan terus nyerocos tak henti-henti seperti petasan. Bahkan YongYong ingin membuka suara pun tertahan dengan omongan istrinya yang terus bicara tak memberi waktu dia untuk bicara. YongYong menghela nafas dengan pasrah.

"Udah ngomongnya" sahut YongYong dengan muka datar. "Hah?". Nia malah membeo tak mengerti.

"Kamu kesini mau ngomong kaya petasan?" sindir YongYong memperjelas kata-katanya. Nia baru sadar dan dia langsung berkata "Maaf".

"Oh.. ya Yah terus... Kapan Ayah mau ngomong sama LingLing tentang perjodohan itu?" ulang Nia yang tak sabaran.

"Sepertinya ayah akan membicarakan soal ini pada Fraz. Dia pasti mau membantu menjalankan misi ayah" sahut YongYong dengan muka serius. Nia mendengarnya angguk-angguk kepala dan menyetujui saran suaminya.

***

LingLing tengah dikamarnya sedang mendengarkan musik di ponselnya dengan dua kuping tertutup earphonenya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. LingLing melihat ayahnya yang datang ke kamanya.

"Ada apa ayah kesini?"

"Ayah kan masih sakit" tanyanya heran,

LingLing langsung mencopot earphonenya dan duduk sila saat ayahnya datang menghampirinya.

"LingLing sayang, anak ayah... Mau kan kamu membahagiakan ayah dan bunda?" kata ayahnya dengan muka memelas. "Iya tentu dong Yah. Memangnya apa yang mau ayah omongin?" sahut LingLing jadi serius berbicara dengan ayahnya.

"Ayah mau.. kamu menyetujui permintaan Ayah dan Bunda" ucap ayahnya dengan raut muka bersedih. "Apalagi ayah akhir-akhir ini sering sakit-sakitan" rajuk ayahnya pada LingLing. LingLing mendengarkan nya ikut bersedih dia hampir mengeluarkan air matanya. Lagi.

"Ayah mau apa?" tanya LingLing penasaran.

"Ayah mau kamu... Meneruskan perjodohanmu dengan Rozer anak teman ayah. Mau kan? Ayah mohon".

Kata-kata itu paling benci didengarnya, tapi melihat ayahnya yang memohon padanya merasa tak enak hati, apalagi ayahnya sekarang sedang sakit. LingLing merasa terbebani hidupnya yang sekarang ini.

Ayahnya terus memohon padanya meminta dia menyetujui keinginan ayahnya itu.

LingLing sangat-sangat bingung dengan hal ini. Dia sudah menentang dengan permintaan ayahnya, akan menjodohkan nya dengan pria es batu itu. Augh malas menyebutkan namanya. Dihatinya sungguh bimbang dilain dia tidak mau menikah dengan pilihan ayahnya, tapi ayahnya yang terus memohon menyetujui perjodohannya. Bagaimana? Apa dia bisa menolak, kali ini?

LingLing berpikir-pikir mempertimbangkan kata-kata ayahnya itu. Dia menghembuskan nafas dengan berat. Dengan terpaksa dia menyetujui permintaan ayahnya. LingLing menganggukan kepalanya dengan pasrah.

YongYong sangat bahagia dia kegirangan sampai memeluk anaknya dengan senang. LingLing membalas pelukan itu dengan menepuk-nepuk pundak ayahnya.

'Tapi aku menyetujuinya dengan terpaksa tidak lebih' ungkap batinnya.

Jangan lupa BatuKuasa dan Komentar😘

avataravatar
Next chapter