13 An instant hug

Rozer dan LingLing masih didalam rumah curam. LingLing terisak ketakutan didalam pelukan Rozer. Sesungguhnya, Rozer sangat gugup karena pertama kalinya berpelukan dengan seorang wanita, tak lain adalah LingLing calon istrinya.

Pertama, Rozer sangat kaget karena LingLing yang memeluknya duluan. Rozer sendiri tidak percaya, tapi dia tahu sekarang calon istrinya diselimuti dengan ketakutan yang besar. Rozer merasa iba melihatnya, ia pun membalas memeluk calon istrinya dan tangan yang ia usapkan di puncak rambut calon istrinya, seraya menenangkannya.

LingLing baik-baik saja hanya, ia masih trauma dalam kejahatan yang dilakukan oleh Steffany wanita jalang. Untung, Rozer datang tepat waktu dan diantara mereka berdua tidak ada yang terluka sebab polisi dengan sigap mendesak para pelaku yakni Steffany dan anak buahnya.

Rozer membantu LingLing berjalan keluar dari tempat busuk itu. Yang dipakai oleh Steffany bersama anak buahnya untuk mendekap LingLing. Steffany sudah dibawa dengan anak buahnya diamankan ke kantor polisi. Dimasukan kedalam sel tahanan 'penjara'. Fraz melihat LingLing dan Rozer keluar, dia langsung menghampiri anak dan calon menantunya.

"LingLing kamu tidak apa-apa nak.." Tanya Fraz dengan raut wajah yang cemas.

LingLing tidak bersuara ia bisu karena tragedinya itu, membuatnya takut setengah jiwa. Rozer memapahkan kakinya sembari membantu LingLing berjalan karena kondisinya lemah. Rozer membuka pintu mobil belakang dan memasukan LingLing kedalam. Fraz berlangkah mengalih ambil tugas, saat Rozer akan masuk ke depan untuk mengemudi. Namun, Fraz lebih peka terhadap situasi seperti ini.

"Biar ayah yang nyetir, kamu jagain calon istrimu. Dia sedang membutuhkanmu"

Fraz langsung masuk karena tidak mau dengar jika anaknya menolak perintahnya, dia langsung duduk dijok kemudi.

Sesungguhnya, Rozer sangat menentang dengan pendapat ayahnya itu, tapi ada benarnya juga ia harus sedikit kasihan pada calon istrinya. Rozer menuruti titah ayahnya dia duduk dibelakang menemani calon istrinya yang masih ketakutan trauma dengan tragedi yang dia alami.

LingLing duduk menatap kedepan dengan tatapan mengosong. Rozer melirik LingLing dengan raut wajah dalam ketakutan dan genagan air mata yang melumpuri wajah cantiknya. Ia kasihan pada calon istrinya. Rozer menepuk pundaknya mengkode pada LingLing untuk bersandar pada pundaknya untuk menghilangkan rasa ketakutan yang menghantuinya.

Sekilas, LingLing melihat Rozer menepuk pundaknya sendiri memberi bantuan padanya. Sayang, LingLing menolak bantuan Rozer, dia menggeleng kepala.

LingLing menyandarkan kepalanya dijok mobil. LingLing tertidur dan kepalanya tidak bisa diam, akibat dorongan mobil yang melaju. Rozer geram pelan-pelan mengambil kepala LingLing dan menyandarkannya dibahunya. Diam-diam Rozer mengusap lembut wajah LingLing menghapus bulir bulir air mata yang sudah membekas.

Fraz menyadari tingkah laku anaknya yang terlihat berbeda malam ini. Dia melihat Rozer perhatian terhadap calon istrinya. Namun, Fraz pura pura tidak menyadarinya dia memfokuskan untuk mengemudi saja.

Selang beberapa waktu lama mereka sampai dikediaman keluarga LingLing. Rozer bimbang lantaran dia melihat LingLing masih tidur pulas dan dia tidak tega untuk membangunkannya. Berpikir sejenak, akhirnya Rozer sudah memutuskan untuk membangunkannya saja, karena takut jika LingLing melihat ke perhatiannya.

"Hei! Bangun! " ujarnya seraya menormalkan detak jantungnya yang tak karuan sejak ia berpelukan dengan calon istrinya.

LingLing terbangun ia masih menetralkan dalam cahaya. Dan sungguh terkejutnya saat melihat dirinya yang menyandar dibahu Rozer.

