9 Persiapan pernikahan

Diruang yang sempit terdapat seorang wanita tengah tidur pulas di kursi panjang yang jadi tempat tidurnya.

Tak terasa waktu berputar semakin malam menunjukkan angka 22:00.

Kring.. Kring..

Suara deringan berasal dari ponsel milik seorang wanita, yaitu LingLing. Dia terbangun dan tersadar teleponnya berbunyi. Dia mengambil ponselnya lalu mengangkatnya.

Namun, saat ia akan mengangkatnya telepon sudah mati, tanda seseorang disebrang sana sudah mematikan sambungannya.

LingLing menggeliat meregangkan badanya yang terasa sakit, akibat ia terlalu lama tidur di tempat yang keras. Tidak sadar Karley sudah berada disana, lama. LingLing terbelak kaget melihatnya.

LingLing baru sadar ada sebuah kain hangat yang menyelimuti tidurnya. LingLing menatap ke arah Karley dan seniornya itu juga menatapnya. Lama mereka saling tatap dengan suasana yang sudah mencengkam di malam yang dingin.

"Kakak sedang apa?" Tanyanya mencairkan suasana.

"Apa yang kakak lakukan disini?" Tanyanya lagi. Karley gugup untuk menjawabnya, dia tersenyum malu. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal, untuk menghilangkan kegugupannya.

Karley melirik arloji yang dipasang di pergelangan tangannya. "Lebih baik kamu pulang saja. Bentar lagi cafe akan aku tutup" Kata Karley mengalihkan pembicaraan.

Benar, malam sudah semakin malam dan LingLing sudah letih seharian ia bekerja sampai larut malam. Apalagi badanya yang terasa pegal diseluruh tubuhnya.

"Iya kak" Balasnya. LingLing berpamitan dengan Karley—sepertinya dia melupakan sesuatu. "Kak, makasih selimutnya" Ucap LingLing memberikan selimut tadi kepada Karley, seniornya itu.

Setelah mengatakan itu LingLing berlalu pergi meninggalkan Karley. Tak lama LingLing sudah sampai dirumah menggunakan Taxi. Untung saja di jam yang sudah larut malam, masih ada Taxi yang berkeliaran dan ia merasa lega bisa pulang menggunakan Taxi.

-Rumah LingLing-

LingLing membuka pintu rumahnya dengan hati hati karena takut membangunkan orangtuanya. Lalu ia menutupnya kembali.

Disaat LingLing ingin menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Bunda dan Ayahnya muncul memergokinya, mereka memanggilnya dengan suara tinggi yang menggema ruangan.

"LingLing. Dari mana aja? Baru pulang?" Tanya Nia mengintrogasi anaknya

LingLing ketakutan ia sangat gusar sudah ketahuan oleh orangtuanya, dan ia bingung harus menjawab, jujurkah?

"LingLing... Habis.. dari rumah temen bun, terus ketiduran deh" Jawabnya bohong.

Nia memandang YongYong suaminya, yang ada disampingnya. Mereka menerka-nerka ucapan dari putrinya itu. LingLing terlihat gugup ia takut ketahuan jika ia bohong pada ayah dan bundanya. Tak lama bundanya mengucapkan sesuatu, membuat dia terasa lega.

"Ya udah kamu tidur udah malam"

"Dan, jangan lupa besok kamu siap siap dandan yang cantik. Bangun Pagi-pagi. Awas bangun siang!" Lanjut Nia menekankan kata-kata yang disampaikan nya. LingLing mengangguk tapi berhenti saat menerka-nerkanya.

"Eh, Bun. Emang besok mau kemana?" LingLing menarik kembali langkahnya, saat menerka kata-kata bundanya.

Nia tidak menjawab pertanyaan nya. Kedua orangtuanya langsung pergi ke tempat mereka, yaitu kamar. Orangtuanya tidak menghiraukan pembicaraan nya yang sangat ingin tahu jawabannya.

Didalam kamar LingLing tidak bisa tidur. Dia sudah memaksakan untuk tidur tapi matanya tidak bisa diajak kerjasama. Malam ini ia benar-benar tidak bisa tidur, lantaran terganggu oleh sikap bundanya yang entah—menyuruh ia bersiap-siap pagi-pagi. Kemudian kejadian waktu di tempat kerjanya saat ia tidur bermimpi ada seseorang yang mengatakan cintanya padanya.

Flashback...

Disaat LingLing tertidur pulas di tempat kursi panjang yang jadi tempat tidurnya. Ada seseorang yang mengatakan dia menyukainya.

"LingLing, kamu gadis yang cantik dan manis.. Aku.. menyukaimu LingLing, sangat menyukaimu.. " Ucapan tulus itu dari seseorang yang ada didalam mimpinya.

LingLing masih berpikir kalau mimpinya itu seperti nyata. Ia merasa itu bukan mimpi itu seperti nyata. Kalau benar itu mimpi, mengapa mimpi itu begitu jelas dan terasa nyata.

