14 PESAN YANG DIHAPUS

PIKIRANKU jadi tak tenang, Alex mengatakan Rain sedang sibuk melihat pertunjukan sulap. Tapi dia mengirimkan pesan, seolah dia sangat marah padaku. Apa dia sekarang begitu membenciku karena meninggalkannya selama 2 hari ini.

"Kok wajah lu berubah begitu setelah menerima pesan." Tanya Jhon.

"Ah, gak apa-apa. Gua mau pergi dulu, nanti gua bayar kopinya." Aku langsung bergegas menutup bengkel dan pergi mencari Rain dan Alex.

Aku mengendarai mobil dengan kencang menuju taman kota. Aku ingin tahu, kenapa Rain mengirim pesan seperti itu padaku.

Seorang pengendara motor melaju kencang menyebrang di depanku. Aku terkejut dan langsung ngerem mendadak. Untung saja aku tidak menabraknya. Pikiranku melayang kemana-mana.

Karena kesal aku langsung membuka jendela mobil dan meneriaki pengendara motor itu.

"Woooiii, ada mata gak lu." Teriakku.

Motor itu pun berhenti dan menghampiriku. Aku langsung turun dari mobil.

"Kenapa lu!" Bentak pengendara motor itu.

"Lu ada mata gak, apa lu bosan hidup?" Balasku dengan nada yang tinggi.

Tanpa sadar pertengkaran kami membuat jalanan macet, hingga penendara yang lain membunyikan klaksonnya. Aku segera masuk ke dalam mobil dan menepi.

Pemuda pengendara motor itu ikut menepi menghampiriku dan turun dari motornya.

"Udah jelas lu yang salah, malah marah-marah sama gua." Ketus pengendara itu.

"Lu yang salah, menyelonong aja jalan di depan gua. Kalau gua gak cepat-cepat ngerem, lu udah mati gua tabrak." Bentakku.

"Lu yang buta, kalau gak bisa bawa mobil jangan mengendara di jalan raya. Lu menerobos lampu merah goblok." Seru pemuda itu membentakku sampai tangannya melayang ke wajahku.

Untung saja aku dengan cepat menepis tangannya.

"Maaf!" Seruku cepat sebelum pemuda itu melayangkan serangannya lagi. "Gua..., gua minta maaf. Gua tadi tidak lihat lampu merah, soalnya sedang buru-buru."

"Nah, kalau lu ngaku salah kan enak. Jangan main bentak-bentak aja."

"Iya, gua lagi banyak pikiran. Makanya gua gak fokus membawa mobil. Sekali lagi gua minta maaf."

"Oke gak apa-apa! Lagian lu udah mengakui kesalahan lu."

"Baiklah gua pergi dulu. Soalnya buru-buru." Seruku meninggalkan pemuda tersebut.

"Hei..., hati-hati. Jangan ngebut-ngebut lagi dan fokus kalau nyetir." Seru Pemuda itu mengingatkanku. Aku tersenyum padanya dan masuk ke mobil.

Aku pun meninggalkan pemuda tersebut dan kembali menuju ke taman kota. Untung saja polisi tadi tidak ada di sana, kalau ada aku pasti sudah kena tilang.

Aku mengeluarkan HP dari kantong celana dan menelpon Alex. Tapi Alex sama sekali tidak menjawab panggilanku.

"Aduuuh, malah gak diangkat-angkat lagi." Gumamku.

Sesampai di taman kota aku langsung turun dari mobil dan berkeliling mencari mereka. Aku melihat pertunjukan sulap yang sedang rame penonton. Aku langsung bergegas mencari mereka di kerumunan orang-orang banyak. Tapi aku tidak melihat mereka berdua.

"Kemanalah mereka sekarang." Gumamku.

Aku terus mencari ke tempat lain berkeliling di taman kota tersebut. Tapi tetap saja aku tidak menemui mereka. Aku capek dan duduk di salah satu kursi taman. Keringatku mengalir membasahi bajuku. Terik matahari menambah gerah tubuhku.

"Sial, kemana sih mereka!" Ketusku kesal.

Tak lama Alex menelponku. Aku segera menjawab telpon darinya.

"Halo, di mana lu sekarang?" Teriakku kesal.

"Ehh.... santai dong ngomongnya, jangan teriak-teriak gitu." Sahut Alex.