"Maaf"

LingLing meminta maaf lalu membuka pintu untuk keluar. LingLing menahan kegugupan nya saat dekat dengan Rozer seperti tadi.

Tok..Tok..

Fraz mengetuk pintu menunggu seseorang segera membukanya, menyilahkan masuk. Seorang wnaita paruh baya membuka kan pintu dan menjerit bahagia juga air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya saat melihat siapa yang datang ke rumahnya.

"LingLing. Kamu ga papa kan.." Nia memeluk anaknya yang sudah pulang tapi tiba-tiba raut mukanya jadi bingung dan cemas, melihat putri satunya itu terlihat kusut.

"LingLing apa yang sudah terjadi pada kamu sayang!.." Tanya Nia melihat keadaan anaknya yang tidak baik. "Nak.. Kamu baik-baik saja.. " YongYong ikut cemas lantaran anaknya yang tidak berucap kata-kata untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi pada putrinya itu.

"Om. Nanti saja kita ceritakan, biarkan dia istirahat" Potong Rozer menghentikan semua pertanyaan-tanyaan yang dilemparkan pada LingLing.

Nia mengangguk dan membawa anaknya masuk kedalam.

"Om, kami pamit dulu." Ucap Rozer singkat. Lalu pergi meninggalkan tempat tinggal yang ditinggali oleh calon istrinya itu.

😶😶😶

LingLing sedang dikamarnya, setelah Nia mengantarkannya. LingLing langsung tidur pulas, ia ingin melupakan semua kejadian yang menimpa padanya hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan pernah terjadi kembali.

***

🌚🌚🌚

Rozer sedang di kamarnya tengah bersandar di bantal empuknya. Sejak kejadian tadi, dia tidak bisa kembali tidur nyenyak karena masih kepikiran tentang peristiwa yang menimpa pada calon istrinya. Terlihat jelas direkaman memorinya disaat LingLing didekap oleh Steffany wanita jalang itu dengan ketakutan. Lalu disaat LingLing memeluknya dengan tiba-tiba. Rozer berguling guling ke kiri kanan, mencari posisi tidur yang nyaman. Nihil, semua itu yang ia lakukan gagal.

Rozer membuka Laptopnya dia memaksa kan untuk bekerja di tengah malam ini, sampai ketiduran. Lagi lagi Rozer tidak bisa usik. Dia memikirkan kejadian saat peristiwa itu. Bagaimana bisa dirinya menjadi khawatir sama gadis manja itu?

Rozer menggelengkan keras dia terus memaksa untuk tidak memikirkan lagi, membuang semua pikiran tentang gadis yang ia suka sebut manja.

SKIP

⛅⛅⛅

Pagi ini LingLing sudah bangun dan dia akan pergi ke Cafe sekedar mendapatkan hiburan, menghilangkan traumaan nya.LingLing turun menuruni anak tangga.

"Sayang. Kamu mau kemana?" cegat Nia cepat

"LingLing mau ke Cafe. LingLing bosan dikamar"

"Tapi--"

Belum selesai Nia bicara suaminya datang memotong pembicaraan nya.

"Kamu anterin makanan ini. Ini alamatnya udah ayah tulis" Kata YongYong memberikan sekertas lembar berisi alamat tersebut.

"Tapi Yah" Komen LingLing tidak mau.

"Udah sana" Ucap YongYong cepat.

LingLing tidak berkomentar lagi, ia menurut perintah Ayahnya. LingLing mengambil satu lapis roti yang sudah dibakar dan mengambil kertas berisi alamat yang diperintahkan oleh ayahnya.

🍱🍱🍱

LingLing berjalan keluar dia duduk di halte bus. Sambil menunggu bus datang LingLing menelpon seseorang diponselnya.

"Halo Lili. Aku boleh minta tolong gak?"

"Iya, apa Ling?"

"Aku mau pergi dulu sebentar ada perlu. Nanti aku ke sananya sekitar jam 10.30, Tolong sampaikan ke Bos ya." Pinta LingLing ditelponnya sembari melirik arlojinya.

"Oke. Nanti aku sampaikan"

"Makasih LiLi."

"Iya sama sama."

Telepon pun terputus secara sepihak.

