webnovel

The C Toxin

aleyshiawein · Sci-fi
Not enough ratings
358 Chs

Imposter

Buyant-Uhaa, Mongolia

16.00 Mongolia Time

Mobil yang dikendarai Lucas dan rekannya, Yuqi melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalanan gersang. Debu yang berasal dari tanah pasir jalanan itu bahkan beterbangan mengotori jendela jeep yang tertutup rapat. Tidak ada percakapan yang terdengar dari keempat orang itu. Semua sibuk dengan kegiatan dan pikirannya, kecuali Wendy yang sudah tertidur tiga puluh menit lalu.

Beberapa menit kemudian, sebuah perintah dari HT yang dipegang Yuqi berbunyi, menyadarkan Mark dari pikirannya, "(Cek! Tes posisi!)"

"(Diterima! Bayant Ukhaa, kami akan tiba dalam dua puluh menit! Pindah!)," respon Yuqi, lalu Ia mematikan koneksi radionya.

"(Apakah sudah ada perintah langsung dari atasan?)," tanya Lucas tanpa melirik Yuqi, masih memperhatikan jalan berkabut debu dihadapannya.

"(Ya, lakukan sesuai rencana)," jawab Yuqi. Tanpa mereka sadari, Mark terus menyelidiki mereka dari kursi penumpang yang disekat tralis besi itu.

Jengah dengan perbincangan dua orang dalam bahasa Mongol yang sama sekali tidak Ia mengerti, Mark akhirnya angkat bicara "Can you speak in English only? There are two foreigners here!"

Tidak ada respon dari Lucas dan Yuqi dari depan, namun sepersekian menit kemudian, Lucas menginjak rem dalam-dalam secara mendadak, membuat Wendy yang sedang tertidur terhempas kedepan dan hampir menabrak tralis besi jika saja Mark tidak menghalangi dengan tangannya.

Belum sempat Mark melayangkan protes atas perlakuan Lucas, pria itu terlebih dahulu keluar dari mobil dan membuka pintu belakang penumpang diikuti Yuqi.

Mark dan Wendy terkesiap. Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Hey arrogant and smartass human! If you don't understand, you better shut up! Are you really a detective?"

Lucas mengeluarkan borgol besi, lalu selangkah kemudian Ia memasangkannya ditangan Mark. Dalam situasi seperti ini, Ia paham Ia tak bisa melawan. Hal yang sama dilakukan Wendy disebelahnya.

Pintu mobil penumpang kembali dikunci, Lucas dan Yuqi kembali ke posisinya, dan mobil kembali melaju.

Mark menggeser posisinya mendekati Wendy "Je pense qu'ils vont nous emmener au camp de concentration (Aku rasa mereka akan membawa kita ke camp konsentrasi)."

Wendy terkejut mendengar Mark yang tiba-tiba berbicara dalam bahasa Perancis. Sedetik kemudian, Ia paham kalau dua orang dibangku depan itu tidak akan mengerti bahasa Perancis.

"Mais pourquoi? (Tapi kenapa?)," tanya Wendy

"Nous sommes venus après l'atterrissage d'urgence d'une compagnie aérienne russe qui avait des autorisations très strictes pour entrer en Mongolie. Le pays est en conflit avec les idéologies démocratiques et communistes. Je suis sûr que c'est lié, (Kita datang setelah pendaratan darurat dari sebuah maskapai penerbangan Rusia yang memiliki izin yang sangat ketat untuk memasuki Mongolia. Negara ini sedang dalam konflik ideologi demokrasi dan komunis. Aku yakin itu terkait)," jelas Mark panjang lebar.

"Just shut up!" teriak Yuqi tepat setelah Mark berbicara dengan suara yang cukup jelas terdengar.

Tanpa sedikitpun takut akan bentakan Yuqi, Wendy tetap berbicara merespon pendapat Mark itu, "Cela a du sens, ils pourraient simplement nous utiliser comme support pour le cadrage (Itu masuk akal, mereka bisa saja menjadikan kita sebagai bahan media framing)"

"Je ne sais pas à quel point ils sont cruels, mais soyez prêt, soyez toujours sur vos gardes! (Aku tidak tahu pasti sekejam apa mereka, tapi persiapkan diri kita, selalu waspada!)," titah Mark, lalu mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah pedesaan kumuh.