Mungkin dia bermimpi terlalu dalam menghayati mimpinya. Namun.. anehnya dalam mimpi itu orang yang mengatakan menyukainya melainkan adalah Karley Senior kerjanya. Bagimana kalau kebenaran itu benar. Tapi dia heran kenapa bisa dia memimpikan Karley yang notabene nya adalah Senior kerjanya. Apa hubungannya?

LingLing berpikir mungkin itu secara kebetulan saja, pikirnya. Dia menggelengkan kepala kuat-kuat membuang semua pikirannya itu. LingLing terlalu banyak berpikir mengakibatkan ia merasa pusing karena terlalu memikirkan hal yang tidak mungkin. LingLing merasakan sakit dikepalanya. Langsung ia memutuskan untuk segera tidur saja, membuang semua pikirannya.

LingLing mencoba memejamkan matanya, dengan perlahan ia mulai masuk ke dalam kegelapan. Dia sudah terlelap tidur dan masuk ke dalam mimpi yang indah.

🙀🙀🙀

Pagi-pagi LingLing sudah bangun karena menurut dengan perintah bundanya. Dia sedang merias diri di pantulan kaca yang berada di kamar. Terdengar suara bundanya memanggil dirinya terus menerus.

"LingLing cepat bangun. Turun cepetan" Teriak Nia memanggilnya dari bawah. "Iya bentar lagi Bunda" Teriak LingLing dengan buru membereskan riasannya.

"Akhirnya selesai" Ucapnya tersenyum lebar dipantulan cermin. LingLing membuka pintu kamarnya dan berjalan, menuruni anak tangga.

"Eh. Kamu udah bangun, kirain belum" Ucap bundanya senang.

"Ayo sarapan dulu" Suara YongYong ayahnya yang baru saja keluar dari kamar menggunakan tuxedo hitam dengan gaya rapih. YongYong mengajak Nia dan LingLing untuk berhenti bicara dan segera makan.

"Iya Yah" LingLing menghampiri meja makan dan duduk di kursi meja makan.

Disela-sela makannya, LingLing melirik keanehan dalam diri kedua orangtuanya. Pagi ini bunda sama ayah berpakaian rapih seperti ini, memangnya mau pergi kemana?, Ucap batin LingLing.

Dengan ragu ia bertanya karena penasaran. "Bun, Yah" Panggil LingLing menghentikan orangtuanya makan. Nia dan YongYong melirik ke arah anaknya. "Ada apa? " Tanya mereka bersama.

"Hm. Sebernanya kita mau kemana? Kenapa kita berpakaian rapih sepagi ini? Memangnya mau kemana sih. LingLing juga kenapa disuruh dadan juga?" Tanya LingLing berbondong. "Udah jangan cerewet, nanti kamu juga tahu sendiri" Ucap Nia menghentikan ocehannya.

YongYong yang sedang makan lahap hanya mengangguk saja menyetujui ucapan istirinya.

Tidak lama mereka sarapan. Mereka pun bertiga bergegas pergi untuk ke arah tujuan mereka..

LingLing tercengang saat sampai ditujuan. Ternyata ayah bundanya pergi ke tempat sebuah 'Butik' yang di khususkan untuk baju pengantin dan segala macam tentang pernikahan.

"Bunda Ayah. Kenapa kita kesini. Emangnya siapa yang mau nikah?" Pekik LingLing heran. Kenapa orangtuanya pergi ke tempat seperti ini. Memangnya ada yang mau nikah, tapi siapa?

Nia dan YongYong diam tidak menjawab pertanyaan anaknya itu yang sedang penasaran. Dan begitu saja masuk kedalam. LingLing mendengus sebal ia pun mengikuti orangtuanya yang sudah masuk duluan.

LingLing bersama Bunda dan Ayahnya masuk ke dalam Butik tersebut. LingLing tercengang kembali dikegetkan lagi, dengan adanya sosok orang yang sangat ia benci. Siapa lagi jika bukan Rozer Alfindo. Laki-laki yang dingin so'cool itu, sedang duduk santai sembari memainkan ponselnya di sofa bersama Ayahnya yang sedang mengobrol dengan pemilik Butik tersebut.

Fraz berdiri menyambut kedatangan calon besannya yang sudah datang. Fraz menatap anaknya yang sedang asik sendiri dengan ponselnya tidak menyambutnya seperti dirinya. Dengan malas Rozer menyalami kedua orangtua LingLing calon mertuanya, tak lupa senyum kecut 'senyum memaksa' ia tampilkan. Fraz menyapa menjabat tangan sahabatnya itu, yang sebentar lagi akan jadi besannya sendiri. Sedang Rozer kembali sibuk dengan ponselnya seusai bersalaman dengan calon mertuanya itu. Lagi, dia tidak menghiraukan kedatangan calon istrinya.

Kedua calon besan itu berjabat tangan dengan menampilkan sebuah senyuman hangat. "Maaf ya lama" Nia merasa tidak enak karena kedatangan nya bersama suami dan anaknya terlambat.