LingLing melirik lagi arlojinya. Sepertinya,bus tidak akan ada yang lewat karena ini jam kerja dan jam sekolah, pasti tidak ada yang lalang. LingLing pun memutuskan untuk naik Taksi supaya tidak membuang waktu terlalu lama.

Taksi berhenti saat LingLing melambaikan tangan. Tak menunggu lama ia langsung masuk kedalam taksi.

"Pak tolong antar saya ke alamat ini" LingLing memberikan sekertas tulisan yang berisi alamat. Pak supir melihat sekilas dan menggangguk mengerti. Kemudian mobil melaju pergi ke tempat tujuan.

Sekitar 30 menit LingLing sampai ditujuan. "Makasih Pak" LingLing memberikan selembar uang pada pak supir taksi. Pak supir tersenyum mengangguk dan segera melaju pergi meninggalkannya.

LingLing masuk kedalam perusahaan besar dan bertanya pada seorang wanita yang berpakaian rapih. Ia bertanya dengan sopan menanyakan dimana terdapat tempat CEO bernama Rozer Alfindo.

"Permisi Kak. Boleh kasih tahu dimana tempat Pak Rozer Alfindo?" Ucap LingLing bertanya pada wanita cantik berpakaian rapih itu. "Ada di lantai 5. Nanti belok kanan dan lurus" jawabnya dengan ramah. "Terimakasih Kak.." LingLing memalingkan senyum manisnya dan segera pergi ke Ruangan yaitu ruang, CEO.

👓👓👓

LingLing mempakahkan kakinya menyusuri kantor pusat itu. LingLing melihat pintu Lift yang akan tertutup. LingLing panik ia menjerit jerit. "Tunggu tunggu!!" Teriaknya sembari berlari ke arah Lift. Untung saja orang yang didalam Lift menekan tombol berhenti, dan lift pun membuka ruang untuknya.

LingLing lega, ia cepat-cepat masuk kedalam Lift, takut Lift tertutup kembali. LingLing melihat seorang laki-laki tampan dan sepertinya laki-laki itu baik, pikirnya. LingLing melirik pemuda itu dari atas sampai bawah.

LingLing terdiam bisu terpesona melihat lelaki tampan itu. Lelaki itu pun menyadari ia sedang dipandang oleh seorang wanita yang berada bersamanya didalam lift. Dia pun bertanya membuka suara.

"Hmm.. mau lantai berapa?" Tanya laki itu, pada LingLing. LingLing tidak berkutip dia terbengong melihat pandangan yang memukau. Dia sungguh tergoda melihat ketampanan yang dimiliki Lelaki itu.

Lelaki itu bertanya sekali lagi, karena tidak ada jawaban dari orangnya. Lelaki itu menggoyangkan tangannya untuk menyadarkan LingLing yang masih cengo melihat ketampanan nya.

"Apa kamu baik-baik saja.." Tanya lelaki itu dengan raut muka campur aduk, ada bingung heran dan aneh melihat sifat wanita itu.

"Huh.. Oh iya lantai 5" Ucap LingLing tersadar dengan senyum kikuk, karena malu. Lelaki itu mengangguk mengerti dan jari nya menekan tombol 5.

Suasana hening menjadi canggung. LingLing ingin menghilangkan kecanggungan yang mengganggu pikiran dan jiwanya. Dengan polosnya ia mengulurkan tanganya seraya berkenalan dengan Lelaki tampan itu.

"Halo. Namaku LingLing.." Kata LingLing memberikan tangannya, tanda ingin berjabat. Lelaki itu melihat uluran tangan LingLing ia mengangguk mengerti dengan kode LingLing.

"Aku Rio" Ucapnya menjabat tangan LingLing sembari tersenyum menampilkan lesung pipinya.

'Oh.. jadi cogan ini namanya Rio' Kata LingLing dalam batinnya. LingLing mengangguk sambil senyum manis.

Saat Rio ingin bertanya suatu hal pada LingLing. Lift sudah menuju lantai 5 dan pintu terbuka. "Kak, aku duluan" pamit LingLing pada lelaki yang bernama Rio. Rio mengangguk tersenyum hangat, melihat LingLing melambaikan tangan padanya.

"Gadis itu lucu sama dengan namanya, LingLing" Ucap Rio mengeja huruf nama gadis tersebut dan tersenyum.

Jangan lupa BatuKuasa dan Komentar😘

avataravatar
Next chapter