"Get out!" bentak Lucas sembari menarik paksa tangan Mark yang jelas-jelas masih diperban akibat luka tembak.

"Hey! Are you blind? Watch your hand, stupid!" teriak Wendy begitu melihat perban Mark yang kembali mengeluarkan darah akibat tekanan tangan Lucas.

"Why are you so noisy? Should I break your mouth?" seru Yuqi kasar, menghempaskan wajah Wendy ke dinding mobil.

Mark yang menyaksikan adegan kekerasan itu menahan amarahnya mati-matian, "Wendy, don't say anything, follow her."

Markas Kepolisian Seoul

Ruang Divisi Detektif A

25 April 2016

12.30 KST

Ruangan divisi detektif sangat sunyi hari ini, dan beberapa hari terakhir. Hanya terdengar suara ketikan keyboard laptop dari Doyoung sebagai satu-satunya yang bertugas di ruangan itu. Tidak ada yang bisa Ia ajak bicara semenjak mengetahui Taehyung adalah mata-mata NISA. Doyoung sangat berhati-hati, walaupun sebenarnya Ia bisa saja berdiskusi dengan Na Yuta, Joy, atau Brian yang juga merupakan orang kepercayaan Mark.

Hari ini Ia kembali menunda makan siangnya karena sinyal yang mendeteksi keberadaan Mark hilang setengah jam lalu. Kabar yang terakhir Ia terima adalah bahwa Mark dan Wendy akan pergi ke Bandara untuk melanjutkan penerbangan ke Rusia dengan bantuan polisi utusan Jackson.

"Apa mereka baik-baik saja? Membuat khawatir saja," gumam Doyoung. "Sepertinya Aku harus menghubungi Jackson, Jaehyun, dan Yugie," lanjutnya bermonolog. Ia kemudian segera membuka aplikasi conference. Tidak menunggu waktu lama, Jackson sudah terhubung, menampilkan dirinya yang tengah berada di ruangan gelap dengan lima monitor yang menyala khas markas hacker. Tentu saja itu pekerjaan Yugie.

"Ha..." ucapan Doyoung terpotong ketika seseorang membuka pintu. Itu Taehyung. Doyoung sesegera mungkin menutup aplikasi conference di laptonya itu.

"Selamat Siang, Doy," sapa Taehyung ramah.

"Ada apa lagi si pria ular ini," batin Doyoung.

"Ya, Tae, ada apa? Tumben sekali Kau mengunjungi markas kepolisian. Apakah ada penyidikan?" tanya Doyoung berusaha senetral mungkin.

"Tidak, Aku ingin bertemu Kak Mark, dimana dia?"

"Ah, dia tidak dinas satu minggu kedepan. Dia harus mengurus kepentingan keluarganya di Amerika," bohong Doyoung

"Oh ya? Bagaimana dia bisa meninggalkan tugasnya dalam penyelidikan kasus untuk sekedar urusan keluarga?" komentar Taehyung santai, namun cukup membuat Doyoung mengeluarkan smirk khasnya.

"Begitukan menurutmu? Aku rasa dia cukup cerdas untuk menyelesaikan banyak urusannya itu," sarkas Doyoung. "Katakan saja, apa yang ingin Kau sampaikan pada Mark, Aku akan menyampaikannya," lanjutnya.

"Baiklah, Aku hanya ingin menginformasikan bahwa Reina Hwang telah ditemukan," ujar Taehyung yang membuat Doyoung terkejut.

"Dimana dia?"

"Seperti yang kukatakan, dia ada di Puerto Rico," jawab Taehyung. Untuk kedua kalinya, Doyoung terkejut dan mengerutkan dahinya

"Apa yang berusaha dia lakukan dengan membocorkan lokasi Reina Hwang yang sebenarnya? Atau Reina Hwang sebenarnya telah dipindahkan?" batin Doyoung.

Taehyung yang menangkap ekspresi tidak meyakinkan dari Doyoung mengeluarkan sebuah bundel kertas A4 kehadapan Doyoung, "Kau mungkin tidak percaya, tapi ini fotonya di Puerto Rico, dan ini, foto yang ditemukan Jaehyun di database DIS," ujarnya.