"Tidak apa-apa, kita juga baru sampai ayo duduk" Balas Fraz ramah. Setelah mendengar perkataan dari Fraz, Nia dan YongYong juga LingLing duduk di sofa.

"Maaf Ya. Udah nunggu lama.." Nia kembali meminta maaf pada Fraz, calon besannya sambil senyum malu bersamaan dengan suaminya. Karena tidak enak dengan kedatangan nya yang sudah terlambat.

"LingLing minta maaf sama calon mertua kamu dan calon suami kamu" Nia menyuruh LingLing meminta maaf seperti dirinya dan suaminya.

"Maaf Om" Ucapnya singkat dengan senyum kecutnya. "Loh. Minta maaf juga dong ke Rozer. Dia kan calon suami kamu" Ujar Nia menyikut lengan LingLing. Sekilas LingLing melirik calon suaminya dan dengan hati terpaksa LingLing meminta maaf pada Rozer. "Maaf." Ucap LingLing dengan ucapan yang dipaksa.

"Kenapa juga harus minta maaf sih. Perasaan gak lama juga. Cuman macet aja tadi di jalan" Gumam LingLing mengoceh sendiri.

Nia mendengar gerutu anaknya yang membuat dirinya dan suaminya jadi malu. Nia menyubit anaknya dengan gemas, karena itu tidak sopan apalagi pada calon mertua dan calon suaminya.

"Maafin ya. Dia emang suka ngaco kaya gitu. Maklum efek mau nikah nih" Ujar Nia menekankan ucapannya.

LingLing mendengar kata 'Nikah' dan Calon Suami, melototkan matanya jengkel pada bundanya. LingLing geram dengan bundanya yang bicara seenaknya saja. Dia menahan amarahnya. Menarik nafas seraya menenangkan dirinya.

Fraz senyum melihat kelakuan keluaraga sahabat nya yang seperti, masih kaya anak-anak. Melihat kelakuan Ibu sama Anak sama aja gak mau ngalah.

Fraz menggangguk mengerti dan tidak mempermasalahkan nya. Sedang Rozer sendiri dia hanya diam bermain dengan handpone pintarnya.

LingLing menyadari kelakuan Rozer calon suaminya. Menjadi semakin i'lfeel (Jijik). Belum aja jadi suaminya, kelakuan nya sudah ngeselin banget, apalagi nanti kalau sudah jadi resmi suaminya, pikirnya.

Duh udah gak kebayang dech.. Pikir LingLing frustrasi.

👗👗👗

"LingLing. Bunda sama Ayah dan Om Fraz mau coba baju dulu yang cocok. Kamu jangan kemana-mana. Kalian lihat-lihat baju pengantin nya kalau ada yang suka beritahu bunda" Kata Nia, lalu berlalu pergi bersama YongYong dan Fraz meninggalkan mereka berdua LingLing dan Rozer.

LingLing mendengus dengan kesal. Dengan malasnya ia harus disini berdua bersama dengan Mahluk dingin ini, macam kaya gini.

LingLing berpikir dengan ada dirinya, Rozer tidak akan menganggap dirinya ada disini bersamanya. Dia menganggap dirinya lah hanya sebuah patung hidup.

Setelah berjam-jam melihat baju pengantin yang cocok yang ada di majalah. LingLing menemukannya sendiri dia sudah beragumen dengan calon suaminya, Rozer. Namun, mahkluk itu sungguh menyebalkan, LingLing menanyakan ini cocok bagus, lelaki itu tidak ambil pusing langsung menyetujuinya begitu saja tanpa melihat gambarnya terlebih dulu.

LingLing berengut kesal dia menahan emosinya dipantulan kaca yang sedang dirias oleh orang perias Butik disana. Ia ingin sekali membunuh lelaki kepala es batu itu, sayangnya lelaki itu adalah calon suaminya sendiri yang sebentar lagi akan berubah status menjadi suami resminya.

Diruang berbeda, Rozer sedang memakai tuxedo berwarna putih lengkap dengan dasi kupu-kupu yang melekat dilehernya.

Tak lama mereka berdua sudah selesai dirias. Seorang wanita tak lain pekerja butik disana membuka tirai polos berwarna putih terang sebab, tersorot lampu yang menyorotnya dengan masing-masing. Tirai dibuka masing-masing dengan lebar melihat dua sejoli yang akan menikah, LingLing dan Rozer.

LingLing dan Rozer mereka di pertemukan bersama saling hadapan dan saling pandang. Nia dan YongYong dan Fraz melihat LingLing dan Rozer terkagum-kagum karena anak dan calon menantunya menggunakan baju pengantin Sangat Serasi, tuturnya.

"Wah kalian serasi.." Ucap Nia bersorak ria dengan tak habis tersenyum bahagia melihat penampilan kedua calon mempelai, LingLing dan Rozer.

Jangan lupa BatuKuasa dan Komentar💕

avataravatar
Next chapter