"Gua udah mutar-mutar dari tadi di taman kota nyariin lu, tapi gua sama sekali gak lihat lu. Di mana lu sekarang.?" Bentakku bertanya.

"Aduh, ngapain lu sampai nyusul ke sana? Gak kasih kabar lagi sama gua. Gua baru saja nyampe di rumah." Seru Alex dengan santai nya.

"Sial, ngapain gua capek-capek ke sini." Ketusku.

"Lu sendiri gak ada bilang tiba-tiba ke sana. Lagian ngapain lu samperin kita ke sana?" Tanya Alex.

"Gua udah telpon lu berkali-kali, tapi lu gak menjawab telpon gua." Jawabku.

"Ya gua tadi lagi di jalan, batrai gua low jadi gua gak angkat telpon lu. Makanya sampai rumah gua telpon lu balik." Seru Alex.

"Ya udah, gua pulang sekarang." Ketusku sambil menutup telponku.

Kesal sekali rasanya, hampir menabrak orang, capek mutar-mutar mencari mereka sampai bajuku basah karena keringat, tapi mereka malah sudah pulang. Arrrrggghh..., ingin rasanya aku menonjok seseorang karena kesal.

Aku pun kembali ke mobil dan pergi meninggalkan taman kota menuju rumah. Aku harus segera menanyakan maksud pesan yang di kirim Rain kepadaku. Pesan dengan kata-kata kasar yang menyakiti perasaanku.

Aku kembali melihat pesan yang di kirim Rain. Tapi ternyata pesan tersebut sudah di hapus oleh Rain. Aku semakin bingung dan kesal. Apa yang terjadi dengan anak itu. Kirim pesan marah-marah, habis itu di hapus.

Sesampainya aku di rumah, aku langsung masuk dan menuju bergegas menuju kamar. Saat membuka pintu kamar aku melihat Alex sedang menyelimuti Rain yang sedang tidur.

"Ssstttt...., dia baru saja tidur. Lu jangan berisik dan marah-marah. Kasihan dia." Seru Alex pelan.

Aku terdiam dan memandangi wajah Rain yang polos sedang tidur. Alex menarik tanganku ke luar kamar.

"Ehhh... ngapain sih lu narik-narik tangan gua?" Ketusku.

"Lu kenapa sih teriak-teriak gak karuan. Parah lu tiba-tiba bentak gua." Seru Alex kesal.

"Ya siapa yang gak marah coba. Tadi saat di bengkel Rain chat gua. Dia bilang gua menjijikkan dan dia gak mau ketemu dengan gua lagi. Habis itu gua pergi menyusul kalian dengan tujuan menanyakan maksud dari chat dia. Gua keliling memutari taman kota tapi gak juga menemukan kalian. Cuaca panas lagi membuat gerah dan berkeringat." Ketusku seraya membuka bajuku karena panas.

"Masa sih Rain chat lu. Seharian dia bersama gua, sama sekali gak pegang HP. Dia menikmati jalan-jalannya bareng gua. Coba gua lihat chat nya." Seru Alex.

"Chat nya sudah di hapus Rain. Apa maksudnya coba, habis dia chat seperti itu lalu di hapusnya."

"Hmmm.... mungkin Rain salah kirim kali. Tapi perasaan dia tak pernah memegang HP selama bersama gua. Atau saat gua lengah dia chat lu."

"Gua aja terkejut melihat chatnya. Gak mungkin dia salah kirim, jelas sekali dia bilang gua kakak yang menjijikkan."

"Ya udah lu gak usah kesal dan marahin dia. Kasihan dia baru saja tidur. Kalau gitu gua pulang dulu ya." Seru Alex berpamitan.

"Gua ikut."

"Kenapa lu mau ikut lagi? Bukannya lu mau bicara dengan Rain?" Tanya Alex.

"Belum waktunya gua pulang. Gua akan biarkan dia menjadi anak yang mandiri dulu, baru nanti gua akan pulang." Jawabku.

"Lu aneh ya, sama adik sendiri lu seperti itu." Ketus Alex heran.

"Ya, gua seperti itu untuk kebaikannya juga." Sahutku.

"Ya udah kalau gitu, ayoklah!" Seru Alex.

Aku dan Alex akhirnya meninggalkan rumah menuju rumah Alex. Aku belum siap ketemu Rain, sebelum dia menjadi laki-laki yang mandiri.

avataravatar
Next chapter